Jumat, 10 Juli 2015

Sedikit kenangan dari Gunung Sinabung

Siapa bilang kenangan itu hanya tentang cinta dan pacaran?
Aku ingin bercerita kepadamu ttg sebuah pengalamanku di tahun 2013 lalu, ketika itu bencana ttg Sinabung sedang hangat-hangatnya melanda tanah Karo dan tentu kau mengingat itu bukan?
Saat itu aku masih semester tiga, dgn teman-teman yg lain kami pergi ke pengungsian Sinabung yg diberangkatkan resmi dari kampus oleh Wakil Rektor III, dana yg kami gunakan adalah hasil penggalangan dari mengamen dan kegiatan aksi dana lainnya, dan ketika melihat itu, saya baru sadar bahwa siapa sebenarnya orang yg punya hati nurani, siapa yg tidak.
Ya, tentu, sangat banyak yg bisa kupelajari, aku yg tdk pernah aksi dana dgn keringat dingin ikut meminta sumbangan, mendengar ocehan dari orang-orang yg menghina bahkan mengejek aksi tsb.
Tapi ketika sudah sampai dipengungsian, melihat pengungsi yg senyumnya cerah menyambut kami, dan anak-anak yg begitu ceria, semua itu bisa lupa.
Kami berangkat hari sabtu pagi dari kampus, terbagi menjadi lima posko utk lima tempat pengungsian dan aku berada di posko 5 dgn 10 orang lainnya, kami semua beda jurusan bahkan beda fakultas, tetapi kebersamaan utk jd relawan membuat tdk adalagi kecanggungan.
Kami menghabiskan waktu utk bersosialisasi dgn mereka, mendengar cerita dan keluhan bahkan beberapa teman mencoba utk ikut makan sirih, ya itu sebuah pendekatan yg unik menurutku.
Ketika agak sore, kami mulai ikut mempersiapkan makanan didapur umum utk pengungsi, aku masih ingat ketika itu adalah musim hujan, jd cukup susah jg utk dapat beraktivitas dgn lancar.
Teman-teman cewek ikut membantu ibu-ibu, sedangkan kami membantu pria-pria dewasa.
Oya, hampir lupa, kami berada di posko 4 sebuah desa yg bernama Selandi Baru, dan tempat pengungsian yg ditempati disitu adalah sebuah wisma, dan sebenarnya aku kasihan kpd teman-teman di posko 2, mereka berada di tempat pengungsian yg adalah gudang sayur kol, kurasa kau dapat membayangkannya.
Okelah, saya lanjutkan!
Setelah makan malam, kami kembali berbaur dgn pengungsi, dan aku lebih memilih berbaur dgn sekitar tujuh orang anak berumur kurang dari sepuluh tahunan, awalnya aku bercerita ttg beberapa hal kepada mereka sehingga merekapun terpancing jg utk menceritakan dirinya masing-masing.
Sesudah itu, aku jg mengajarkan mereka beberapa permainan yg kutahu, dan mereka dgn antusias menyambutnya.
Sesudah itu mereka semua mendapat perintah utk istirahat, sdgkan kami berkumpul utk berbincang-bincang.
Disitulah aku mendengarkan byk cerita dari seorang seniorku jurusan Akuntansi, ya, dia bercerita semuanya yg telah merubah konsep berpikirku ttg apa sebenarnya kuliah itu, bagaiman menjalaninya dan apa dampaknya jika tidak berhasil menerapkannya, dia memang tidak bercerita banyak sekali, tetapi bagiku semua itu adalah pelajaran yg sangat berarti, dia jg bercerita ttg sejarah organisasi Fakultas Ekonomi dan jg pembekuan BEM FE pada masa itu, aku jg ingat pesan yg disampaikannya padaku dan harapan yg membuatku terbeban hingga kini karena belum bisa secara total kupenuhi.
Ya, begitulah, esok paginya sekitar pukul setengah lima kami sudah dibanguni utk mempersiapkan sarapan bagi para pengungsi, kami jg membersihkan piring dan kegiatan-kegiatan lain, setelah itu kami jg membuat beberapa acara dgn mereka hingga sore hari, disitulah banyak moment dan salah satu moment itu sebenarnya ingin kujadikan cerita suatu saat nanti.
Sorenya aku masih ingat beberapa orang anak yg menangis saat kami akan pulang kembali ke Medan, kepala desa yg berkata bahw sebenarnya mahasiawa Nommensen itu ternyata bukanlah seperti mahasiswa yg selama ini ada dalam persepsi mereka, aku tersenyum senang mendengarnya.
Sebenarnya, aku berjanji dalam hatiku, suatu saat nanti aku ingin kembali, tetapi bukan sebagai relawan yg ingin membantu pengungsi, tetapi sebagai seorang yg akan lebih memberi arti ttg makna hidup ini.
Dan aku tergerak utk mencatat ini ketika membaca bahwa sampai hari ini ternyata masih ada yg mengungsi, ya, apa boleh dikatakan lagi?
Sekarang, aku hanya bisa bantu dgn doa..
Bersabarlah, suatu saat pasti ada waktunya..

Arah Dairi Kedepannya

                                                     Arah Kabupaten Dairi Kedepannya Sebagai penduduk Kabupaten Dairi yang sedang merantau, ...