Minggu, 13 Desember 2015

Tentang Tulisan-tulisan itu

Aku melihat-lihat arsip blog yg kutulis sepanjang tahun 2015 ini, kebanyakan Liana dan S di T, ternyata mereka berdua terlalu menguasai imajinasiku setahun ini.
Awalnya memang surat untul S di T itu hanya keisengan belaka mengingat nama seorang gadis cantik berinisial S dari sebuah kota inisial T, hanya taulah pembaca, terkadang wanita cantik tidak suka membaca tulisan atau surat-surat melankolis bukan?
Dulu aku menulis rencanya hanya untuk satu surat saja, awal februari 2015 saat nilai semester limaku terjun bebas-dan tentu kini telah kutemukan alasan mengapa nilaiku itu terjun bebas--. Lalu akupun mulai keterusan menulis surat-surat galau itu karena sepertinya ada yg suka membaca tulisanku itu.
Lalu tentang Liana, si gadis cerdas tokoh fiksi itu, rasanya dia adalah gadis dengan tema artificial inteligencia, dengan kecerdasan buatan dalam imajinasiku dia bisa mengetahui apa saja isi wikipedia, sayangnya aku selalu menulis perannya sambil membaca wikipedia, hehehe..
Mungkin benar, sangat susah untuk mencari gadis seperti tokoh cerpen itu, gadis cerdas yg suka berpetualang dan wawasan luas seperti wikipedia berjalan, tau banyak tentang filsafat dan sayangnya aku tidak pernah menuliskannya sebagai gadis yg rajin beribadah--entah mengapa..
Liana pertama kali muncul dalam cerpenku berjudul "Tentang hujan di tepi danau toba" cerpen galau yg aku sendiri kadang malas membacanya dan cerpen itu kutulis tahun 2013 dan diposting oleh mahasiswabatak.com diblognya tahun 2015, sebelum itu sebuah cerpenku juga pernah dimuat oleh mahasiswabatak.com berjudul 3 jam tigabaru sidikalang, aku belum menggunakan nama Liana, hanya ada MeanTe, sebuah inisial juga.
Tentang Liana, sebenarnya dalam draft asliku aku tidak menggunakan nama itu, tetapi nama tengah seorang gadis yg kutemui dalam suatu perjalanan dan bodohnya dalam pertemuan pertama dengan gadis itu aku gagal membuat manajemen kesan, tetapi berhasil jatuh cinta kepadanya, sebuah kebodohan.
Oh ya, 2015 saya berhasil membuat sekitar sepuluh lebih cerpen dan kebanyalan adalah curhatan galau berupa surat untuk nama-nama yg sudah saya sebut diatas, misalkan saja Melankologue, sebuah cerpen yg menceritakan konflik dalam batin tokoh utama ttg dia yg memendam perasaannya kepada seorang wanita dan dia tahu wanita itupun menyukainya, tetapi dia tidak mau mereka punya hubungan apa-apa--kadang aku bertanya, betulkah ada cinta yg seperti itu?--
Lalu Kenangan yg membeku di heaton Park, sebuah taman yg keren di kota Manchester, itu tidak lebih adalah sebuah cerita saduran dari cerpen penulis favoritku yg juga--sepertinya--orang galau, Sungging Raga.
Lalu tentang puisi, aku lupa seberapa banyak menulis puisi dalam setahun ini, tetapi rasanya tidak ada yg berkesan dan aku sudah mulai bosan.
Beberapa waktu lalu aku mencoba mengembangkan sebuah imajinasi dengan Liana di Kota Wakayama, Jepang, potongam cerita pertama dan kedua memang menarik, tetapi semakin lama, ceritaku mulai ngawur dan aku sendiri mulai tidak menyukainya, seperti kata merela "ada kalimat yg dipaksakan untuk ditulis.."
Hmm, tentan menulis dan seringnya aku memposting tulisanku disosial media, mungkin itu karena seorang penulis pria adalah seorang yg kesepian dan setia kepada waktu.
Jika pria-pria lainnya bisa dengan gampang menyatakan apa yg dipikirkan dan dirasakannya, maka seorang penulis mewujudkannya dalam tulisannya.
Aku menulis seringkali hanyalah untuk menarik perhatian, untuk ada yg mau dibanggakan meskipun akhir-akhir ini aku tahu bahwa wanita tidak suka pada pria yg membangga-banggakan dirinya.
Lalu, terpaksa akhir-akhir ini aku hampir berhenti menulis hanya karena motifku menulis tidak sukses, lalu aku mencoba beralih keteori dan filsafat, asumsi yg kubuat sendiri hanya untuk bisa terlihat betapa rajinnya aku membaca, lagi, motifku ini gagal karena rasa malas membacaku akhir-akhir ini memang dititik sempurna, aku tidak pernah berhasil membaca satu buku sampai tuntas..
Lalu?
Terakhir aku mencoba menjadi lelaki yg bangak bicara, tetapi tentu itu jadi masalah semakin banyak bicara, semakin banyak kebohongan yg tercipta.
Ada beberapa hal yg menarik menurutku dalam hal menulis fiksi ini, aku baru tahu ternyata gadis yg kusukai sama sekali tidak tertarik dgn sastra  entah itu baca cerita atau puisi, ya.. Peluang memang semakin kecil, tetapi bukankah jika masih ada nilai peluang ada kemungkinan suksesnya peristiwa tersebut?
2016 aku masih akan tetap menulis, meskipun aku belum tahu pasti untuk apa dan siapa aku menulis..

Jumat, 20 November 2015

Catatan Gagal

Apa yg bisa kutulis malam ini?
Ada, banyak, sangat banyak!
Baiklah, mungkin kumulai dari pemikiranku ttg beberapa hal. Terakhir ini aku mengubah semua ambisiku, aku bahkan tidak bersemangat lagi memimpikan keinginanku yg dulu, rasanya saat ini semua hanya keterpaksaan dan basa-basi saja.
Ya, ya...
Mungkin memang benar begiti, aku bisa melihatnya sebagai rutinitas terpaksa, seperti melihat seorang gadis yg sering duduk seorang diri di koridor kampus setiap hari hanya untuk menikmati wifi gratis, hampir tiap hari dia duduk disana, hampir tiap hari jg tidak ada yg memperdulikannya.
Tapi aku bisa melihatnya, mengamatinya, hampir tidak pernah dia berbicara dgn siapapun, hampir tidak pernah dia kulihat kuliah. Kelakuannya adalah datang pagi hari, memasang earphone ditelinganya dan memandangi layar ponselnya, aku bisa prediksi bahwa mungkin dia bawa power bank dan ketika siang hari dia berpindah kesisi koridor yg lain.
Ya, aku bisa mengamatinya, orangnya tidak menarik dan aku bukan tertarik kepada orang tersebut, aku hanya menemukan keanehan yg mungkin belum ditemukan kawan-kawanku.
Tetapi jujur, itu hanyalah side story, kau tahu, sebenarnya bukan itu inti dari ceritaku, aku hanya merasa bahwa getar yg kurasakan saat bertemu seseorang yg kusuka sudah mulai menurun, entah mengapa, sepertinya aku mulai menyadari sesuatu meskipun sebenarnya aku tidak pernah mencoba untuk berhenti mendoakannya.
Ya, ya..
Kau tahukah, sebenarnya dialah S di T, Liana atau siapa pun itu yg namanya sering kubuat jadi tokoh cerita. Bahkan pernah sekali aku menulis dgn judul namanya, tetapi aku belum berani, hingga saat ini aku menyadari sesuatu : cinta yg dipendam akan luntur dgn sendirinya.
Pernah sekali aku berpikir untuk mendekati seorang gadis cerdas di kelas statistika, gadis yg IP nya tidak perlu diragukan itu, tetapi aku menyadari sesuatu : gadis cerdas dimanapun tingkahnya hampir selalu sama, lagi pula aku adalah orang yg buruk dalam manajemen kesan.
Kuakui dalam beberapa hal memang tidak terlalu susah, tetapi kadang aku tidak mengerti sampai hari ini : bagaimana aku bisa mendoakan seseorang secara terus menerus?
Rasanya itu seakan memaksa Tuhan utk memeriksa kembali apa yg sudah di tetapkanNya.
Oh ya, satu lagi.
Mungkin suatu hari nanti akan ada yg membaca blogku ini, entah itu waktu kapan, kau tahu?
Sangat banyak yg ingin kuceritakan, kadang aku tidak bisa bicara sebanyak-banyaknya sehingga aku menulis, jika kau suka, mungkin kita bisa cerita dgn cerita kita masing-masing..
Bukankah kau punya cerita juga?
20112015

