Kamis, 30 Oktober 2014

Bingkai Oktober


                                       
Bingkai Oktober


Jika oktober datang lagi di esok hari, mungkin semua tidak lagi begini 
Tidak ada gerimis atau mendung yang bergelantung dihatimu 
Sebab ombak telah memacu, beradu menuju kelautan lepas, dan gunung-gunungpun kian menghijau dan puncaknya ditutupi salju 
Tidak akan ada kisah yang perlu kau baca disana, sebab daun-daun sudah punya ceritanya sendiri, kenangan telah terbingkai pada dahan-dahan cemara dan bunga-bunga telah mekar di taman surga.
Lihatlah, tunas-tunah muda ada disetiap pucuk harapan, satu persatu mereka menyambut matahari yang telah lama kita nanti 
Dan kelopak mawar telah membuka kuncupnya, semerbak memenuhi jiwa 


Jika engkau kembali lagi disaat nanti, saat lembar-lembar hari di kalender kamarmu berganti 
Mungkin tidak akan kau temui lagi kisah ini, sebab kisah baru telah dimulai lagi 
Saat sepasang remaja menyusuri jalanan ini, meninggalkan sebuah kisah tanpa cela dan harapan yang berbeda 
Dan jika esok hari kau masih mencoba tetap kembali, akan kau temui aku disini, terpekur menunggu hujan turun lagi, berharap ada kalimat baru yang harus dirangkai.

CATATAN 27 Oktober 2014

Akankah aku selalu bisa menikmati waktu yang akan terus berlalu ini? Aku tahu bahwa setiap detik dalam hdup ini adalah harapan dan kita punya berbagai cara  untuk mewujudkan harapan itu. Kadang kita harus merelakan semua tetapi tetap tidak ada kepastian untuk mendapatkan harapan itu.
Aku adalah aku, egoisme yang mungkin akan selalu mengantarkan aku kesebuah ketidakpastian, aku selalu memikirkan diriku sendiri meski kali ini aku tahu bahwa setiap rencanaku bukanlah aku sendiri yang menentukan. Kadang aku berharap apa yang didepanku adalah jawaban doa-doaku, tetapi kenyataan harus memaksaku menggigit jari dan menunggu sampai kapan kenyataan ini kuhadapi.
Aku selalu berharap bahwa setiap kenyataan ini adalah kebahagiaan, kesenangan bahkan kesantaian. Tetapi aku harus tetap menjalani hidupku dengan penuh pemikiran dan semoga ini bisa mengantarkan aku menuju kedewasaan. Aku tahu bahwa aku harus sabar menghadapi proses pembentukan ini, semakin lama dibentuk maka jiwaku akan semakin lentur dan bisa untuk semua wadah, ya begitulah kenyataan saat satu persatu impianku harus kurelakan.
Kadang aku senang dengan yang namanya kekaguman, aku senang dengan kemungkinan dan harapan dan aku adalah yang menyimpan semua dalam tulisan.
Dan tahukah kau sejak pertama aku melihatmu aku tahu bahwa kau memiliki sifat yang kuharapkan, tetapi aku tidak terlalu mudah menunjukkan sebuah kekaguman sebelum mempelajari sifat seseorang, karena itulah aku mencoba membaca buku untuk bisa melihat bagaimana reaksi dalam sebuah pertemuan dan aku akan terus mempelajari semuanya.
Pernahkah kau tahu saat aku mencatat tulisan ini, sebenarnya sangat banyak yang ingin kutuliskan untukmu (meski aku tahu bahwa tulisanku hampir tidak teratur sehingga sulit ditangkap maknanya), kenapa? Tiap aku menulis kata, akan selalu banyak ide yang ingi kutuliskan untuk membuat kau tertarik paling tidak pada tulisku ini saja.
Aku pernah berpikir kepada siapa tulisan ini kusampaikan suatu hari nanti, dan itu jugalah yang akan membuatku selalu menulis untuk menuangkan setiap yang ada dipikiranku. Aku selalu tahu bahwa sungguh sangat banyak yang harus kuperbaiki dulu untuk sebuah harapan, aku tahu bahwa aku harus membuat sebuah rancangan sebaik-baiknya, pondasi yang kuat dan tiang yang tidak mudah goyah. Aku tahu bahwa tidak bisa hanya mengandalkan rasa suka dan rasa sayang untuk memulai sebuah hubungan belum lagi kantong yang tidak berisi dan kelemahan-kelemahan lain yang akan selalu menghantui.
Kadang aku memang merasa sangat kesepian dalam kenyataan, saat ,melihat teman-teman begitu mudah jatuh hati dan berganti pasangan, saat teman-teman begitu saja lupa pada seseorang yang pernah jadi kekasihnya. Tetapi mungkin tidak begitu denganku, bahkan kalau ditanya aku bisa mengingat detail semuanya dengan begitu sempurna dan mungkin akan selalu begitu (dan aku berharap ini bukanlah menjadi sebuah kebiasaan buruk nantinya.

