Entahlah tetapi malam ini ada
cerita yang seharusnya kamu tahu, tentang pohon yang tumbuh sendiri di padang
dan seekor burung membuat sangkar di dahannya. Kamu juga harus tahu tentang
tunas-tunas muda yang muncul saat musim semi mulai tiba, dan daunnya mulai
muncul menjelma hijau diantara ranggas-ranggas yang masih tersisa. Atau juga
tentang matahari yang muncul di pagi hari dan dia selalu tepat waktu sekali (pernahkah kau bayangkan jikalau matahari itu
seorang lelaki yang selalu menepati janji dan suatu hari nanti engkau diminta menemuinya dan disuruh menunggunya? Aku tahu engkau pasti menanti meskipun waktu
semakin lama semakin menghantui, ah tetapi nanti saja atau esok hari
kuceritakan kepadamu tentang matahari-itupun jika kamu punya waktu)
Ya, kamu harus tahu semua itu.
Sebab sebenarnya sangat banyak yang ingin kuceritakan padamu : Tentang
bintang-bintang yang kadang hilang sehingga kita pun linglung dan kadang
kehilangan harapan dibuatnya, tentang bunga ilalang yang kalau kering selalu terbang,
atau tentang rumput-rumput yang selalu mengering dan menguning di padang gersang. Ya,
aku ingin menceritakan kepadamu itu semuanya dikala petang dan kita sedang
bersama menikmati senja yang membayang di bawah pohon rindang, tetapi kadang aku
tahu kamu tidak punya waktu untukku, padahal aku ingin menghabiskan waktu
bersamamu. Bercerita tentang
dongeng-dongeng konyol yang melegenda, menikmati senja yang selalu berakhir
gelap di barat sana, menyirami bunga-bunga yang akan mekar di halaman rumah kita,
mengomentari berita-berita unik dari tiap belahan dunia, memilih destinasi
wisata seperti yang biasa dilakukan orang-orang kaya, menulis puisi bersama, cerita
hingga menghabiskan hari-hari yang sudah tentu akan selalu kurang rasanya.
Ya, seandainya saja engkau
mencoba memahami itu semuanya. Memahami mengapa gemericik air menenangkan jiwa
yang kesepian, mengerti mengapa hujan selalu menyisakan kenangan dalam
kesendirian. Mungkin aku tidak perlu bercerita banyak kepadamu tentang malam
ini, malam dimana lampu di sekitarku semuanya terasa sangat temaram, malam
dimana aku merasa sangat sentimentil dengan sebuah kenangan dan harapan. Malam
yang sangat melankolis untuk seorang yang merasa dirinya selalu mencari
kehidupan.
Aku memang tidak tahu kapan malam
ini berlalu, tetapi aku yakin pasti berlalu. Dan kamu juga harus tahu, malam ini
aku melihatmu berdiri di depan pintu membentuk siluet hitam yang kukagumi itu,
benarkah itu dirimu?
Aku ragu, ragu pada waktu, ragu
pada harapanku, ragu pada pikiranku, ragu pada penglihatanku.
Apakah itu mimpi?
Bukan iu bukanlah mimpi, itu
hanyalah ilusi yang kuciptakan sendiri untuk bias kuceritakan padamu juga suatu
hari nanti saat kau sudah bersamaku, menemaniku menyusuri jalanan yang menanjak
dan berbatu.
Dan aku juga harus memastikan
bahwa kau memang menunggu disuatu sisa waktu, lalu menggenggam tanganku dan melangkah
bersama dan kita akan diam membisu sepanjang waktu. Tetapi aku dan engkau akan
selalu tahu bahwa disetiap tatapan mata kita bertemu akan selalu ada rindu yang
menyatu, rindu untuk menghabiskan sisa waktu itu.
Tetapi, entahlah semua yang
kutulis ini memang impianku saja.
Sesuatu yang biasa kulakukan saat wajahmu mengganggu pikiranku, padahal
sebanarnya aku tahu bahwa waktu masih harus berganti dan berlalu. Tetapi yang
belum bisa kujawab sampai hari ini adalah mengapa engkau berdiri di pintu
hatiku? Masuklah jika engkau ingin masuk, hatiku terbuka untukmu, pergilah jika
ingin pergi sebab sebenarnya engkau menghalangi orang lain untuk masuk (status
kakak kelompok rohaniku).
Sebenarnya, aku hanya ingin malam ini cepat berlalu karena semakin lama
malam ini berlalu semakin banyak juga yang ingin kuceritakan padamu,
semakin lama aku ingin menghabiskan waktu bersamamu, ah, andai kamu tahu aku
menunggu.