Senin, 30 April 2018

Eksistensi

Eksistensi

Akhir-akhir ini, eksistensi sepertinya sangat dituntut. Terlebih eksistensi dunia kerja bagi yang sudah bekerja dan tentu eksistensi di Dunia Maya bagi Kita semua penggunanya.
Cara berfikir untuk membandingkan yang Kita miliki juga sepertinya sudah semakin abstrak dan tidak ada acuan yang jelas antara satu hal dengan hal yang lain, meskipun kadang menurut saya, membandingkan eksistensi itu adalah hal  yang susah.
Saya sering scrolling layar ponsel saat pagi hari atau jam-jam istirahat membuka sosial media. Kadang timbul rasa iri juga melihat postingan teman-teman disosmed tentang tempat kerjanya, tempat yang dikunjunginya, pacarnya yang cantik dan mereka yang selalu mengumbar kemesraan.
Sejenak saya berpikir, memang kadang benar, Kita eksistensi akan keadaan Kita bisa diwujudkan dengan cara yang demikian itu. Kadang memang perlu menunjukkan bahwa ada, Kita bisa Dan Kita punya sesuatu yang bisa ditunjukkan. Kita Ada karena Kita punya sesuatu untuk dipamerkan*)
Tapi dilain Hal, benarkah sekeliling Kita membutuhkan eksistensi itu?
Saya tidak pernah melakukan riset, tetapi dari beberapa teman yang mengobrol dengan saya menjadikan postingan di Dunia Maya menjadi topik yang hangat dalam setiap percakapan.
"Nal, si A dapat kerja di PT A.. si B sudah resign dan pindah C.. "
"Darimana kamu tau?"
"Instastorynya, diakan ngupload Poto  dari Status WA-nya..."
Hal yang sangat sering Kita dengar akhir akhir ini.
Jadi?
Eksistensi seseorang dapat dengan mudah Kita ketahui, cukup hanya membaca status dan storynya di Sosmed, semua jelas.
Lalu, apakah mereka yang tidak membuat postingan atau mereka yang hampir tidak pernah aktif disosmed tidak punya eksistensi?
Belum tentu..
Maknailah dulu apa sebenarnya makna eksistensi, karena eksistensi bukanlah hanya sekedar eksis!
Berpikir dulu, karena "Aku berpikir maka aku Ada"..
Itulah eksistensi awal yang harus Kita ketahui.
Tentang keinginan untuk eksis dan diakui orang, aku sangat sering berusaha untuk hal tersebut, tapi lama-lama aku juga berpikir bahwa aku bukan untuk membandingkan diriku dengan orang lain. Aku menulis ini bukanlah untuk menunjukkan eksistensiku, hanya karena aku sudah lama tidak menulis dan senang jika anda menyempatkan diri untuk membacanya.
Karena aku Tau bahwa sesudah membacanya, setidaknya ada pemikiran yang terlintas dibenak anda dan mulai merenungkan apa itu sebenarnya eksistensi..
30042018

Minggu, 22 April 2018

Time will show you how much ...

Diantara sekian defenisi yg kusukai saat membaca sebuah buku adalah tentang waktu dan kesempatan.
Aku menyukai mereka yg menjabarkan waktu dengan detail, mereka yg medefinisikan waktu dan tentu mereka yg membuat waktu itu berarti.
Penggambaran tentang waktu memang tidak sederhana, banyak pertanyaan apa dan mengapa disana, meskipun kdng dimensinya adalah Satu, tapi waktu adlah sesuatu yang Pasti dan tetap, tidak pernah bisa dimanipulasi.