Tentang kali ini sebenarnya aku harus nmengiyakannya bahwa aku juga mengalaminya, aku tidak  tahu mengapa aku tidak bisa berhenti memikirkan tentangmu, ini sebuah ketololan yang sangat konyol menurutku, tapi sayangnya kali ini aku bukanlah seorang yang suka bersaing apalagi kepada sesama teman dan jika harus ya, aku tidak mau memaksa diri sebab aku tahu, prinsipmu akan selalu sama denganku : bahwa dalam hidup ini kita selalu punya pilihan dan kita akan selalu punya hak untuk pilihan itu. Dan kali inipun aku menyerahkan semuanya kepada Tuhan, sebab Dia adalah Sahabatku, sahabat kita dan Dia-lah yang akan menuntun keputusanmu (dan juga menuntunku terus melalui masa-masa ini).
Melihat yang ada, kadamg aku pesimis kepada diriku dan inilah yang selalu membenamkan keinginanku untuk mempunyai kekasih, aku belum siap saat seorag wanita mengetahui siapa sebenarnya aku, belum siap melalui hari-hari ini dengan kesibukan mempunyai seorang kekasih. Tapi diatas semua itu, aku selalu mencoba membawakan diri sesuai dengan tempatnya, pura-pura menjadi orang yang tegas saat memimpin rapat dan berbicara bersama junior da senior, mejadi teman yang konyol dan pura-pura bodoh bersama tema-teman, menjadi seorang adik dan abang buat saudara. Ya, itlah kebahagiaan buatku saat ini, bermanfaat bagi orang-orang sekitar sehngga mereka bisa mengenang sedikit tentangku, mengingatku dan merasa aku berarti bagi mereka semua (Meskipun mereka tidak tahu apa yang sebenarnya ada dalam pikiranku)

Aku tau, seiring waktu berlalu, semua ini akan mengantarkanku kepada pengalaman, kedewasaan dan (semoga) kebijaksanaan. Soal ini, aku tidak ingin menceritakannya banyak sebab aku tidak ingin seorangpun tahu apa yang kurasakan. Biarlah suatu saat nanti jika Tuhan memann mengizinkan kita punya waktu untuk bersama maka aku akan menceritakannya, atau jika tidak aku akan mencoba menuliskannya menjadi sebuah novel atau paling paling tidak seiring waktu yang akan terus berjalan aku akan lupa tentang semuanya.