Selasa, 17 November 2015

Setelah perjumpaanku sore itu dgn Liana, tokoh cerpen sekaligus penggemar tulisanku itu, iseng-iseng aku pura-pura mengalah kepadanya dan rupanya dia tetpengaruh dengan the power of motive ku, dia lalu mengajakku berjalan-jalan disekitar kota Wakayama dan jelas dia tampat seperti seorang guide bagiku.
Dia juga mengajakku duduk ditepian sebuah sungai yg sangat besar, ketika duduk iseng-iseng aku curi-curi pandang melihat muka manisnya itu.
Ah, seandainya dia bukan tokoh fiksi pasti aku sudah jatuh cinta setengah mati.
"Ini danau ya?" Kataku padanya mencoba membuka suara.
"Oh, jadi kau belum tahu ya, ini adalah sungai Konikawa, sungai ini mengaliri Perfektur Wakayama dan Perfektur Nara, panjangnya 136 km dgn luas permukaan secara keseluruhan sekitar 1.660 km2, mengalir dari gunung Oidagahara ke arah barat dan bermuara di Kota Wakayama ini. Kau tahu, sungai ini berpotongan dengan salah satu jembatan rel kereta api bernama JR West Wakayama Line, seperti yg pernah kau tulis, ada kereta senja yg melintas tepat di atas jembatan itu ketika matahari akan terbenam, kalau kau mau nanti kita bisa kesitu  menikmati matahari yg terbenam di sungai kinokawa ini. Ya, siapa tahu kau bisa mendapat inspirasi seperti novelis Jepang Sawako Ariyoshi yg membuat salah satu judul novelnya yg sama dengan nama sungai ini, Kinokawa.."
"Kau sering kesini?" Tanyaku padanya.
"Sesering kau menulis cerita tentang kota ini.."
"Kok kau bisa tahu semuanya?"
"Wikipedia, bukankah dalam tulisanmu kau menyatakan aki adalah seorang gadis yg senang membaca wikipedia?"
"Ohh, aku lupa.."
"Oh ya, ini sudah hampir senja, sekarang musim gugur, jadi matahari lebih cepat terbenam dari biasanya.."katanya sambil menarik tanganku. Astaga, jantungku berdebar, bagaimana mungkin aku bisa menikmati sebuah pengalaman yg mendebarkan dgn tokoh fiksiku yg cantik ini?
Aku takut jatuh hati pada hayalanku..

Sumber gambar : en.wikipedia .org/kinokawariver

Minggu, 01 November 2015

Sebuah Catatan

Aku sedang duduk sore itu menikmati musim gugur di tepian sungai Kinokawa membaca sebuah novel tipis yang baru kubeli siang tadi disebuah toko buku pinggiran kota Wakayama ini.
Tiba-tiba seorang gadis datang menemuiku dengan wajah yang terlihat bingung dan penuh tanda tanya, "Anda tinggal di kota ini?" Tanyanya.
"Tidak, kota ini hanya ada dalam imajinasiku.."
"Lalu mengapa anda bisa duduk manis dipinggiran sungai ini?"
"Aku masuk lewat situs wikipedia, aku tersesat dihalaman webnya, tanpa kusadari ketika aku membuka mata didepanku sudah bersemi bunga sakura dan istana wakayama yang megah itu,, saat aku menyusuri jalanan, kulihat ada sebuah sungai dan ada taman dan bangku-bangku ditepian sungai itu, yah aku memutuskan duduk disini.."
"Oh ya, berarti anda tahu dimana letak istana wakayama?"
"Jelas tahu, istana itu ada dalam imajinasiku.."
"Oh ya? Berarti anda lelaki yang tinggal dalam imajinasi dong?"
"Belum tentu, aku juga punya kehidupan yang nyata.."
"Kalau begitu mengapa anda selalu membuat kota Wakayama itu juga seakan tidak nyata, padahal kota itu adalah sebuah perfektur di Jepang, perfektur Wakayama yang kotanya dibelah oleh sungai Konikawa, ada juga istana Wakayama yang sangat terkenal serta gunung Nagusa, anda membuat semuanya itu seperti fiktif, padahal itu benar-benar nyata.."
Aku terdiam, kututup novel yang sedang kubaca, lalu kupandang wajah gadis yang berbicara didepanku itu, nampaknya wajahnya tidak menyiratkan kebingungan lagi tetapi malah wajah menyelidik seperti seorang detektif, tetapi meski begitu wajah manisnya masih tetap terlihat dan rambutnya tergerai diterpa angin sepoi musim gugur.
"Sebenarnya anda siapa?" Tanyaku.
"Aku Liana Marita, tokoh cerpenmu sekaligus penggemar tulisanmu.."
Gubrak!!!
Aku terkejut bukan main, hampir saja bangku yang kududuki terjun bebas ke air sungai bersama denganku, tidak kusangka tokoh cerpenku itu cantik juga, aku tidak pernah membayangkannya, aku jadi takut jatuh cinta kepadanya.
Hahaha..
01112015
Aku sedang duduk sore itu menikmati musim gugur di tepian sungai Kinokawa membaca sebuah novel tipis yang baru kubeli siang tadi disebuah toko buku pinggiran kota Wakayama ini.
Tiba-tiba seorang gadis datang menemuiku dengan wajah yang terlihat bingung dan penuh tanda tanya, "Anda tinggal di kota ini?" Tanyanya.
"Tidak, kota ini hanya ada dalam imajinasiku.."
"Lalu mengapa anda bisa duduk manis dipinggiran sungai ini?"
"Aku masuk lewat situs wikipedia, aku tersesat dihalaman webnya, tanpa kusadari ketika aku membuka mata didepanku sudah bersemi bunga sakura dan istana wakayama yang megah itu,, saat aku menyusuri jalanan, kulihat ada sebuah sungai dan ada taman dan bangku-bangku ditepian sungai itu, yah aku memutuskan duduk disini.."
"Oh ya, berarti anda tahu dimana letak istana wakayama?"
"Jelas tahu, istana itu ada dalam imajinasiku.."
"Oh ya? Berarti anda lelaki yang tinggal dalam imajinasi dong?"
"Belum tentu, aku juga punya kehidupan yang nyata.."
"Kalau begitu mengapa anda selalu membuat kota Wakayama itu juga seakan tidak nyata, padahal kota itu adalah sebuah perfektur di Jepang, perfektur Wakayama yang kotanya dibelah oleh sungai Konikawa, ada juga istana Wakayama yang sangat terkenal serta gunung Nagusa, anda membuat semuanya itu seperti fiktif, padahal itu benar-benar nyata.."
Aku terdiam, kututup novel yang sedang kubaca, lalu kupandang wajah gadis yang berbicara didepanku itu, nampaknya wajahnya tidak menyiratkan kebingungan lagi tetapi malah wajah menyelidik seperti seorang detektif, tetapi meski begitu wajah manisnya masih tetap terlihat dan rambutnya tergerai diterpa angin sepoi musim gugur.
"Sebenarnya anda siapa?" Tanyaku.
"Aku Liana Marita, tokoh cerpenmu sekaligus penggemar tulisanmu.."
Gubrak!!!
Aku terkejut bukan main, hampir saja bangku yang kududuki terjun bebas ke air sungai bersama denganku, tidak kusangka tokoh cerpenku itu cantik juga, aku tidak pernah membayangkannya, aku jadi takut jatuh cinta kepadanya.
Hahaha..
01112015
"Kau menghayal?" Katanya tiba-tiba sudah tepat didepan mukaku.
"Untuk apa aku menghayal? Bukankah kau sudah hayalanku juga?"
Dia tersenyum menatap mataku, astaga tatapannya seperti tatapan yg selalu kubuat dalam tulisanku, matanya yg tajam dan penuh dengan gairah kehidupan, dia terus menatapku, ah, aku jadi grogi juga..
"Kau grogi?"
"Tidak.., aku hanya teringat tentang bacaanku.." Kataku mengangkat buku yang kubaca..
"Buku apa sebenarnya yg kau baca, boleh aku lihat?" Katanya langsung merampas dari tanganku.
"Tunggu, mungkin kita bisa membicarakan tentang buku itu bai-baik sambil duduk.."
"Sambil duduk? Bukankah kita akan terlihat seperti sedang kencan romantis, dibawah daun-daun yg berguguran, disebuah bangku ditaman tepi sungai?"
"Kalau kau mau..?" (Wess, masuk gombalanku.. :D)
"Masalahnya aku tidak mau.." Ucapnya tiba-tiba.
Busyet..
"Kenapa?"
"Nanti kau umbar-umbar tentang hal ini dalam ceritamu, kau bilang kita menikmati waktu dari hingga lampu-lampu temaram, membicarakan tenan anak-anak kita nantinya, kau kan lebay dan kadang berlebihan.."
"Terus kalau memang nanti kubuat seperti itu?"
"Aku tidak mau lagi jadi tokoh ceritamu, aku akan cari lelaki lain dan yang pasti lelaki itu penulis yg sempurna, bukan penulis abal-abal sepertimu.."
Busyet, gadis ini tadi memujiku, sekarang mengejek, hehh, lihat pembalasanku nanti.
"Jadi kau mau jadi duduk disini denganku.."
"Bisa, tapi tunggu, aku harus mengatur alarmku dulu.."
"Untuk apa, apakah ada janjimu dgn seseorang? Seingatku dalam cerpen yang kutulis kau bukan seorang gadis yg suka mengumbar janji.."
"Bukan untuk janji.."
"Lalu apa?"
"Aku ingin membuat alarm sebelum senja, aku tidak ingin menghabiskan senja bersamamu, bukankah kau orang yg berlebihan, jadi tidak akan ada senja yg romantis dan lampu-lampu temaram antara penulis dgn tokoh fiksinya, pokoknya tidak ada yg romantis, titik!!"
"Oke.."
"Ada satu lagi permintaan!"
"Apa?"
"Kalau kau menulis cerpen jgn samapai ada nama lain selain namaku, Liana Marita. Aku tahu kok, kau sedang menyukai seorang gadis, itu lho gadis yg kalau melihatnya saja kau sudah jantungan, lalu kau pura-pura membuat surat untuk S di T padahal sebenarnya itu untuk si.. Ah, siapa itu namanya, lupa aku. Kau kan pecundang.. Jadi awas ya kalau sampai kau buat namanya jadi tokoh cerpenmu.."
"Kalau kubuat?"
"Aku tidak akan mau duduk disampingmu, tidak akan mau menjadi tokoh cerpenmu, tidak mau hidup dalam tulisanmu yg galau itu..Aku akan cari lelaki lain..."
Astaga, selain sok tahu, gadis fiksi ini tukang ngambek pula..
Dia masih tetap berdiri disitu dgn wajah cemberut, angin sepoi musim gugur masih berhembus dan rambutnya masih tergerai.
Ah, dia semakin cantik saja.
"Apa kau lihat-lihat aku, nanti jatuh cinta kau samaku, jadi saingan aku sama S di T mu itu.., mana rupanya lebih cantik aku dari pada dia?"
Busyet..
"Kenapa kok diam, lebih cantik aku kan, makanya baik-baik kau samaku biar mau aku jadi tokoh ceritamu..
Setelah perjumpaanku sore itu dgn Liana, tokoh cerpen sekaligus penggemar tulisanku itu, iseng-iseng aku pura-pura mengalah kepadanya dan rupanya dia tetpengaruh dengan the power of motive ku, dia lalu mengajakku berjalan-jalan disekitar kota Wakayama dan jelas dia tampat seperti seorang guide bagiku.
Dia juga mengajakku duduk ditepian sebuah sungai yg sangat besar, ketika duduk iseng-iseng aku curi-curi pandang melihat muka manisnya itu.
Ah, seandainya dia bukan tokoh fiksi pasti aku sudah jatuh cinta setengah mati.
"Ini danau ya?" Kataku padanya mencoba membuka suara.
"Oh, jadi kau belum tahu ya, ini adalah sungai Konikawa, sungai ini mengaliri Perfektur Wakayama dan Perfektur Nara, panjangnya 136 km dgn luas permukaan secara keseluruhan sekitar 1.660 km2, mengalir dari gunung Oidagahara ke arah barat dan bermuara di Kota Wakayama ini. Kau tahu, sungai ini berpotongan dengan salah satu jembatan rel kereta api bernama JR West Wakayama Line, seperti yg pernah kau tulis, ada kereta senja yg melintas tepat di atas jembatan itu ketika matahari akan terbenam, kalau kau mau nanti kita bisa kesitu menikmati matahari yg terbenam di sungai kinokawa ini. Ya, siapa tahu kau bisa mendapat inspirasi seperti novelis Jepang Sawako Ariyoshi yg membuat salah satu judul novelnya yg sama dengan nama sungai ini, Kinokawa.."
"Kau sering kesini?" Tanyaku padanya.
"Sesering kau menulis cerita tentang kota ini.."
"Kok kau bisa tahu semuanya?"
"Wikipedia, bukankah dalam tulisanmu kau menyatakan aki adalah seorang gadis yg senang membaca wikipedia?"
"Ohh, aku lupa.."
"Oh ya, ini sudah hampir senja, sekarang musim gugur, jadi matahari lebih cepat terbenam dari biasanya.."katanya sambil menarik tanganku. Astaga, jantungku berdebar, bagaimana mungkin aku bisa menikmati sebuah pengalaman yg mendebarkan dgn tokoh fiksiku yg cantik ini?
Aku takut jatuh hati pada hayalanku..

Selasa, 27 Oktober 2015

Menulis Kenangan

Pernah suatu sore saya membaca sebuah novel yang adalah sebuah kisah nyata yang ditulis orang lain. Ceritanya sangat menarik, penulisnya seperti bisa menjiwai apa yang ditulisnya meskipun itu bukan pengalamannya sendiri dan ketika membacanya kita sendiri bisa masuk dalam cerita yang ditulisnya, pembaca seakan-akan menjadi tokoh utamanya. Novel itu menggunakan sudut pandang orang pertama (dan saya suka sudut pandang itu karena rasanya seperti pembaca sendirilah yang mengalaminya), juga menjelaskan hal secara detail sehingga bisa membayangkan bagaimana sebenarnya kejadian dan suasana yang terjadi di novel itu. Tetapi bukan itu sebenarnya yang ingin saya bahas, ketika saya membaca novel tersebut yang adalah sebuah kenangan dari seseorang dan diceritakan kepada temannya yang adalah penulis novel itu dan novel itu dibuat sebagaimana yang diharapkan yang empunya cerita, sebagaiman yang diharapkan para pembaca dan artinya secara umum adalah kenangannya punya nilai jual. Ini sebuah pandangan ekonomis meskipun sebenarnya bukan itu yang kita inginkan. Namun kita harus tahu, setiap kenangan punya nilai jual tersendiri, setiap catatan, setiap pengalaman, setiap apapun yang kita perbuat, hanya masalahnya bisakah kita mengelolanya? Mungkin anda ataupun saya adalah orang yang punya kenangan dan jika anda adalah seorang yang melankolis mungkin senang membuat catatan atau mengenang kenangan itu untuk diri anda sendiri, tetapi untuk mereka yang ekstrovert ataupun jenis keperibadiaan lainnya mungkin senang mengumar kenangannya dan selalu senang bercerita mengenai apapun yang pernah dialaminya. Tahukah anda, saat mendengarkan mereka menceritakan kenangannya itu adalah sebuah hal yang sangat menarik, rasanya seperti membaca novel bestseller apalagi sang pencerita adalah orang yang detail bercerita pasti anda akan selalu penasaran dibuatnya, hanya sayangnya orang-orang seperti ini biasanga agak susah kalau disuruh untuk menuliskan setiap kenangannya, jadi mungkin bisa diusahakan untuk merekam ataupun mengingat apapun yang diceritakannya, Berbeda dengan yang diatas, orang melankolis memang selalu identik dengan sentimentalnya, kau tahu kawan, salah satu hobiku adalah membaca catatan dari seorang yang melankolis, ya, catatan dear deary atau apapun itu (dan aku termasuk salah satu diantaranya dengan catatan untuk S di T ku). Tetapi sebenarnya tidak susah untuk mendengar sebuah cerita yang sesungguhnya dari seorang melankolis, kau hanya berusaha jadi orang yang dipercayainya dan dia akan menceritakan sampai pada air mata yang merembes dicatatan hariannya. Nah, sesudah itu tinggal minta ijin apakah diizinkan membuat tulisan daru kenangannya. Hanya saja sekarang sudah cukup susah, orang-orang sudah punya banyak kenangan, hahaha.. Bayangkan pada usia 21 tahun seperti saya ketika menulis artikel ini, banyak yang sudah punya kenangan mengenai pacaran lebih dari sepuluh kali, saya jadi bingung menulis kenangan yang mana apalagi jika harus membuat kenangan itu jadi sebuah novel, tetapi untuk sebuah cerpen mungkin bisa. Namun perlu saya tekankan, sebenarnya kenangan itu bukan hanya tentang cinta romantis, pacaran atau hal-hal lainnya yang berbau asmara, tetapi kenangan itu banyak, cobalah untuk mulai menulisnya, cobalah paling tidak kau bisa mengabadikan kenanganmu dalam tulisan karena saat kita sudah tidak ada, setidaknya kenangan kita masihbada dan kita hidup dalam kenangan itu

Catatan Karena tidak bisa tidur..

