Mungkin engkau pernah berpikir
mengapa kehidupan ini membuat kita terlena dan mungkin juga engkau pernah juga
memikirkan apa yang harus kita lakukan untuk dapat memaknai hidup. Tapi aku
heran, ternyata hanya sedikit dari mereka yang memaknai hidup itu dengan
sungguh-sungguh. Bagi mereka Memaknai hidup itu adalah dengan mengikuti gaya
hidup yang ada, dengan terpana akan
keindahan didepan mata.
Menurutku adalah lebih sadis
kitika hanya menikmati segala sesuatu yang ada tanpa mempertanyakan segala
sesuatu yang kita nikmati itu, bahkan lebih bodoh jika kita menjadi orang yang
tidak mau tahu akan apa yang terjadi. Saya melihat banyak sekali orang yang
sangat apatis dengan apa yang dilihat didepan matanya, bahkan lebih miris lagi
saat dia tidak tahu apa yang telah terjadi disekalilingnya.
Sah-sah saja jika kita terbuai,
dan sah-sah juga jika kita menikmati buaian itu, tetapi yang tidak sah adalah
ketika yang membuai kita lalu menidurkan kita untuk memperoleh sesuatu dari
kita ketika kita sudah tertidur.
Banyak hal yang dalam hidup ini
kita tidak amati, kita juga merasa tidak ada manfaatnya jika kita tau hal itu bahkan
kita sering merasa bahwa itu bukan bagian kita, bukan juga hal yang cocok untuk
diperbincangkan. Tetapi kita harus tau, kita hidup ditengah-tengah masyarakat,
kita hidup dalam negara dan itu artinya kita juga harus memperhatikan dimana
kita tinggal dan menikmati hidup. Sadarlah kawan, kita adalah orang muda, punya
banyak waktu untuk berpikir dan merealisasikan apa yang kita pikirkan dan kita
juga bukan orang-orang dalam sandiwara entertainment yang jelas-jelas tidak
masuk akal itu, hidup ini fakta kawan, fakta.
Coba lihat disekelilingmu, coba
dengar dan resapi. Apakah semua sudah seperti yang engkau harapkan? Apa sudah
sesuai tujuan?
Kita bukanlah untuk menciptakan
janji, kita juga bukan orang-orang yang ingin meciptakan harapan tetapi Kita
adalh masa depan yang akan memimpin di garda depan, kia adalah tunas-tunas muda
dan sayap baru burung garuda untuk dapat terbang tinggi menembus awan dan kita
bukanlah orang yang percaya kepada sandiwara dan pencitraan, kita bukanlah
orang yang kepada jajji dan kepalsuan, kita, ya, kita, aku dan saudara-saudara
yang berani menatap masa depan dengan suatu kepastian, karena lebih baik
menantang dan berpetualang dengan segala kemugkinan yang akan menghadang dari
pada mamanjat di pohon lapuk untuk menikmati keindahan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar