Minggu, 26 April 2015

Memanen Hujan

Bolehkah aku menampung hujan?
Menyiramkannya ke bunga-bunga kering dipinggiran jalan
Lalu seorang gadis kecil yang melintas
Akan tersenyum memandangnya sekilas..
Bolehkah aku mendengar rinai hujan?
Yang turun dari pangkuan awan
Nada-nadanya merdu meski tidak beraturan
Membelai daun-daun yang kedinginan..
Kalau boleh memanen hujan
Akan kuajak anak-anak pinggiran
Menikmati hujan yang tidak bertuan
Menjadi kekasih dalam kesendirian

27042015

Sabtu, 25 April 2015

Terjebak Hujan

Kurasa tidak terlalu buruk jika suatu hari nanti kau menemukan dirimu terperangkap dalam hujan di sebuah perempatan jalan di kota M ini, karena sungguh, kau akan menikmatinya, orang-orang yang berteduh, ojek payung gratis yang sok jadi pahlawan atau bahkan mata-mata liar yang mencari kesempatan- ditengah kesempitan.
Karena itulah kemungkinana, dan kau mungkin akan beruntung melihat seorang gadis yang linglung, dan kau tidak pernah tahu, apakah dia sedang menunggu seseorang ataukah dia terbuai kenangan dalam hujan?
Jikalau kau punya nyali, kau akan mencoba menanyakan itu kepadanya, dengan pertanyaan malu-malu yg penuh makna..
"Hujannya deras juga ya.."
Dan mungkin dia akan menjawabmu dengan anggukan saja, lalu kau akan meneruskan pertanyaanmu..
"Terperangkap hujan juga?"
"Ya.."
"Memangnya anda mau kemana?"
"Kenangan.."
"Astaga, anda jgn bercanda, dimana itu kenangan?"
"Diantara bus-bus yang melintas menembus hujan, mereka selalu membawa kenangan.."
Dan kau akan terdiam sejenak, untuk mencerna apa yg diucapkannya, saat itu hujan masih turun deras dan jalanan sudah mulai tergenang, apakah engkau masih mencoba melanjutkan percakapan?
Kau mencoba melirik sekilah wajahnya, dan saat yang sama dia melirikmu, pandangan kalian bertemu, adakah kata yg cocok untuk melukiskannya sebagai sebuah suasana?
Hujan mungkin tidak akan segera reda, namun sebagai seorang pria yg melankolis, kau pasti akan selalu punya cerita tentang setiap suasana, karna itu jglah mungkin kau sampai lupa dan merasa hujan kali ini terlalu singkat utk sebuah kenangan, sehingga kau jg lupa menanyakan dia siapa bahkan kau lupa bahwa sebenarnya ini hanya sebuah fiksi sederhana.