Pagi ini sebelum tidur, aku berpikir untuk menuliskan sesuatu, mungkin bermanfaat, setidaknya untuk diriku sendiri.
Suatu waktu aku pernah memikirkan mengapa seorang Faocault atau Baudliard memikirkan untuk menulis pemikirannya, mengapa Einstein dan Hawking bersikeras untuk Fisika teorinya, mengapa Keynes dan Fishcher harus berusaha untuk teori ekonominya?
Teringat suatu waktu Gie pernah menanyakannya, "untuk apa aku melakukan semua ini?"
Mungkin aku bukanlah seorang sosiolog yg selalu setia dgn teori-teori sosial mereka yg menurutku abstrak tetapi cenderung bisa diterima, aku juga bukanlah seorang fisikawan meskipun aku lebih bisa menerima teori relativitasnya Einstein dibanding blackholenya Hawking yg hampir tidak dinalar logikaku.
Tetapi meskipun begitu aku harus jujur padamu, aku adalah pecinta novel-novel, film dan cerpen sentimentil dan romantis, aku adalah orang yg diam-diam menulis buku harian dgn catatan galau, aku sering berbicara apa yg tidak aku tahu, aku adalah orang bodoh yg tidak tau apa-apa, takut kepada ketidak tahuanku, takut terhadap ketidakmampuan, takut dalam segala hal dan ketakutan itulah yg memang menakutiku.
Suatu waktu di bulan Oktober (dan itu jugalah yg mendorongku membuat catatan ini) aku pernah membuat resolusi untuk menjadi seorang jurnalis sekaligus detektif, terinspirasi dari komik the advantures of tintin tetapi cita-cita cenderung berubah seiring berubahnya waktu, ya, waktu yg relatif dgn teori dilatasinya itu telah berhasil mengubahku untuk bercita-cita menjadi seorang Insinyiur di bidang pertambangan, tetapi sepertinya itu hanyalah sebuah cita-cita saja.
Sejak dulu saya adalah penggemar ilmu alam sekaligus sastra, saya tidak pernah memikirkan disiplin ilmu bisnia maupun ilmu sosial, meskipun begitu saya adalah penggemar ilmu sejarah dan pengetahuan umum lainnya yg bersifat dasar, saya juga penggemar ensiklopedia, tim sepakbola Manchester United, senang lagunya Michael Learn to Rock dan sangat suka dgn topik bahasan yg cenderung lari.
Saya pura-pura banyak tau ttg segala sesuatu, nyatanya saya tidak tau apapun juga, hanya utk terlihat punya wawasan dan saya menyadari bahwa apa yg saya ketahui itu hanyalah sebuah kebodohan yg mungkin tidak termaafkan.
Saya menolak teori-teori pembenaran, menolak teori yg tidak masuk akal karena tidak terbukti secara ilmiah, tidk setuju dgn prinsip egoitas, popularitas dan rasis.
Mungkin agak sedikit sosialis dan komunis, saya adalah seorang yg menolak liberalis, menolak pasar bebas dan aliran-aliran lain yg hanya memikirkan profitabilitas tetapi mengacuhkan dampak yg ternyata sangat materil.
Pemikiranku mungkin sudah sangat lari, bahkan saya sangat sadar bahwa artikel ini hampir seluruhnya adalah curhat belaka dgn beberapa kata-kata agar terlihat ilmiah dan terhindar dari nuansa fiksi, ya, ya, semua memang hanya sandiwara, seperti aku yg sering pura-pura memegang buku tetapi ternyata tidak membacanya, seperti aku yg sering menilai orang lain tetapi hasilnya selali meleset, seperti aku yg sering merasa bermakna, tetapi hanyalah sampah, sama seperti sampah-sampah lain disekelilingku.
Lalu apa gunanya hidup jika tidak menghasilkan makna.
Apakah putih bermakna jika berada diantara putih juga?
Apakah engkau mendapat makna dari apa yg kutulis ini?
Entahlah, tetapi ini sudah jam dua pagi, rasanya ada baiknya jika aku tidur saja dan semoga engkau memperoleh makna ttg waktu, tentang untuk apa kau hidup, apa tujuan hidupmu dan makna-makna yg lainnya.
Ya, semoga saja oktober bermakna Bagimu dan bagiku!

Catatan Masa Kecil

Sepertinya aku punya satu hal yg unik untuk diceritakan, ini kisah hampir lima belas tahun lalu, tahun 2000 an.
Saat itu aku baru masuk di ñnSDN 030328 Bandar Huta Usang, aku ingat jelas guru kami saat itu adalah Ibu Lingga (kata bapakku, dulu saat SD ibu itu juga gurunya, menurut kabar yg kudengar ibu itu sudah meninggal) Ibu itu yg selalu menyebut kami dgn sebutan "anak muda" (saat itu kalau sebutan anak muda adalah tokoh protagonis yg menjadi pahlawan dalam sebuah film atau cerita).
"Bikin anak muda, a, b, c.. Ditulis berulang ya, langkah-langkah satu.."
Bukan main senangnya kalau bisa menulis huruf a satu halaman dgn langkah-langkah satu baris, lalu akan dibawa kedepan utk di nilai, dan pasti dapat nilai yg sempurna 100!
Kalau mau permisi ke WC (yg kadang tidak layak dikatakan WC karena memang tidak terawat dan airnya tidak mengalir saat itu, bak penampungan airnya juga sering kami jadikan tempat bermain) kami selalu ramai, saat satu orang permisi, yg lain akan permisi juga, sehingga kami akan berbondong-bondong, seperti gerombolan kambing, dan biasanya kami akan bebas mengencingi apa saja, pohon dibelakang kelas, bunga, bahkan dingding kelas yg terbuat dari papan itu hingga pernah suatu kali ada aliran sungai yg mengalir dan merembes melalui dinding itu.
Ada jg satu kejadian yg sangat membekas dan mungkin akan selalu saya ingat, saat itu kami berbondong-bondong saat permisi dan kawan saya yg berinisial M menjadi orang yg belakangan keluar, ketika semuanya sudah siap kencing dan akan kembali masuk kekelas, ternyata M masih baru saja kencing dan dgn buru-buru dia menyelesaikan kencingnya, menutup resleting celananya dan astaga, dia lupa memasukkan kembali anunya.
Otomatis kulupnya kena lindas resleting dgn ganasnya, kami semua terkejut mendengar teriakannya yg meronta kesakitan, ketika kami kembali, kami melihat kulupnya terpisah oleh resleting, aku bisa membayangkan betapa sakitnya itu..
Ibu Lingga dipanggil, M terus menangis karena anunya tergincit resleting, untuk dibuka kembali dgn memundurkan resleting rasanya itu adalah sebuah penyiksaan.
Untuk saja ada guru yg bijak memberikan solusi, resleting dirusak dari atas lalu ditarik pelan-pelan agar tidak terasa sakit.
Ya, yah..
Kalau mengingat itu ada sedikit rasa ngilu dan rindu, tidak terasa sudah lama kejadian itu berlalu.

Big Boss..