Kamis, 23 Oktober 2014

Koreksi Diri

Jika harus kuceritakan, mungkin akan terlalu banyak yang saat ini sedang kupikirkan. Aku memang kecewa karena semua tidak seperti yang kupikirkan, tapi sampai kapan aku dikuasai sebuah ego dalam pikiran dan keinginan?
Aku sering melakukan sesuatu hanya untuk status dan kehormatan, bertindak hanya untuk sebuah penilaian dan itu adalah sebatas baik atau buruk, jelek atau tidak, menarik atau bukan. Aku kecewa jika tanggapan bukan seperti yang kuharapkan, lebih kecewa lagi jika itu tidak dapat meningkatkan pencitraan.
Aku sering mencari pujian, kehormatan bahkan kekaguman dalam artian adalah untuk mengamankan status dan pandangan orang lain, bertopengkan kebaikan dan tingkah pola yang sopan dengan banyak tujuan, mengutamakan keegoisan hanya sebuah kebohongan. Entahlah, kadang aku berpikir lebih baik jadi orang yang biasa-biasa saja, tidak terkenal, tidak punya banyak teman tetapi tetap dalam kejujuran dan kejernihan pemikiran. Lebih baik menjadi orang yang tidak bisa apa-apa, dipandang sebelah mata daripada harus menyimpan dusta dan membohongi diri sendiri.
Rasanya sudah bosan menjadi orang bertopeng, sudah cukup lama membohongi diri sendiri.
Dan jika seandainya harus jujur, aku bisa berkata dan kurasa orang-orangpun tidak tau siapa sebenarnya aku dan bagaimana kehidupan dan cara pikirku.
Kadang aku tertawa melihat kepribadianku, tidak stabil dan selalu berubah-ubah sesuai kebutuhan. Kadang sok tegas dalam sebuah rapat, sok jadi orang baik dan taat saat bersama orang-orang yang taat, jadi pemabuk saat bersama orang yang suka ngawur, banyak bicara dengan teman yang banyak cakap, membaca hal-hal yang tidak baik bahkan mambayangkan hal-hal aneh saat sendiri. Berbohong mengenai ketaatan, malas ke Gereja saat hari minggu, iri kepada teman atas banyak hal, tidur lama-lama hanya gara-gara membaca, malas mengerjakan tugas tetapi tetap sok pintar, sok bisa. Bermimpi selangit tetapi malas berusaha, memanfaatkan teman dan masih banyak lagi.
Entahlah, aku rasa masih sangat banyak lagi.
Mungkin saat nanti kalian akan tau kebohongan dalam diriku ini, aku adalah orang egois yang hanya ingin didengarkan tetapi malas mendengarkan, memandang rendah teman teman karena merasa punya kelebihan, pura-pura punya banyak pengetahuan dan kemampuan padahal hanya untuk menarik perhatian, apalagi?
Masih banyak (dan semoga saja hanya aku yang begitu).

