Kamis, 09 Januari 2020

Hujan dan Rasa Cinta yang tidak (jadi) tersampaikan

Sabtu itu, saat SMA dengan jiwa yang menggebu dan sebait puisi romantis yang rimanya dicaplok dari Chairil Anwar, aku memutuskan akan menembak gadis itu, setelah sekian lama dan bermodalkan cerita dan perkenalan dari kawanlah attong aku tau tentang dia.
Sudah minta tolong aku ketemanku itu untuk meng-upgrade profilku biar senang dan suka dia denganku, karena pada prinsipnya rasa suka itu katanya berasal dari pendengaran.
Sorenya dengan perasaan ketar-ketir karena itu adalah kali pertamanya aku akan menembak seorang gadis, memintanya untuk jadi pacar, aiss, tak terbayangkanlah apa yg diotakku saat itu.
Kawanku menyemangatiku, mengajariku teknik-teknik menyampaikan perasaan, cara menembak cewek dengan efektif biar langsung diterima karena menurutnya dia sudah sukses menaklukkan hati banyak wanita dan menyabet gelar Playboy saat itu (meskipun sebenarnya aku tau, dari sekian banyak yang ditembaknya, hanya 30% yang menerima, dan hampir semua surat dan puisi yang dikirimkannya adalah karyaku 😂, tetapi aku tetap mendengarkannya karena memang dalam kondisi jatuh hati, logika kadang tidak ada gunanya).
Merubah gaya rambut yg biasanya acak-acakan, menggunakan Parfum sejuta umat, memakai jaket terbaik dan persiapan terbaiklah, Tak lupa kusiapkan kalimat teromantis di selembar kertas yg kuselipkan disaku baju.
Ah, bayangkan sendirilah bagaimana rasanya 😂.
Sayangnya saat persiapan, gerimis mulai turun dan makin lama semakin deras, tetapi belum menyurutkan niat, karena demi cinta, 'udan haba-haba hubolus doi..'
Temanku menawariku secangkir tuak sambil menunggu hujan reda, biar lancar ngomong nanti dirumah itoan itu, biar jangan grogi dan salah tingkah.
Ternyata hujan terus menjadi-jadi dan aku sudah meneguk bergelas-gelas, lama-lama kepalaku mulai goyang dan tatapanku berkunang-kunang, aku berdiri dan terjatuh, lalu muntah-muntah.
Saking mabuknya, aku tergelatak dan tertidur, terbangun esok harinya.
Tidak jadilah kunyatakan perasaanku yang bergebu-gebu itu kepadanya, tidak jadilah malam minggu yang sempurna itu karena ternyata bait-bait puisi dan kertas puisi itu terkena muntahan saat aku mabuk 😥.
Besok paginya dirumah dimarah pulalah aku karena tidak pulang semalaman tambah ketahuan pula minum tuak.
Dan yang paling sakit adalah Senin siang sesudah pulang sekolah, kulihatlah attong gadis itu udah makan mi soup bersama dengan seorang lelaki.
Oh, betapa hancurnya hati ini.
Betapa susahnya rupanya menyampaikan perasaan itu, kadang semestapun tidak mendukung.

Arah Dairi Kedepannya

                                                     Arah Kabupaten Dairi Kedepannya Sebagai penduduk Kabupaten Dairi yang sedang merantau, ...