Saya ingat dulu ketika baru punya ponsel, saya menggunakan ponsel abang saya. Ketika itu ada nomor yg belum dihapus dari sana, termasuk nomor bapak, saya jelas ingat dia menggunakan nama "big bos".
Dari situ sampai hari ini saya juga menggunakan nama "big bos" juga, tidak pernah menggantikan nama itu sudah beberapa tahun.
Iseng-iseng saya melihat daftar kontak ponsel adik saya yg masih SMA itu, ternyata dia juga menggunakan nama "big bos",untuk nomor bapak, sayangnya saya belum memastilan adik saya yg satu lagi apakah dia menggunakan nama kontak "big bos" untuk bapak.
Tetapi diam-diam saya mulai menyadari apa sebenarnya yg tersirat di dalam istilah "big bos" itu. Bapak adalah pimpinan yg paling utama dalam keluarga, seorang sosok yg jadi panutan. Apapun kata orang, tetapi bapak adalah tetap orang tua yg mengasihi anak-anaknya meskipun harus jujur, sudah berapakali saya menantang dia, menganggap remeh, tidak mendengarkannya, bahkan melawan dia.
Mungkin percuma aku membuat tulisan ini jika aku tidak bisa berbuat apa, tetapi aku selalu tau, tidak ada oramg tua yg menginginkan yg buruk untuk anak-anaknya.
Pernah suatu kali saya berpikir ketika ibu berkata, "suatu hari nanti jgn menjadi seorang pria seperti bapakmu...."
Kenapa?
Mungkin aku tahu sendiri jawabannya, tetapi aku tetap ingin sepertinya meskipun dalam beberapa hal yg buruk harua dihindari karena bukankah tidak ada orang yang sempurna?
Pagi ini aku menulis tentang bapak, rasanya seumur-umur belum pernah aku menulis tentang dia, ini tentang ulang tahunnya.
Tidak kusangka dia sudah tua juga, padahal kami anaknya masih ada begini-begini juga.
Aku hanya bisa berjanji padanya, suatu hari nanti kami punya waktu untuk bersama, menikmati hari-hari bersama untuk memancing ikan, membaca koran sambil menikmati kopi, mendengarkannya bicara tentang pengalamannya dulu ketika masih muda meskipun mama beberapa kali menyela, mendengar tarombo, mitos-mitos yg kadang sudah tidak masuk akalku.
Aku berjanji akan menyediakan waktuku, itu saja.
Selamat ulang tahun bapak, big bos..

Jumat, 16 Oktober 2015

Pada Sebatang Rokok

Asap yang tidak bisa berkumpul
Membuatku bergumul
Karena yang kutunggu tidak kunjung muncul
Sedangkan waktu semakin lama

Jumat, 10 Juli 2015

Sedikit kenangan dari Gunung Sinabung

Siapa bilang kenangan itu hanya tentang cinta dan pacaran?
Aku ingin bercerita kepadamu ttg sebuah pengalamanku di tahun 2013 lalu, ketika itu bencana ttg Sinabung sedang hangat-hangatnya melanda tanah Karo dan tentu kau mengingat itu bukan?
Saat itu aku masih semester tiga, dgn teman-teman yg lain kami pergi ke pengungsian Sinabung yg diberangkatkan resmi dari kampus oleh Wakil Rektor III, dana yg kami gunakan adalah hasil penggalangan dari mengamen dan kegiatan aksi dana lainnya, dan ketika melihat itu, saya baru sadar bahwa siapa sebenarnya orang yg punya hati nurani, siapa yg tidak.
Ya, tentu, sangat banyak yg bisa kupelajari, aku yg tdk pernah aksi dana dgn keringat dingin ikut meminta sumbangan, mendengar ocehan dari orang-orang yg menghina bahkan mengejek aksi tsb.
Tapi ketika sudah sampai dipengungsian, melihat pengungsi yg senyumnya cerah menyambut kami, dan anak-anak yg begitu ceria, semua itu bisa lupa.
Kami berangkat hari sabtu pagi dari kampus, terbagi menjadi lima posko utk lima tempat pengungsian dan aku berada di posko 5 dgn 10 orang lainnya, kami semua beda jurusan bahkan beda fakultas, tetapi kebersamaan utk jd relawan membuat tdk adalagi kecanggungan.
Kami menghabiskan waktu utk bersosialisasi dgn mereka, mendengar cerita dan keluhan bahkan beberapa teman mencoba utk ikut makan sirih, ya itu sebuah pendekatan yg unik menurutku.
Ketika agak sore, kami mulai ikut mempersiapkan makanan didapur umum utk pengungsi, aku masih ingat ketika itu adalah musim hujan, jd cukup susah jg utk dapat beraktivitas dgn lancar.
Teman-teman cewek ikut membantu ibu-ibu, sedangkan kami membantu pria-pria dewasa.
Oya, hampir lupa, kami berada di posko 4 sebuah desa yg bernama Selandi Baru, dan tempat pengungsian yg ditempati disitu adalah sebuah wisma, dan sebenarnya aku kasihan kpd teman-teman di posko 2, mereka berada di tempat pengungsian yg adalah gudang sayur kol, kurasa kau dapat membayangkannya.
Okelah, saya lanjutkan!
Setelah makan malam, kami kembali berbaur dgn pengungsi, dan aku lebih memilih berbaur dgn sekitar tujuh orang anak berumur kurang dari sepuluh tahunan, awalnya aku bercerita ttg beberapa hal kepada mereka sehingga merekapun terpancing jg utk menceritakan dirinya masing-masing.
Sesudah itu, aku jg mengajarkan mereka beberapa permainan yg kutahu, dan mereka dgn antusias menyambutnya.
Sesudah itu mereka semua mendapat perintah utk istirahat, sdgkan kami berkumpul utk berbincang-bincang.
Disitulah aku mendengarkan byk cerita dari seorang seniorku jurusan Akuntansi, ya, dia bercerita semuanya yg telah merubah konsep berpikirku ttg apa sebenarnya kuliah itu, bagaiman menjalaninya dan apa dampaknya jika tidak berhasil menerapkannya, dia memang tidak bercerita banyak sekali, tetapi bagiku semua itu adalah pelajaran yg sangat berarti, dia jg bercerita ttg sejarah organisasi Fakultas Ekonomi dan jg pembekuan BEM FE pada masa itu, aku jg ingat pesan yg disampaikannya padaku dan harapan yg membuatku terbeban hingga kini karena belum bisa secara total kupenuhi.
Ya, begitulah, esok paginya sekitar pukul setengah lima kami sudah dibanguni utk mempersiapkan sarapan bagi para pengungsi, kami jg membersihkan piring dan kegiatan-kegiatan lain, setelah itu kami jg membuat beberapa acara dgn mereka hingga sore hari, disitulah banyak moment dan salah satu moment itu sebenarnya ingin kujadikan cerita suatu saat nanti.
Sorenya aku masih ingat beberapa orang anak yg menangis saat kami akan pulang kembali ke Medan, kepala desa yg berkata bahw sebenarnya mahasiawa Nommensen itu ternyata bukanlah seperti mahasiswa yg selama ini ada dalam persepsi mereka, aku tersenyum senang mendengarnya.
Sebenarnya, aku berjanji dalam hatiku, suatu saat nanti aku ingin kembali, tetapi bukan sebagai relawan yg ingin membantu pengungsi, tetapi sebagai seorang yg akan lebih memberi arti ttg makna hidup ini.
Dan aku tergerak utk mencatat ini ketika membaca bahwa sampai hari ini ternyata masih ada yg mengungsi, ya, apa boleh dikatakan lagi?
Sekarang, aku hanya bisa bantu dgn doa..
Bersabarlah, suatu saat pasti ada waktunya..

Selasa, 30 Juni 2015

Untuk S di T

Apa kabarmu?
Ini sudah awal Juli dan tentu kau tau mengapa aku mengirimimu surat, kuharap begitu.
Ya, beberapa hari yang lalu alu berulang tahun dan semua seperti biasa, seperti ulang tahun-ulang tahun yang sebelumnya.
Hanya saja, oh ya, ada satu yg aku lupa, bukankah kau belum mengucapkan selamat ulang tahun kepadaku?
Tetapi tidak apa-apalah. Yang ingin kuceritakan padamu sebenarnya cukup banyak, hanya saja sepertinya kau kurang bersedia untuk membacanya karena kau akan ujian semester bukan, jadi, yah, aku hanya beharap kau baik-baik saja saat ini dan kalau tentang ceritaku, bukankah masih ada waktu suatu saat nanti untuk kita bisa duduk bersama dan bercerita banyak tentang semuanya?
Dan tentu, aku juga ingin mendengar ceritamu, seperti dulu saat engkau dengan ceria menceritakannya dan kuharap kau masih begitu, masih seperti biasa meskipun sepertinya kau memang sudah bertambah dewasa selama kita tidak bertegur sapa. Oh ya, sampaikan salamku kepada kekasihmu, katakan juga aku mengirimkanmu surat, entah surat yang keberapa agar dia tidak cemburu.
Dan kalau bisa, aku ingin mengirimimu surat secepatnya, karena aku memang selalu banyak cerita yang ingin kusampaikan padamu.
Medan, 1 Juli 2015

Minggu, 24 Mei 2015

Four Seasons In One Day

Four Seasons in One Day ( Sebuah fiksi mini galau dari Judul Lagu yg sama)