Sabtu, 25 April 2015

Kamis, 23 April 2015

Perpustakaan Patah Hati

Hidup kita adalah cerita, tetapi apakah kita akan terperangkap dalam kisah-kisah melankolis yang dipajang disalah satu sudut lemari tanpa pembaca?
Ada kalanya, suatu hari yang sederhana, kau akan memutuskan untuk jatuh cinta kepada buku-buku yang berkuasa diruangan itu, tanpa memperdulilan apa saja, sebab cinta itu sederhana, sesederhana waktu ketika kaca mata bertemu kata dalam kertas berwarna hitam putih yang penuh cerita dan kau sungguh menikmatinya, seperti menikmati puisi-puisi romansa Kahlil Gibran, Shakespare atau sejenisnya.
Tetapi pernahkah engkau menyangka akan jatuh cinta pada seorang wanita sentimentil yang terperangkap dalam halaman buku yang kau baca?
"Wanita dalam cerita selalu saja sentimentil, tidak pernah ada yang berbeda.."
Wanita itu kau temui sedang terisak dengan kisah cinta yang kandas karena sebuah cerita yang sad ending dan kau mungkin akan berkata, "Terlalu banyak cerita dengan ending yang sama diperpustakaan ini, dan ceritamu hanyalah salah satu diantaranya.."
Kau mungkin dapat berkata bahwa perpustakaan bukanlah tempat yang romantis untuk memulai sebuah cerita, karena cinta itu tidak muncul begitu saja saat duduk bersama membaca kata-kata yang melintas begitu saja, tidak mungkin juga ada hanya karena cerita yang terucap tanpa ada pertanggunjawabannya. Namun, diantara rak-rak yang tersusun rapi dengan angka-angka berurut sebagai penanda, mungkin suatu kali kau akan benar-benar jatuh cinta, saat melihat seorang gadis manis berkacamata sedang membolak-balik sebuah buku.
Tidak perlu kau tanya mengapa kukatakan engkau jatuhcinta kepadanya, kenapa, karena tidak ada alasan yang sempurna untuk rasa suka.
Dan kita adalah sebuah cerita, sehingga saat engkau jatuh cinta engkau akan memutuskan untuk melakukan apapun untuk mendapatkannya, mungkin sama seperti seorang penulis yang melakukan apa saja untuk menyelesaikan tulisannya.
Sama seperti itu jugalah, mungkin, ada kalanya suatu saat kau tidak bisa menerima jika ternyata sang wanita yang kepadanya engkau telah jatuh cinta telah mempunyai tambatan hatinya dan sedang menunggunya disalah satu sudut perpustakaan, dan kau akan melihat senyum manis wanita itu kepada kekasihnya, lalu mereka akan tertawa mesra, mungkin seperti sebuah cerita yang engkau sedang mencoba menyelesaikan membaca.
Dan kau?
Kau akan memutuskan untuk kembali terperangkap dalam cerita, bersama buku-buku berdebu yang kau sendiri kadang lupa itu terbitan tahun berapa, sudah berapa kali kau baca dan halaman berapa saja yang kau suka, kadang juga kau melipatnya, mengutipnya beberapa dan menjadikannya atatus disosial media. Ada juga kalanya kau berangan-angan untuk menjadikannya sebuah cerita, tetapi kau takut orang akan tau bahwa kau pernah gagal dalam hal cinta.
Mungkin, sama seperti hari-hari sebelumnya, ada kalanya suatu saat kau menemukan sebuah kalimat yang sempurna untuk disampaikan kepada seorang wanita, hanya masalahnya kau tidak tau wanita itu siapa..
"Siapa dia?"
Mungkin dia adalah wanita sentimentil yang tinggal dalam kenangannya, mungkin juga dia adalah seorang wanita yang selalu ceria, mungkin dengan sejuta kemungkinan dan aku tidak pernah tau meskipun aku penulis cerita karena aku juga tidak tau seperti apa wanita yang kau suka.
Lalu tentang hal itu, berapa kali kau akan memutuskan untuk jatuh cinta, berapa lama lagi kau putuskan untuk membaca dan terperangkap dala cerita tanpa makna dan kapan akan kau ungkapkan bahwa kau mencintainya?
Aku tahu, mungkin kau tidak akan pernah melakukannya karena seperti penulis yang selalu menulis sebanyak-banyaknya, seperti itu jugalah mungkin engkau yang menghabiskan waktu untuk mencintainya lewat tatapan mata yang penuh harap, lalu sampai kapan engkau tinggal dalam cerita dan ilusimu sendiri?
"Sampai cerita sampai pada halaman terakhir dan perpustakaan ini akan ditutup.."
Dan ketika cerita yang kau baca berakhir, kau akan menemukan bahwa wanita dalam cerita itupun ternyata telah ada kekasihnya dan kau patah hati dibuatnya, lalu ketika perpustakaan akan ditutup, kau melihat wanita, yang kepadanya engkau jatuh cinta, sedang duduk mesra bersama kekasihnya menikmati senja yang masih tersisa di taman perpustakaan.
Lalu apa yang salah?
Cerita hanyalah cerita dan perpustakaan mungkin masih meyimpan cerita lainnya dan kau harus berusaha untuk lupa tentang pertemuan-pertemuan lainnya.