Kamis, 19 April 2018

Tentang Gadis Fiksi

Tentang Gadis Fiksi itu

Aku menemukan dia, di halaman pertama Novel kesukaanku, seorang Gadis Manis yang cerdas, senang membaca dan saat tersenyum sebuah lesung pipi terbentuk diwajahnya.
Dari sekian Gadis yang kukenal, dia adalah orang dengan tatapan penuh semangat, berambisi meskipun kadng melankolis dengan teori-teori dari buku yang dibacanya. Kami bisa saja berdebat dengan hebat tentang apa saja, bahkan tentang latar cerpenku di Heaton Park,  Wakayama atau Kota M yg sangat abstrak. Juga jalan ceritaku yg katanya sentimental dan lebay, meskipun kadang sedikit romantis.
Kadang aku merasa bahwa benar, dia Ada dalam fiksi dan argumennya adalah imajinasiku.
Seperti misalnya disuatu sore, disuatu taman pinggiran Sungai M, aku akan menemui seorang Gadis, datang tepat waktu dan mengamati sekeliling, perlahan senja mulai turun nun jauh, dimuara Sungai M dan cahaya mulai terpendar membentuk gradasi sehingga semua yang membelakangi matahari membentuk siluet. Perlahan sebuah bayangan sempurna bergerak mendekatiku, duduk dan berkata, "Sudah lama?"
"Masih baru saja.."
Dan andai waktu juga adalah fiksi, mungkin aku akan memainkan alur mundur untuk mengulang sebuah moment.
"Kamu menunggu bukan?" Tanyanya tanpa basa basi, dan aku tahu, hanya Gadis cerdaslah yang tidak mau berbasa-basi.
"Ya, menunggumu untuk menghitung kemungkinan.."
"Hahaha, defenisi yang abstrak, kamu hanya akan merangkai cerita dari semua waktu yang kami habiskan untuk menunggu, bukan cerita aneh saat seorang penulis jatuh hati kepada aeorng Gadis cantik dan cerdas, lalu menulis surat dan cerpen untuknya, hingga suatu hari nanti Gadis itu menemukan kekasihnya dan menikah. Cerita Basi Dan klasik.."
"Kamu tahu, lalu mengapa kamu bertanya?"
"Karena aku ada dalam imajinasimu, aku fiksi yang berkali-kali kau ganti nama dengan sesuka hati berdasarkan defenisimu sendiri, kadang aku kau beri nama Liana, S di T, juga nama seorang Gadis yang dulu sempat kau sukai. Jadi aku pasti tau semua Karena aku Ada dalam ceritamu.."
"Ah, sok tahu.."
"Bukan sok tahu, tapi memang tahu, karena dalam ceritamu kau membuatku jadi seorang Gadis yang cerdas, menyuki sastra, filsafat dan tentu senang membaca Wikipedia.."
"Ya, aku Tau itu, tetapi sebagai tokoh fiksi bukaknkah kamu tidak berhak untuk mencampuri urusan pribadi penulismu?"
"Urusan pribadi? Urusan pribadi atau urusan sentimental yang seringkali adalah luapan perasaan karena galau?"
"Ah, terserahlah, tapi kamu tau mengapa aku mengajakmu kesini setelah sekian lama aku tidak menulis?"
"Ya, paling tidak kamu sedang galau lagi.."
"Hahaha, kamu memang tahu apa yang kupikirkan.."
"Lalu?"
"Aku ingin latar yang sederhana untuk sebuah cerita, aku ingin menyelesaikan sebuah cerita setelah sekian lama tidak menulis.."
"Menulis tentang patah hati lagi? Tentang Gadis yang kepadanya kau tidak berani mengutarakan isi hatimu lalu cerpenmu jadi cerpen galau dengan ending yang kacau balau?"
" Tentu bukan, aku ingin ending yang keren dengan latar  Jalan Komano Kodo yang dibingkai dengan sekelumit kenangan.."
" Baru dapat Dari Wikipedia ya latarnya itu?"
"Ya, sebuah jalan tua di Wakayama yang Masuk situs warisan Budaya UNESCO.."
"Sebagus apasih?"
"Kamu ingin Tau?"
"Tentu.."
"Kau mau menemaniku?"
Dan tanpa menjawab kami menelusuri laman web wikipedia, meskipun tidak Ada hujan gerimis, musim semi, salju, angin sepoi-sepoi, atau daun-daun yang berguguran, aku tahu semuanya ternyata hanya fiksi.
Dan sore itu, di Wakayama, aku semakin yakin, bahwa fiksi itu ternyata Indah juga 😀

Senin, 09 April 2018

Ketika Cerita Bukan Hanya Soal Cinta : Aku juga Pernah Sok Idealis

Dari sekian banyak catatanku, kabanyakan bercerita tentang jatuh Dan patah hati, rasanya hampir tidak Ada istimewanya dibandingkan dengan remaja belasan yang jatuh cinta Dan patah hati.
Dari sepersekian catatanku, Ada juga catatan 'sok' idealis yang pernah kutulis.
Mencoba mengerti Dan memahami politik, kehidupn masyarakat, sosiolog-antropologis bahkan dunia sastra coba kutekuni.
Aku meminjam banyak buku-buku sejarah Dan sastra Dari perpustakaan kampus, juga mendata Serta mencari buku tentang pergerakan sosial, pergerakan mahasiswa juga buku-buku lain agar nampak seperti seorang aktivis dengan pemikiran yang revolusioner. Tetapi diakhir, aku hanya membaca Satu Dari seratus buku yang kupinjam.
Aku lebih banyak tertarik ke buku-buku romantis dengan cerita drama yang sentimental. Tidak lebih dan tidak kurang 😎.
Dilain waktu, saya pernah juga mencoba menjadi seorang yang menyukai filsafat, mencoba membaca Dan memahami buku-buku filsafat tebal, filsafat Eropa abad pertengahan, filsafat barat, filsafat Posmo dan buku-buku lainnya saya pinjam dari perpustakaan kampus (Jika ingin membuktikan anda bisa mengecek di perpustakaan kampus, aku yakin NPM-ku masih tercantum disana, Karena Dari sekian buku filsafat yg kupinjam, daftar peminjamnya paling banyak Dua sampai tiga orang saja). Tapi diakhir buku-buku filsafat itu berakhir tragis juga, Tak Ada yg habis kubaca semua.
Lalu, lain waktu, say pernah dengan tekun membaca Koran Dan mengikuti perkembangan opini-opini disana, menarik juga kadang cara pandang mereka, hanya kadang saya berpikir sebagus apapun opini itu lebih sering hanya berakhir sebagai opini yg sejenak melintas dimedia Massa yg jika media itu expired maka opini itupun akan jadi expired, jadi rasanya sia-sia, padahal yg menulis itu seringkali adalah professor atau paling tidak orang yg kompeten dibidangnya.
Diantara semua itu, beberapa hal yg masih sering kutekuni, membaca cerita sentimental 😅
Aku sadar, kadang idealis saja tidaklah cukup.
Tetapi meskipun begitu, aku sering berharap disuatu waktu aku bisa menghabiskan waktu berdiskusi dengan seorang Gadis dengan pemikiran terbuka, mulai Dari Hal yg sentimental, idealis, revolusioner,  bahkan sampai dengan Hal konyol, romantis dibarengi dengan sastra sejarah Dan Budaya.
Menikmati Hari itu dengan secangkir kopi dipinggir danau atau dibawah pohon dihalaman sebuah kampus.
Aku yakin itu suatu Hal yg menyenangkan untuk dilakukan.
Aku sadar, semuanya kompleks, tapi diatas semua kompleksitas itu Ada sebuah pola, yang membentuk keindhan sekuntum teratai.
Dan teratai itu akan mekar, terbuka, seperti pemikiran seorang Gadis yg kuajak bicara tempo Hari.
09042018