Liana menatap blognya yg tidak kunjung dipostingya itu, berkali-kali dia mengedit drafnya, berkali-kali juga dia menyesali kata yg ditulisnya, bagaimana bisa dia memposting itu jika dia sendiri tidak menyukai tulisannya, apa kata perasaannya yg melankolis itu, apa kata temannya yg biasanya selalu mengomentari setiap postingan blognya, apa kata si anu, si anu dan si anu?
Dapatkah dia berkata dengan gampang, "Ah, kau tidak tau betapa sentimentilnya sebuah perasaan." Atau "Sudahlah, ini hanya sebuah pengalaman.."
Lalu mereka mungkin akan menjawab,"Tulisanmu seperti sebuah sinopsis novel saja, serba cepat dan tidak ada detailnya.."
Liana berpikir, jika mereka berkata begitu mungkin dia akan menjawab begini, "Namanya juga tulisan..", Liana tersenyum membayangkannya, memanglah, selalu ada alasan yang tepat untuk menghindar sebab namanya juga alasan, pasti bisa dikarang-karang.
"Ya, tetapi tulisan cenderung mencerminkan cara berpikir penulisnya, pengalaman penulisnya.."
Liana terdiam membayangkannya. Apakah temannya sebenarnya sudah tau perihal itu, tentang dia yg sedang menunggu, tentang dia yg ditunggu, tentang dia yg sedang jatuh cinta dan sekaligus patah hati.
Yang menunggunya telah membuatnya jatuh cinta, tetapi yg ditunggunya membuatnya patah hati.
Sudahlah, cinta itu memang sangat abstrak!
Bagaimana mungkin cinta bisa menguasai hatinya yg dingin terhadap seorang pria tiba-tiba mencair seperti musim semi yg tiba sebelum musimnya dan bagaimana pula jika musim semi tiba-tiba menjadi musim gugur dan kembali dingin?
Dalam sehari, dalam duapuluh empat jam, dia berangsur menikmati musim semi, musim panas, musim gugur dan musim salju.
Tidak, dia tidak bisa menerima semua ini, tidak ada patah hati dan jatuh cinta yg bisa datang bersamaan dan tidak ada akan ada cerita tentang hal itu.
Dengan berat Liana memposting blognya, dengan berat hati juga dia mengakhiri hidupnya sebelum malam berganti, sebelum musim berganti jadi lima.

Minggu, 17 Mei 2015

17052015 Catatan Sore

Sore yang sempurna saat kau duduk di kedai kopi, disebuah pesimpangan sudut kota M ini. Kau terlihat seperti seorang lelaki yang bnyak pikiran bhkan lebih mungkin jika kusebut seperti seorang lelaki yang patah hati.
Kau memandanh jauh keujung jalan, kepada kendaraam-kendaraan yg berlari membawa penumpangnya dalam kenangan, kepada debu dan asap yang brcampur baur mengikuti arah angin yang kadang terhalang gedung-gedung tinggi, orang yg lalu lalang dengan tujuan masing-masing bahkan kau menikmati sisa-sisa sore yg beranjak sesukanya.
Kemana kau sesudah ini, sesudah secangkir kopi yg kau pesan sudah habis dan mengerinh, sesudah kedai kopi tempatmu duduk memutuskan utk tutup, sesudah sore berganti malam dan lampu-lampu temaram mulai menyala disepanjang jalan.
Pikiranmu gusar, kepalamu terasa pening dan berdenyut lalu kau mulai mengutuki keadaam
Seharusnya tidak begini, seharusnya tidak begitu, atau kau bahkan menyesali semua kejadian, seandainya begini, seandainya begitu pasti ini tidak akan terjadi. Kau ingat pepatah yg menyatakan bahwa penyesalan selalu datang terlambat dan kini kau baru betul-betul mengalaminya. Bahkan bukan itu saja, kini kau mengalami rasa kegagalan yg sangat luar biasa, hidupmu seakan tidak lagi berguna, tidak tau lagi tujuannya kemana, kini benar puisi yg kau tulia dulu bahwa kau hanyalah debu-debu yg beterbanan dan jadi masalah kepada orang lain.
Dulu kau memang selalu merasa aman dalam segala suasana sebab kau bisa melakukan apa saja yg kau suka, kau bisa tertawa dan menikmatinya semua tanpa ada kekuatiran akan terjadi apa-apa.
Sebenarnya ini bukan pertamakali kau mengalaminya, tetapi dulu saat yg pertama semua bisa berjalan dgn mulusnya. Kini? Masaah itu terulang lagi dan kau tidak tau dan tidak bisa melakukan apapun, mengapa?
Entahlah, kau sendiripun tidak tau mau apa dan akan cerita kepada siapa, rasanya dunia ini bagimu adalah sesuatu yg gelap dan serba kabur, rasanya hidup ini tidal adalagi artinya.
Kau hilang, benar-benar hilang dalam pikiranmu, impianmu tiba-tiba lenyap begitu saja. Kau tidak bisa membayangkan apa-apa, tidak bisa mengingat apa-apa bahkan kau tidak tahu itu siapa ketika wajah orangtuamu, adik-adikmu, abangmu, wajah seorang yang sangat kau cintai yg tiba-tiba berkelebat dalam pikiranmu.
Kau hilang, dan apakah kau akan memutuskan untuk terus hilang?
Kau kembali menatap jalanan sambil bertanya dalam hati, kenapa?
Hidup kali ini seakan tidak ada lagi jalan penyelesaian, semuana tertutup rapi tanpa ada celah yg dapat dilewati dan itu telah membuatmu benar-benar sangat frustasi.
Kau seakan tinggal sendiri dlm keheningan, tanpa teman, tanpa seorangpun yg kau kenal dan itulah yg membuatmu betul-betul menderita dan tersiksa.
Kau pernah berpikir untuk mengakhiri hidupmu begitu saja, tetapi bukankah masih banyak cita-cita dalam otakmu penuh logika?
Kau waras dan pasti belum gila, lihatlah, matahari saja masih tenggelam dibarat dan pengendara masih mengendarai kendaraannya utk sampai ditujuan dan lihatlah orang-orang yg lalulalang itu, betapa gelisahnya wajah mereka karena ingin segera sampai dirumah ditempat dimana masih banyak orang yg menanti dan merindukan mereka.
Dan kau?
Benarkah tidak ada yg merindukanmu?
Sore ini berlalu dan kuharap sebelum malam juga berlalu kau sudah menemukan kembali dirimu yg tersesat dalam kegagalan dan masalah yg sebenarnya ada dalam pikiranmu.!