Kamis, 22 April 2015

Rabu, 22 April 2015

Percakapan sorr ditelepon

Aku sedang asik membaca buku Apologianya Socrates sore itu ketika ponselku berbunyi dan ketika melihat siapa nama yg menelepon itu, aku sudah bisa tebak apa kalimat pertamanya dan yg akan diomongi..
"Apa kabar, lagi ngapai kau?"
Aku menjawabnya seperti biasa jg..
Dia mulai melanjutkan obrolan teleponnya, mungkin obrolan yg sama, cerita yg sama hanya dgn versi yg sebelumnya.
"Tau kai, siapa uda kek gini lho, siapa pun, siapa, siapa.."
Kau kek mana?
"Ah, itulah masalahnya, ternyata semua orang bisa menjadi teman kita kalau kita punya apa yg mereka inginkan.."
Aku mulai tertarik, memang knapa?
"Itu lho, aku dimanfaatkan, di php.."
Trus?
"Lappetnya itu, baik aku sama dia, kupikir dia suka samaku.."
Trus?
"Menurutmu, cmmana itu?"
Apanya?
"Cemmana mengalahkan hati cewek?"
Kok kau tanya aku? Aku aja gagal terusnya..
"Serius dulu ah.."
Ya udah, cewe itu seperti monyet..
"Seriuslahhh.."
Dia akan melepaskan dahan yg lemah ketika sudah menemukan dahan yg kuat..
"Asekk.."
Jadilah dahan yg kuat, jgn jadi lappet!
"Hahaahah.."
Satu lagi, yg istimewa akan tergantikan dgn yg selalu ada..
"Jadi?"
Yah, adalah sama dia, jgn kau bahas liga champion terus sama Manchester United, sesekali romantis dan sentimentil, menikmati senja atau berpuisi, ciee cieee..
"Hahhaha, oke-oke.., itu aja?"
Sesekali datanglah kerumahnya bawa makanan yg tidak disukainya, jd kalau dia gak mau makan, yah makan aja sendiri, lumayankan, gak rugi..
"Hahah, iya  jg ya.."
Ialah..
"Oiya, ada satu yg mau kutanya samamu?"
Apa, tumben kau bertanya, biasanya cuma minta saran ajanya?
"Kau pintar kali soal teori, kapan kau praktekkan teori kau itu, gk pernah bahas cewe, tp cerpen kau galau terus..."

Selou..., kan ada adek kau..
"Mata kau, mau kau kasih makan apa adekku?"
Hahaha, udahlah kau praktekkan dululah yg kubilang tadi, jgn lupa, titip salam sama adek kau hahaha..
"Bilang aja sendiri kalau kau berani, bawa makanan nanti kerumah biar aku yg menghabiskan.. Hhahaaha.."
Iyalah, lakkeap..
Hahaha..

Jumat, 17 April 2015

Cerita Iseng

Tadi, ketika pulang kuliah, aku bertemu seorang kawan lama sewaktu SMA dan kebetulan dia sedang bersama temannya. Dia  menyapaku, dan seperti biasa berbasa basi seperti orang kebanyakan lainnya. Sampai tiba tiba temanku ini berkata, "Bentar ya, kalian ngomong-ngomong dulu, aku ada urusan sebentat kesana..".
Aku mengangguk dan melihat gadis yg akan menjadi lawan bicaraku, cukup manis hahaha...
Tetapi ternyata dia langsung memulai percakapan, "Aku Liana.." Katanya menyodorkan tangan.
Aku menyambutnya dan mulai berbicara..
"Namaku Rinaldi Sinaga, Mahasiswa Akuntansi stambuk 2012 di Nommensen, Lahir di Purba Sianjur 29 February 1994, menyelesaikan sekolah dasar di SDN 030328 Bandar Huta Usang.."
Gadis itu  mulai kelihatan bingung karena aku masih memegang tangannya, tetapi aku tidak peduli dan meneruskan perkenalan.
"Saya melanjutkan SMP di SMPN 1 Pegagan Hilir dan tamat tahun 2009, lalu SMAN 1 Pegagan Hilir tahun 2012, jadi saya sudah tamat selama tiga tahun..."
Dia tampak semakin bingung dan aku mulai geli..
"Hobbyku adalah membaca dan menghayal..."
Dia tambah bingung karena aku belum melepaskan tangannya dan untung saja kawanku itu segera datang kalai tidal aku akan melepaskan tawaku melihat kebingungannya.
Dan ketika aku sampai di kosan, aku menerima pesan dari teman SMAku itu, "Kau tambah nakal sekarang ya.."
Hahaha, aku hanya membuat momen, karena terkadang kita tidak mengerti sebuah momen sampai itu menjadi kenangan.

Ini untuk mengenang tiga tahun sesudah masa SMA. :D

Kamis, 16 April 2015

Catatan patah hati : Ini hanya perkara nyali..