Rabu, 22 Oktober 2014

Surat untuk Hujan

Kita pernah melalui ini,jalan setapak yang dengan angin sepoi dan kau selalu bertanya saat kita melalui jalan yang sama. “Mengapa kita terus melalui ini? Mengapa tidak melalui jalan lain?”
Haruskah kukatakan padamu? Setiap jalan adalah sama, cuma beda usia dan kondisinya. Tidakkah kau lihat disekeliling kita? Jalan penuh dengan pemandangan bunga liar, ilalang dan kapas yang memutih di ujung sana. Semuanya dibentengi pegunungan bukit barisan dengan Gunung Sibuatan yang menjulang.
Haruskah kau kembali bertanya jika suatu hari nanti kau kubawa melalui jalan ini?
Kau tau, waktu terus berganti dan kita juga akan berubah. Tahap biologis ataupun budaya dan sosiologi. Akankah saat kita bertemu nanti kita masih bisa saling menatap dan memegang tangan untuk dapat berjalan melalui jalan itu dengan bergandengan tangan?
Waktu adalah waktu dan seperti yang kita tau kenangan punya tempat tersendiri dalam hati. Jika kita masih ingin menikmati sore hari, tertawa sepanjang hari, haruskah kenangan diakhiri?
Seorang penari nungkin bisa menari dimasa tua, penulis bisa membaca tulisannya, pemotret akan memandangi jepretannya dan pelukis akan memajang lukisannya.
Lalu aku? Haruskah aku kembali menari bersama bayanganmu, membaca kembali cerita yang kutulis tentangmu (untuk mengingat kenangan itu, mumutar kembali kilasan wajahmu yang tersenyum malu-malu menatapku, memajang lukisan tentang masa depan yang selalu kurancang itu?
Aku tau itu gila, tetapi aku tidak pernah tau mengapa aku bisa begitu.
Lihatlah, setiap malam aku selalu menulis beberapa kata. Bahkan bila aku rindu aku menulis semua rasa rinduku pada buku.
Aku tidak pernah tau entah ini hal gila atau tidak. Mengingatmu membuat pikiranku tidak menentu, aku tau, didepan orang aku hanyalah orang yang tidak tau dan tidak mau tau. Tetapi aku punya banyak cerita dalam hatiku,dalam pikiranku.
Setiap waktu adalah tantangan bagiku, antara cita-cita, keluarga dan engkau.
Jika orang bertanya engkau itu siapa?
Haruskah aku cerita bahwa engkau adalah seorang gadis yang kusuka?
Aku tidak tau, tapi harapanku adalah suatu hari nanti engkau akan membaca tulisanku dan engkau dapat mengerti bagaimana aku mencintaimu dalam tulisanku.
Tapi aku tau aku adalah seorang yang sangat rapuh dan tidak cocok untuk tempat berlindung, Hari-hariku kelabu dan buram.
Akan sanggupkah engkau melalui hari tanpa warna ini?
Jika saat nanti semua yang kutulis ini bukan lagi hanya angan dan mimpi, maukah engkau melangkah bersamaku dan kita akan berjalan beriringan melewati jalan yang pernah kuceritakan.
Aku akan selalu punya cerita untukmu, tentang mimpi-mimpi yang melayang. (Meskipun aku tau bahwa kau bukanlah anak kecil yang pantas didongengi).
Aku pernah bertanya kepada diriku sendiri, sampai dimana batas mimpi itu?
Aku tidak tau, tetapi aku sering terperanjat dan bangun dari hayalanku. Aku tau, meskipun saat ini kau bisa jadi milikku, tidak ada yang bisa kulakukan untukmu. Tidak ada!
Aku hanya bisa berdoa,jika memang akan ada cerita, aku yakin tidak akan pernah terganti jadi cerita lain.
Dan kau tau? Malam ini, saat aku menulis ini aku sedang merencanakan jika saatnya kau wisuda nanti (2016 dan semoga saja aku sudah tidak lagi dikampus kita agar aku tidak melihat kekasihmu memelukmu dan memberimu bunga)aku memberimu bungkusan, tulisan-tulisan yang bodoh ini, sebuah buku yang sangat kusukai serta setangkai bunga sintetis agar bisa kau simpan.
Aku tidak ingin mendengar kabarmu suatu saat nanti akan menikah, tetapi aku senang jika kau sudah menikah dan berkeluarga.
Ketahuilah, saat aku menulis surat ini aku sedang membayangkan senyummu, membayangkan bagaimana jika seandainya kau membacanya, mungkinkah kau merasa bahwea tulisanku adalah tulisan terlonyol yang pernah kau baca atau kau hanya akan menganggapku bercanda?
Aku tidak tau, tetapi semoga saja suatu hari nanti seseorang yang akan jadi istriku tidak pernah membaca tulisan ini tetapi aku ingin kekasihmu dan juga suamimu suatu hari nanti membaca tulisan ini agar dia tahu ada orang lain yang sangat mencintaimu sehingga dia akan berjuang untuk mempertahankanmu dan menjagamu.
Ketahuilah, aku menulis ini karena aku merindukanmu dan seperti biasa aku selalu menulis kerinduanku itu di setiap buku yang ada didekatku tetapi malam ini aku menulisnya disini dan aku berharap rasa rinduku ini bisa berkurang.
Dan aku mencoba untuk melupakan semua.
Semoga!
Selamat malam hujan
Selamat malam puisi
Semoga malam jadi kenangan
Dan esok hari harus berganti
Karena banyak hal baru yang harus terjadi.
Dan malam ini kau harus bermimpi, bahwa setiap waktu yang kita miliki sangat berarti.
Selamat malam hujan, tidurlah..!
15 Oktober 2014

Arah Dairi Kedepannya

                                                     Arah Kabupaten Dairi Kedepannya Sebagai penduduk Kabupaten Dairi yang sedang merantau, ...