Jumat, 15 Mei 2015

Bayangkan jika dirimu adalah seorang lelaki yang selalu kesepian karena kenangan yang selalu membentang. Bayangkan juga disuatu sore yang sederhana, kau bertemu dengan kekasihmu disebuah taman yg tidak terlalu ramai di pinggiran kota M ini dan kekasihmu berkata, "Terima kasih untuk sajak-sajakmu, tetapi maaf, kali ini aku telah memutuskan utk tidak lagi jatuh cinta.."
Lalu kau akan mulai gundah, mencoba bertanya kepada rumput yg bergoyang, kepada daun-daun yg berguguran, burung-burung yang beterbangan, tentang sebuah hal,"Apakah kita berhak utk memutuskan kita akan jatuh cinta" tetapi mereka semua diam, seakan ikut merasakan galaumu.
Dan sejak peristiwabdi taman itu, kau akan memutuskan membaca ulang semua puisi dan cerita-cerita yg pernah kau kirim kepadanya, apakah ada yg salah, atau adakah seorang yg telah membuatmu kalah?
Hingga suatu pagi yg sempurna, saat kau menikmati segelas kopi dan membaca koran berisi berita biasa-biasa saja, ponselmu berdering dan sebuah pesan singkat masuk dari wanita yg kau cinta, "Cinta bukan perkara sajak atau cerita, belum tentu kata bisa membuat jatuh cinta. Kata sangat jauh intervalnya dengan nada, nada-nada dengan irama sempurna telah membuatku jatuh cinta.."
Kau tersenyum, pahit. Mungkin sepahit kopi tanpa gula yg kau nikmati pagi ini.
Mengapa?
Karena engkau tidak tahu apa-apa tentang nada, meskipun dgn sombong kau pernah berkata bahwa kau sangat suka sebuah band asak Denmark yang beberapa waktu lalu pernah konser di Indonesia,tetapi bukankah kau menyukai lagu-lagunya karena liriknya yg sentimentil?
Kau terdiam, kau amati pesan singkat itu dgn seksaa berharap ada inspirasi dari sana, setidaknya inspirasi patah hati yg melankolistis.
Kau teringat, saat pertama mengiriminya puisi, dia begitu bersemangat sambil berkata, "Setengah jiwaku tinggal dalam puisi.."
Dan kau tersenyum mengenangnya, tetapi kini kau telah menghabiskan waktu untuk mendengar lagu-lagu galau Jikustik yang menurutmu sangat sesuai untukmu.."Kapan lagi kutulis untukmu, tulisan-tulisan indahku yang dulu, pernah warnai dunia, puisi terindahku hanya untukmu.."
Kau memang tidak tahu apa yg ada didalam pikiran seorang wanita, kau juga tidak tahu apa yg dilihat mata beningnya itu, tidak tau apa yg diucapkan bibir tipisnya yg mungil dan kau jg tidak tau kemana sapasang kakinya akan menuntunnya melangkah. Tetapi satu yg pasti kau tau bahwa kau akan menantinya kembali.
Mungkin selama menanti kau bisa menulis beberapa buah puisi dan cerpen, merenungi hari-hari atau belajar memperpendek interval kata dan nada, kau juga bisa untuk mengingat kenangan tentangnya, mengingat kesalahan saat kalian bersama sehingga kau tidak lagi mengulangi untuk kedua kalinya.
Bukankah dalam tulisan yg kau tulis dulu kepadanya engkau pernah menyatakan bahwa hidup ini sederhana?
Sesederhana engkau yg selalu menulis kata-kata sambil menantinya, sesederhana jarum jam yg terus bergerak tanpa ada usaha utk menghentikannya, meskipun kau harus mengakuinya bahwa kau selaly membawakannya dalam doa karena kau pernah membaca bahwa hal teromantis dalam cinta adalah mendoakan orang yg kita cintai.
Kau memang harus menerima semuanya, meskipun harapan yang kau tanan seakan-akan tidak tumbuh dan berakar, tetapi kau tau bahwa suatu waktu nada-nada itu akan berhenti jika tidak ada lagi bunyi, tetapi dengan kata-kata dalam tulisan semua bisa abadi.
Hingga suatu senja yg sederhana, di taman pinggiran kota M, kau sedang duduk menikmati lagu Forever and a Day-nya MLTR, ponselmu akan berdering, sebuah pesan masuk dari nomor yang memang sudah benar-benar kau hapal mati,"Kau masih sendiri? Bolehkah aku menemani, aku rindu mendengar sajak-sajakmu dan membaca ceritamu.."
Kau tersenyum lalu mengerdip kearahku seakan berkata,"Memang benar katamu, cinta itu hanya tentang perihal kesabaran usaha  dan waktu.."
Lalu waktu berlalu, lampu-lampu temaram akan menaungimu berbagi cerita tentang apa saja saat kalian tidak bersama.
Satu watu berlalu karena memang satu momen hanya untuk satu masa..

Minggu, 10 Mei 2015

One Moment For One Love

Bayangkan jika dirimu adalah seorang lelaki yang selalu kesepian karena kenangan yang selalu membentang. Bayangkan juga disuatu sore yang sederhana, kau bertemu dengan kekasihmu disebuah taman yg tidak terlalu ramai di pinggiran kota M ini dan kekasihmu berkata, "Terima kasih untuk sajak-sajakmu, tetapi maaf, kali ini aku telah memutuskan utk tidak lagi jatuh cinta.."
Lalu kau akan mulai gundah, mencoba bertanya kepada rumput yg bergoyang, kepada daun-daun yg berguguran, burung-burung yang beterbangan, tentang sebuah hal,"Apakah kita berhak utk memutuskan kita akan jatuh cinta" tetapi mereka semua diam, seakan ikut merasakan galaumu.
Dan sejak peristiwabdi taman itu, kau akan memutuskan membaca ulang semua puisi dan cerita-cerita yg pernah kau kirim kepadanya, apakah ada yg salah, atau adakah seorang yg telah membuatmu kalah?
Hingga suatu pagi yg sempurna, saat kau menikmati segelas kopi dan membaca koran berisi berita biasa-biasa saja, ponselmu berdering dan sebuah pesan singkat masuk dari wanita yg kau cinta, "Cinta bukan perkara sajak atau cerita, belum tentu kata bisa membuat jatuh cinta. Kata sangat jauh intervalnya dengan nada, nada-nada dengan irama sempurna telah membuatku jatuh cinta.."
Kau tersenyum, pahit. Mungkin sepahit kopi tanpa gula yg kau nikmati pagi ini.
Mengapa?
Karena engkau tidak tahu apa-apa tentang nada, meskipun dgn sombong kau pernah berkata bahwa kau sangat suka sebuah band asak Denmark yang beberapa waktu lalu pernah konser di Indonesia,tetapi bukankah kau menyukai lagu-lagunya karena liriknya yg sentimentil?
Kau terdiam, kau amati pesan singkat itu dgn seksaa berharap ada inspirasi dari sana, setidaknya inspirasi patah hati yg melankolistis.
Kau teringat, saat pertama mengiriminya puisi, dia begitu bersemangat sambil berkata, "Setengah jiwaku tinggal dalam puisi.."
Dan kau tersenyum mengenangnya, tetapi kini kau telah menghabiskan waktu untuk mendengar lagu-lagu galau Jikustik yang menurutmu sangat sesuai untukmu.."Kapan lagi kutulis untukmu, tulisan-tulisan indahku yang dulu, pernah warnai dunia, puisi terindahku hanya untukmu.."
Kau memang tidak tahu apa yg ada didalam pikiran seorang wanita, kau juga tidak tahu apa yg dilihat mata beningnya itu, tidak tau apa yg diucapkan bibir tipisnya yg mungil dan kau jg tidak tau kemana sapasang kakinya akan menuntunnya melangkah. Tetapi satu yg pasti kau tau bahwa kau akan menantinya kembali.
Mungkin selama menanti kau bisa menulis beberapa buah puisi dan cerpen, merenungi hari-hari atau belajar memperpendek interval kata dan nada, kau juga bisa untuk mengingat kenangan tentangnya, mengingat kesalahan saat kalian bersama sehingga kau tidak lagi mengulangi untuk kedua kalinya.
Bukankah dalam tulisan yg kau tulis dulu kepadanya engkau pernah menyatakan bahwa hidup ini sederhana?
Sesederhana engkau yg selalu menulis kata-kata sambil menantinya, sesederhana jarum jam yg terus bergerak tanpa ada usaha utk menghentikannya, meskipun kau harus mengakuinya bahwa kau selaly membawakannya dalam doa karena kau pernah membaca bahwa hal teromantis dalam cinta adalah mendoakan orang yg kita cintai.
Kau memang harus menerima semuanya, meskipun harapan yang kau tanan seakan-akan tidak tumbuh dan berakar, tetapi kau tau bahwa suatu waktu nada-nada itu akan berhenti jika tidak ada lagi bunyi, tetapi dengan kata-kata dalam tulisan semua bisa abadi.
Hingga suatu senja yg sederhana, di taman pinggiran kota M, kau sedang duduk menikmati lagu Forever and a Day-nya MLTR, ponselmu akan berdering, sebuah pesan masuk dari nomor yang memang sudah benar-benar kau hapal mati,"Kau masih sendiri? Bolehkah aku menemani, aku rindu mendengar sajak-sajakmu dan membaca ceritamu.."
Kau tersenyum lalu mengerdip kearahku seakan berkata,"Memang benar katamu, cinta itu hanya tentang perihal kesabaran usaha  dan waktu.."
Lalu waktu berlalu, lampu-lampu temaram akan menaungimu berbagi cerita tentang apa saja saat kalian tidak bersama.
Satu watu berlalu karena memang satu momen hanya untuk satu masa..