Ada kalanya kita memang tidak percaya diri, tidak ada yang istimewa dan bisa membuat bangga, padahal segala sesuatu punya maknanya sendiri.
Ya, seperti yang kurasa dan kualami sendiri saat patah hati, aku yg adalah orang yg selalu pesimis dan tidak pernah berbicara tentang cinta, tetapi selalu menulis cerita pendek tentang cinta. Aku yg menulis karena selalu menyimpan rasa yg terpendam kepada seorang wanita, aku yg adalah bodoh hanya bercerita diblogku sendiri dan berharap tidak akan ada orang yang membaca.
Kurasa, aku tidak lebih buruk, tetapi aku tahu ini hanya perkara nyali, aku yg selalu merasa tidak punya apa-apa, tidak ada yg istimewa, tentu akan kalah dibandingkan yg lainnya, atau aku yg sudah berani memulai, tetapi tidak tahu bagaimana kelanjutannya, tentu akan dipotong oleh saingan yang lainnya.
Sekali lagi, hidup yg melankolis ini ternyata sangat menyiksa, kurasa aku tidak perlu melukiskan galauku saat ini jika semuanya tidak mendera jiwa.
Apa jadinya jika seorang gadis yg sangat kusuka dan dengannya aku ingin merancang masa depan nantinya telah memilih seseorang menjadi tempat berlabuhnya?
Aku memang sentimentil dan harus kuakui itu, kegagalan akan membuatku murung dan menyiksa hari-hariku, rasanya lengkap sudah mengakhiri semuanya, semua bercampur aduk dalam jiwa...
Entah apa...
Kadang aku memang harus akui juga, aku hanya menunggu saat yg sangat tepat untuk mengucapkan komitmen. Tetapi siapa yg sabar menunggu saat yang tepat itu??
Entahlah, seandainya aku tahu bahwa engkau telah memilih, mungkin aku bisa menanyakan kriteriamya...
Memang aku bisa mengambil hikmahnya, tetapi itu hanya akan membuatku menderita dan rasanya baru kali ini aku jatuh cinta dan aku sudah menulis puluhan untuknya, dengan nama yg berbeda...
Entahlah...
Mungkin aku akan mencoba menunggu dan menunggu lagi, mungkin besok atau besoknya lagi aku masih akan jatuh cinta kepada orang yg sama dan kuharap itu kau..

Selasa, 14 April 2015

Liana...

Aku hampir tertidur ketika angkot yg kutumpangi berhenti di halte itu, di depan sebuah kampus tidak ternama di Kota M. Saat itulah gadis itu naik ke angkot, tangannya memegang sebuah antalogi puisi Suparji Djoko Damono dan dari stempelnya aku bisa menebak bahwa buku itu adalah pinjaman dari perpustakaan kampusnya.
Diangkot, aku tidak melihatnya membaca, dia menatap jauh keluar lewat kaca, seperti menikmati tatapannya, ketika itu aku menyadari ternyata tatapannya sayu dan teduh.
Aku mencoba melihat juga apa yang dipandanginya, lampu-lampu warna warni yang temaram, warung-warung pinggir jalan yang selalu ramai pengunjung dan orang-orang yang ingin menyeberang dengan pemikiran di kepalanya masing-masing.
Aku melihat gadis itu menikmati semuanya, semoga dia tidak menyadari, aku juga menikmati pemandangan tentang dia.
Tiba-tiba kulihat dia merogoh tasnya, mengeluarkan sebuah catatan kecil dan disana tertulis namanya, Liana..
Astaga, bagaimana aku bisa lupa?
Baru beberapa hari yang lalu aku bertemu dengannya, aku juga baru menyelesaikan sebuah cerpen berjudul Kenangan yang membeku di Heaton Park dan namanya kubuat sebagai tokohnya dan hari ini aku bertemu lagi dengannya padahal aku belum berhasil menanyakan apakah dia masih mau menjadi tokoh cerpenku.
Aku ingin tersenyum sendiri tetapi tidak jadi saat kulihat dia menuliskan beberapa kata di catatan kecilnya dan aku yakin itu adalah puisi...
Sembari menunggu dia selesai menulis, kusiapkan pertanyaanku meskipun aku bingung untuk memulai dan aku tidak punya banyak kata untuk menciptakan obrolan yang hangat. Kulihat dia melipat bukunya dan dengan bergetar dan jantung yang berdegup, aku ingin memulai percakapan kalau seandainya saja tidak kudengar dia berkata..."Pinggir pak..."
Aku tersenyum kecut dan hanya bisa berharap besok atau besoknya lagi atau kapan-kapan aku masih bertemu dengannya dan menyampaikan beberapa cerpenku kepadanya, kalau seandainya saja dia bukam tokoh fiksi...

