Sabtu, 27 Februari 2016

Suatu Hari di Akhir Februari

Suatu Hari di Akhir Februari

"Kabut lagi?" Tanya seorang gadis yang duduk di sebuah pondok menatap hamparan kabut putih yang membentang menutup pamandangan.
"Ya, perkiraan cuaca sepertinya meleset, kita harus mengundurkan niat mendaki malam ini.." Jawab laki-laki disampingnya sambil menyeduh kopi yang baru dibuatnya.
Mereka lalu duduk berdua di pos itu.
"Kau tahu? Ada cerita menarik tentang pendakian saat kabut seperti ini.." Kata lelaki itu seraya mengingat-ingat sesuatu.
"Tentang?"
"Kita, hahaha."
"Sudah kutebak kau pasti bercanda.."
"Tidak, aku serius. Kata teman-teman yang sudah pernah mendaki saat seperti ini, selalu ada momen dan nuansa sendiri dalam setiap pendakian berkabut.."
"Dan momen itu adalah momen yang  tidak pernah kita inginkan, iyakan? Hahaha.., jangan pernah memaksa sebuah momen sayang. Kurasa momen ini sudah sangat sempurna, lihat, kabut tebal, lampu-lampu yang terbias, pohon-pohon cemara yang ngungun seperti puisinya Chairil Anwar, secangkir kopi, percakapan hangat dengan seseorang yang paling kita cintai dan dengannya kita ingin hidup selamanya. Bukankah itu sebuah momen? Atau adakah momen yang lebih kau inginkan?"
Lelaki itu terdiam, memandang kosong kearah hutan-hutan tropis.
"Tapi meskipun ini momen yang sempurna, kita akan tetap mendaki bukan?" Kata lelaki itu mencoba mengalihkan percakapan.
"Ya, atau kita akan memasang tenda disini, menunggu sampai cuaca bagus.."
Perlahan-lahan kabut mulai menipis, pucuk-pucuk pohon mulai terlihat dan dari jauh lampu-lampu temaram perkampungan mulai terlihat, hari juga sudah mulai gelap.
"Lihat, cuaca sudah cukup bagus, untung kita belum memasang tendanya.."
"Kita akan langsung melanjutkan pendakian?"
"Tidak, kita tunggu dulu beberapa saat, mungkin akan ada orang yang juga akan naik, kita akan naik bersama. Terlalu beresiko kalau hanya kita yang naik.."
Dari jauh terdengar suara orang berbicara diiringi cahaya lampu senter, suara itu semakin mendekat.
Lelaki itu mengidupkan lampu senternya, terlihat beberapa orang sedang berjalan menelusuri jalan setapak jalur pendakian.
"Mau naik juga bang?" Tanya lelaki itu.
"Iya bang, orang abang juga mau naik?" Tanya salah satu diantara mereka.
"Iya bang.."
"Ayo bang, kita sama-sama aja.."
Mereka mulai bergerak sama-sama menyusuri jalan setapak sambil sesekali berbicara dan bercanda, jalur pendakian yang gelap dan licin karena berlumut dan dikelilingi hutan hujan tropis yang lebat  menyulitkan pendakian yang menanjak.

Arah Dairi Kedepannya

                                                     Arah Kabupaten Dairi Kedepannya Sebagai penduduk Kabupaten Dairi yang sedang merantau, ...