Minggu, 08 April 2018

Sebuah Jurnal : Pasti

Sebuah Jurnal : Pasti

Ada keraguan besar yang membuat Kita berpikir banyak untuk membuat sebuah keputusan.
Kemungkinan-kemungkinan Dan efek domino Dari keputusan itu. Baguslah kalau efeknya adalah positif, bagaimana kalau negatif?
Kita bisa saja tidak diterima dilingkungan sosial Kita,  tidak disukai rekan Kita, atau kemungkinan-kemungkinan buruk lainnya.
Banyak yang berfikir, mungkin semuanya hanyalah sejenak saja dan menikmati dengan apa adanya, berjalan lurus seiring waktu. Tidak berusaha apa-apa Dan nyaman dengan keadaan saat ini. Banyak juga yg memberontak dengan kenyataan Dan melakukan kreativitas yg menabjubkan. Tapi diakhir hasil yg mereka peroleh dengan usah yg berbeda tetap sama. Bahkan banyak yg melakukan usaha praktis dengan hasil yg lebih.
Bagaimana bisa?
Anggap saja semuanya itu hanyalah penyimpangan semu.
Usaha tidak akan pernah menghianati hasil.
Seorang yg terus berjalan lurus kedepan tentu akan sampai dibanding mereka yg berhenti atau bahkan tidak melangkah sedikitpun.
Harapan itu adalah sesuatu yg Pasti.
Kita istimewa Karena Kita punya harapan.
Tetap berjalan kedepan Dan memndang kemungkinan-kemungkinan dengan Pasti.
Meskipun kadang Ada rasa sesal dn kecewa, rasa lelah dan iri dan rasa apapun itu akan tetap bisa jadi motivasi.
Seorang pejalan Pasti Tau kemana arah yang ditujunya Dan apa tujunnya meskipun kadng tidak Tau berapa jauh jarak yg harus ditempuh untuk tujuannya itu.
Seorang pejalan adalah seorang tukang Jurnal yang mencatatkan hidupnya dalam untuk kebadian.
Seorang pejalan adalah masing-masing Dari Kita sendiri yang belajar Dari pengalaman Dan jalan-jalan yang Kita tempuh.
Setial orang adalah pejalan dengan tujuan yg Pasti.

Minggu, 01 April 2018

Sebuah Jurnal

Sebuah Jurnal : Menuju Rumah

Ada beberapa catatan yang belum sempat saya selesaikan, tetapi meskipun begitu coba untuk tetap berjalan dalam alur dengan sebuah tujuan.
Ragu adalah sebuah untaian yang selalu membentuk harapan.
Diantara sekian kemungkinan, perjalanan Menuju Rumah adalah impian, untuk sebuah senyum hangat Dan pelukan, secangkir kopi Dan jutaan candaan.
Rindu yang akan berpaut pada tiang-tiang kayu tempat menggantung kenangan Dan senja yang mewarnai Masa kecil.
andai mungkin kembali pada Jalan itu lagi, Menuju Rumah adalah kemungkinan paling damai.
Meskipun terkadang lupa arah, tetapi rindu adalah kompas yang menuntun Menuju Rumah untuk sebuah pelukan hangat.
Banyak perjalanan Dan pengalaman yang akan membuatmu berjalan berat Menuju Rumah, tetapi rindu kadang akan mengalahkannya dan menjadikannya sebuah cerita sempurna.
Tetaplah berjalan berjalan maju Menuju Rumah.
Karena dirumahlah semua bermula untuk sebuah cerita dalam suatu Masa.

Arah Dairi Kedepannya

                                                     Arah Kabupaten Dairi Kedepannya Sebagai penduduk Kabupaten Dairi yang sedang merantau, ...