Jumat, 10 April 2015

Ada Kalanya Suatu Waktu Engkau Akan Menunggu

Aku tahu, suatu saat, mungkin saat yang sama dengan saat ini, disebuah persimpangan, disebuah ujung jalan. Saat daun berguguran di musim gugur gugur yang datang terlalu cepat, kala engkau menyusuri jalanan, kesepian ditengah keramaian, ketakutan dalam kesenangan, benarkah engkau akan rindu akan sebuah kemungkinan?
Kita adalah kita, dan kita juga pernah berkata bahwa segala sesuatu akan ada waktunya..
Tetapi mengapa kali ini hanya aku yang merasakannya?
Aku sebenarnya ingin bercerita banyak kepadamu jika kau punya waktu, tetapi aku tahu engkau telah membingkai waktumu itu, entah untuk siapa dan rasanya engkau telah manfaatkan musim semi dalam jiwaku, entah ini kebodohanku atau keuntunganmu, aku tidak mengerti karena aku hanya mengerti bahwa daun gugur itu selalu punya makna, bahwa lampu lampu temaram itu selalu memberi warna dan tawa kawan kawanku yang selalu tersisa..
Sedangkan kau?
Aku tidak pernah tahu, sebab sesungguhnya ada waktu untuk kita mengingau, galau bahkan menunggu..
Suatu kali, saat senja atau musim semi yang terlambat tiba, ketika itu bunga sakura sudah bersemi di kota kanikawa dan salju sudah mencair di nagusa, kau akan tahu berapa beratnya menunggu dari musim gugur hingga musim salju yang membeku..
Tetapi percayalah, meskipun engkau adalah gadia tropis, seperti bunga yang tumbuh mempesona sepanjang musim, akan ada waktunya, ketika musim kemarau berkepanjangan engkau akan kering dan memutuskan untuk menunggu hujan..
Saat itulah aku akan mengajakmu, menikmati empat mus yang selalu mendera..., dan kita akan menikmatinya bersama..
Sama seperti matahari dan bulan yang tampak bersama, sama seperti aurora yang mempesona..
Akan ada waktunya, kau menunggu, dan aku juga..
Akan ada waktunya, salju dan hujan turun bersama di kala senja..

Kamis, 09 April 2015

Surat untuk heaty

Aku mungkin akan menemuimu terjebak dalam pikiranmu sendiri, karena sedang jatuh cinta dan kau akan menulisi harian tanpa makna, entah untuk siapa.
Dan aku, aku ingin membaca tulisanmu itu, sebab seperti yang kau tahu aku senang membaca, sebab terkadang ada kalanya aku menulis sendiri dan membayangkan itu adalah tulisanmu.
Kau tahukan?
Setiap pemikiran bisa diutarakan dalam sebuah pembicaraan, tetapi mengapa kita tidak pernah punya waktu untuk bersama untuk membicarakan hal yang penuh makna?
Aku ingin mendengar ceritamu saat engkau jatuh cinta pada seorang pria tampan yang pintar main gitar itu, tetapi ternyata ada seseorang yang mengalahkanmu untuk memperoleh hatinya, aku juga ingin mendengar ceritamu saat engkau galau karena semua temanmu sudah dengan pasangannya masing masing dan engkau masih sendiri.
Tidak usah kuatir, sendiri itu menyenangkan meskipun terkadang merasa sepi, tetapi mengapa tidak engkau coba untuk menikmati?
Ada kalanya, saat aku menulisimu surat, aku membayangkan senyum manismu iti kepadaku, apakah aku telah jatuh cinta kepadamu?
Aku sedikit sentimentil dan sedikit pilosofis, meskipun semua serba sedikit, aku tetap menikmatinya, tetapi setiap kali aku bertanya kepada diriku sentimentil itulah yang berkuasa san setiap aku mencoba untuk jatuh cinta, selalu ada alasan pilosofis untuk menolaknya..
Jatuh cinta itu sebenarnya sederhana, kau tidak perlu memaksa seseorang untik mencintaimu, mungkin seperti aku yang tidak pernah memaksamu untuk melihat kearahu, meskipun ada getar yang sangat terasa ketika bertemu.
Bukankah cukup bagiku, menulisimu suray yang tidak pernah kukirim dan tentu tidak akan pernah kau baca ini?
Rasanya memang seperti cerita yang tidak pernah selesai, tetapi aku bukanlah seorang pria tokoh novel yang akan menikmati happy ending di akhir ceritanya, aku tahu tidak akan ada hasil apa-apa dan tidak akan terjadi apa-apa..
Pernah memang kucoba untuk jatuh cinta, tetapi aku tidak tahu mengapa jatuh cintaku pasti selalu pada orang yang sama meskipun disaat dan tempat yang berbeda.
Ya, itulah yang terjadi, terkadang aku hanya mencoba untuk mencerna, terkadamg juga memaknainya, mungkinkah akan tiba saatnya?
Kau akan membaca tulisanmu yang pernah kau buat untuknya dan aku membaca surat yang selalu kutulia untukmu, kita memang berbeda, jalan kita berbeda dan semuanya berbeda, tetapi mengapa aku mengharapkanmu tentang rasa cinta?

