Sabtu, 24 Januari 2015

Menghabiskan Malam

Entahlah tetapi malam ini ada cerita yang seharusnya kamu tahu, tentang pohon yang tumbuh sendiri di padang dan seekor burung membuat sangkar di dahannya. Kamu juga harus tahu tentang tunas-tunas muda yang muncul saat musim semi mulai tiba, dan daunnya mulai muncul menjelma hijau diantara ranggas-ranggas yang masih tersisa. Atau juga tentang matahari yang muncul di pagi hari dan dia selalu tepat waktu sekali (pernahkah kau bayangkan jikalau matahari itu seorang lelaki yang selalu menepati janji dan suatu hari nanti engkau diminta menemuinya dan disuruh menunggunya? Aku tahu engkau pasti menanti meskipun waktu semakin lama semakin menghantui, ah tetapi nanti saja atau esok hari kuceritakan kepadamu tentang matahari-itupun jika kamu punya waktu)
Ya, kamu harus tahu semua itu. Sebab sebenarnya sangat banyak yang ingin kuceritakan padamu : Tentang bintang-bintang yang kadang hilang sehingga kita pun linglung dan kadang kehilangan harapan dibuatnya, tentang bunga ilalang yang kalau kering selalu terbang, atau tentang rumput-rumput yang selalu mengering dan menguning di padang gersang. Ya, aku ingin menceritakan kepadamu itu semuanya dikala petang dan kita sedang bersama menikmati senja yang membayang di bawah pohon rindang, tetapi kadang aku tahu kamu tidak punya waktu untukku, padahal aku ingin menghabiskan waktu bersamamu.  Bercerita tentang dongeng-dongeng konyol yang melegenda, menikmati senja yang selalu berakhir gelap di barat sana, menyirami bunga-bunga yang akan mekar di halaman rumah kita, mengomentari berita-berita unik dari tiap belahan dunia, memilih destinasi wisata seperti yang biasa dilakukan orang-orang kaya, menulis puisi bersama, cerita hingga menghabiskan hari-hari yang sudah tentu akan selalu kurang rasanya.
Ya, seandainya saja engkau mencoba memahami itu semuanya. Memahami mengapa gemericik air menenangkan jiwa yang kesepian, mengerti mengapa hujan selalu menyisakan kenangan dalam kesendirian. Mungkin aku tidak perlu bercerita banyak kepadamu tentang malam ini, malam dimana lampu di sekitarku semuanya terasa sangat temaram, malam dimana aku merasa sangat sentimentil dengan sebuah kenangan dan harapan. Malam yang sangat melankolis untuk seorang yang merasa dirinya selalu mencari kehidupan.
Aku memang tidak tahu kapan malam ini berlalu, tetapi aku yakin pasti berlalu. Dan kamu juga harus tahu, malam ini aku melihatmu berdiri di depan pintu membentuk siluet hitam yang kukagumi itu, benarkah itu dirimu?
Aku ragu, ragu pada waktu, ragu pada harapanku, ragu pada pikiranku, ragu pada penglihatanku.
Apakah itu mimpi?
Bukan iu bukanlah mimpi, itu hanyalah ilusi yang kuciptakan sendiri untuk bias kuceritakan padamu juga suatu hari nanti saat kau sudah bersamaku, menemaniku menyusuri jalanan yang menanjak dan berbatu.
Dan aku juga harus memastikan bahwa kau memang menunggu disuatu sisa waktu, lalu menggenggam tanganku dan melangkah bersama dan kita akan diam membisu sepanjang waktu. Tetapi aku dan engkau akan selalu tahu bahwa disetiap tatapan mata kita bertemu akan selalu ada rindu yang menyatu, rindu untuk menghabiskan sisa waktu itu.
Tetapi, entahlah semua yang kutulis ini memang  impianku saja. Sesuatu yang biasa kulakukan saat wajahmu mengganggu pikiranku, padahal sebanarnya aku tahu bahwa waktu masih harus berganti dan berlalu. Tetapi yang belum bisa kujawab sampai hari ini adalah mengapa engkau berdiri di pintu hatiku? Masuklah jika engkau ingin masuk, hatiku terbuka untukmu, pergilah jika ingin pergi sebab sebenarnya engkau menghalangi orang lain untuk masuk (status kakak kelompok rohaniku).
Sebenarnya, aku hanya ingin malam ini cepat berlalu karena semakin lama  malam ini berlalu semakin banyak juga yang ingin kuceritakan padamu, semakin lama aku ingin menghabiskan waktu bersamamu, ah, andai kamu tahu aku menunggu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Arah Dairi Kedepannya

                                                     Arah Kabupaten Dairi Kedepannya Sebagai penduduk Kabupaten Dairi yang sedang merantau, ...