Liana

Liana, dia gadis cantik, tokoh cerpenku dalam judul Tentang hujan di tepi danau toba. Entah kenapa, aku tadi berremu dengannya, ketika pulang kuliah, dia sedang duduk di depan halte sebuah kampus kurang ternama di kota M.
Dia menumpang angkot yang juga kutumpangi, anehnya dia memilih duduk disampingku, ciri-cirinya persis sama dengan tokoh cerpen itu, aku tahu namanya ketika tasnya terjatuh dan kartu tanda mahasiswa, ktp dan identitas lainnya berhamburan, sayangnya aku tidak mencoba membantu memungutinya karena tidak ingin terjebak adegan romantis dengan tokoh cerpenku sendiri.
Sebenarnya aku ingin bertanya kepadanya, karena seingatku, dalam cerpen yang aku tulis dia mengendarai sepeda motor, bukan naik angkot seperti saat ini, sayangnya, seperti biasa, aku tidal berani untuk memulai sebuah percakapan.
Tetapi kemungkinan tidak bisa diprediksi, kakiku menyenggol sesuatu dan aku melihatnya, sebuah pulpen, kuambil lalu aku menyentuh sikutnya.
"Ini, pulpenmukah?"
Dia melihatku, tersenyum dan berkata, "Ya, tentu.. Terima kasih, ini pulpen yang penuh kenangan.."
Aku tersemyum, ternyata, sama seperti dalam cerpenku, dia juga sentimentil, aku jadi ingat sebuah kutipan yang berkata, tidak tahukah kau betapa sentimentilnya sebuah kenangan?

Angkot terus berjalan dan dia masih duduk disampingku, seandainya bukan perkara pilosofi atau cerita fiksi, aku ingin banyak bertanya kepadanya, tetapi dia terlalu asik dengan sebuah novel berjudul Epigraf, sehingga dia hanya menjawab pertanyaanku dengan ya dan tidak.
Aku memang harus akui, sebagai mahasiswa dengan trayek jauh dari kost kekampus yang menelan waktu sekitar lima puluh sampai enam puluh menit perjalanan, banyak orang yang naik turun dari angkot tersebut dan biasanya aku turun beberapa ratus meter sebelum pangkalan dan saat itu hanya tersisa aku sendiri dengan supir angkot.
Kali ini tidak, aku dengan Liana, tokoh cerpenku yang cantik itu dan aku belum sempat menanyakan alamatnya dam dimana kampusnya ketika aku harus turun dari angkot bahkan aku belum sempat menanyakan kemana tujuannya..
Aku tersenyum sendiri, kupandangi angkot yang bergerak menjauh mengiringi kendaraan-kendaraan lainnya sambil berharap, besok, lusa atau kapan aku bisa naik angkot yang sama dan angkot itu akan berhenti di halte sebuah kampus tidak ternama untuk menaikkan seorang penumpang cantik bernama Liana, aku masih punya beberapa pertanyaan kepadanya dan tentu aku ingin menanyakannya, "Maukah engkau menjadi tokoh cerpenku lagi?"

Arah Dairi Kedepannya

                                                     Arah Kabupaten Dairi Kedepannya Sebagai penduduk Kabupaten Dairi yang sedang merantau, ...