Jumat, 08 Mei 2015

Sabtu 952015

Menikmati segelas kopi disebuah warung pinggir jalan sambil menunggu kawan mungkin lebih nikmat, mungkin seperti semua panomena yg biasa dilihat, biasanya secangkir kopi akan ditambah beberapa lembar koran utk dibaca.
Bagiku ini hal yg biasa, mungkinpun teramat biasa, saya akan duduk dan asik menikmati lembar demi lembar koran itu meskipun tidak ada satu berita yg bisa betul-betul saya cerna.
Tetapi sebenarnya satu  yg menarik, ketika saya duduk ada seorang gadis yg duduk disamping saya, saya hampir saja menawarinya secangkir kopi kalau tidak saja kudengar dia memesan sebotol minuman ringan.
Dia lalu duduk, memandang gelisah keujung jalan, entahlah, aku tidak tau apa yg dia tunggu, tapi rasanya dia memang benar-benar sedang menunggu, entah itu menunggu kekasihnya, menunggu adiknya atau siapapun itu, yg pasti dia menunggu.
Kalau melihatnya, sebenarnya aku ingin menulis cerpen jg tentangnya, paling tidak judul yg bisa kubuat adalah perempuan yg menunggu, hanya saja aku takut karena dgn tidak sopan membuat karangan tentang dia (mengutip kata-kata dari cerpen Sungging Raga) jadi ya sudahlah, aku hanya membuat sebuah tulisan iseng saja. Mungkin kapan-kapan aku akan menulisinya cerpen, mungkin sesudah dia tidak ada lagi dan tidak bisa membaca tulisanku ini.
Ya, mungkin begitulah karena sebenarnya kami sama, sedang menunggu, hanya saja, seperti yg kau tahu, banyak cara yg kita gunakan utk menghabiskan waktu utk menunggu, kulihat dia menggunakan earphone dan asik memutar musik, akupun mengambil smarphone dan membuka bloggerku, lalu menuliskan beberapa kalimat yg mungkin kurang bermanfaat.
Ya, begitulah mungkin, aku memang senang mencatat apa saja, hanya sayangnya sangat sudah merangkai catatan itu menjadi sebuah cerita yg bermakna..

Minggu, 03 Mei 2015

Untuk

Apa kabar
Kuharap kau baik-baik saja, sama seperti aku yg sedang baik-baik saja saat menulis surat ini.
Oya, bagaimana ujianmu, kesehatanmu, semoga semuanya baik-baik saja bukan?
Aku menulisimu surat kali ini bukan karena aku baru mengingatmu, jujur, setiap hari aku mengingatmu meskipun aku tidak berani mengirimkan sms selamat pagi, selamat malam atau sapaan lainnya, kau tau mengapa?
Semua itu hanya akan menyisakan rasa kecewa.
Hmm, mungkin itu sama seperti pesan yg kukirimkan kepadamu lewat inbox fb beberapa bulan yg lalu dan sampai hari ini belum kau baca, padahal itu beberapa puisi dam sebuah cerpen.
Hmm..
Sebenarnya aku menulisimu surat karena entah mengapa hari ini aku iseng membuka profil fbmu dan seperti biasa, tidak pernah kau buka dan sepertinya aku sudah mengerti itu mengapa.
Kau tahu?
Sebenarnya aku sangat rindu kau menyapaku, lalu kau akan bercerita tentang anak+anak kecil yg menggemaskan itu, jg tentang dosen-dosen kita, tentang temanmu yg selalu bertingkah berlebihan.
Dan aku jg ingin bercerita banyak kepadamu, itupun jika kau mau mendengarkan dan tidak memotong ceritaku, kau taukan mengapa setiap alasan itu ada, karena ada yg ingin ditutupi dgn alasan tersebut.
Yah..

Sabtu, 02 Mei 2015

Catatan sore

Entah mengapa, sore ini aku iseng memasukkan nama seseorang ke mesin pencarian google, dan tiba-tiba aku teringat sesuatu. Pernah suatu kali aku ingin menggunakan nama itu jg menjadi tokoh ceritaku, hanya saja aku ragu, karena nama itu cukup unik dan sampai sekarang hanya dia satu-satunya yg kutau  menggunakan nama itu.
Ya, begitulah sebuah kenyataan, meskipun sepertinya tokoh cerpenku Liana akan keberatan jika aku menggantikannya dgn tokoh yg baru dan benar-benar nyata, tetapi seperti biasa, aku jg takut pada diriku sendiri jika suaru hari nanti aku membaca tulisanku aku menemui nama itu, tentu itu akan jadi sentimentil, hehehe..
Jika ditanya memang, apalah arti sebuah nama, tetapi sepertinya aku sensitif dgn nama itu, mungkin sesensitif saat aku melihatnya, hahaha, bukankah itu sesuatu yg sangat konyol menurutmu?
Memang ada kalanya aku harus mengakuinya, seperti aku mengakui perasaanku disetiap cerita yg kutulis, meskipun aku sengaja membelit-belitkan kata-kataku agar tidak ada seorang pun yg tahu.
Bukankah itu jg artinya aku selalu membentengi diriku dan menyimpan segala sesuatu untuk diriku sendiri?
Mungkin suatu hari nanti kau akan menjadi temanku berbagi, bukan begitukah?
Tidak apa-apa kalau kau merasa bahwa nama yg kucari itu adalah namamu, mengapa?
Karena sebenarnya meskipun berulangkali kau bertanya, aku tidak akan pernah memberitaukan itu siapa..
Hahaha, rasanya itu tidak lucu bukan?
Dipencarian google, aku hanya menemukan akun jejaring sosialnya, FB, Instagram yg mencantumkan Line, Path dan namanya dipengumuman penerimaan mahasiswa baru portal sebuah kampus,  entah itu tahun berapa, mungkin kau akan mencoba menelusurinya jika suatu hari kau sudah tahu, hehehe...
Kau tahukan, sebenarnya ini hanya catatan isemg disore hari saat aku menikmati hujan dan secangkir kopi, dan disitulah berasal keisengan ini.
Hmm, mungkin jg kau bisa menawarkan namamu utk dijadikan cerpen, atau kau punya cerita yg sentimentil utk dijadikan cerita..
Atau kau mau bercerita banyak kepadaku untuk menghabiskan galaumu, karena mungkin kau sepertiku melankolis, hehehe
Bisa jd menulis, tidak masuk akalmu, tetapi kau bisa bercerita sebanyak-banyaknya.
Atau bahkan kau mungkin sama sepertiku, selalu mengintip profil sosmed seseorang untuk menemukan sesuatu disana..hehehe.
Tetapi satu yg pasti, aku tidak akan berbagi siapa nama yg ku googling sore ini, kenapa? Karena itu sentimentil, titik!!

Jumat, 01 Mei 2015

Catatan Perjalan

Kau taukan, terkadang kita tidak dapat memilih jalan mana yg harus kita pilih . Tetapi ada kalanya suatu saat kita harus mengosongkan pikiran dgn melakukan sebuah perjalanan tanpa tujuan.
Aku mencatatkan perjalan ini saat aku sedang menikmati perjalananku sendiri yg tanpa tujuan ini, ya, tgl 30 april 2015 aku memutuskan sebuah perjalanan tanpa rencana utk mengosongkan pikiranku.
Kau tahu mengapa?
Aku sedang patah hati dan perasaanku sedang tidak damai, aku kecewa pada diriku sendiri dan keadaan ini.
Bagaimana mungkin jika semua yg kita harapkan tidak sesuai tujuan?
Memang aku adalah seorang yg selalu menerapkan target yg teramat tinggi sehingga selalu menemui rasa penyesalan yg berlebihan setiap target luput dari sasaran.
Tetapi aku tidak akan membahasnya karena ini adalah sebuah catatan Perjalanan sekaligus surat untuk seseorang, dan tidak apa-apa jika kau merasa bahwa kau adalah seseorang itu, paling tidak kau bisa merasakan makna kegalauan seorang pria yg patah hati dan membuatkan surat untukmu dalam keadaan patah hati.
Aku sebenarnya ingin bercerita banyak tentang jalanan Yg kulalui, daun-daun yg enggan melambai mengucapkan sampai jumpa mungkin untuk yg terakhir kali atau sungai-sungai bening yg mengalir menuntun langkahnya sendiri, pegunungan yg selalu tegar menyambut para pendaki, pedagang yg selalu setua menanti pelanggan yg datangnya belum pasti.
Kau tau?
Mungkin bukan pertama aku menikmati perjalanan tanpa tujuan ini, meskipun memang harus kuakui inilah pertamakali aku mencoba mencatatkannya di blogku, mungkin untuk bisa kau baca dan kau bisa mengerti bahwa aku sedang kecewa dan patah hati.
Kuakui, seperti sebuah perjalanan dan keindahan yg sedang aku nikmati dan tanpa alasan aku bisa mengagumi, begitu jugalah rasanya tentang jatuh cinta dan patah hati, kita tidak punya alasan untuk itu.
Pernahkah kau bayangkan suatu kali, saat engkau jatuh cinta dan tanpa alasan apapun kau akan menyukainya?
Pernahkah kau bayangkan disuatu saat pula kau menyadaei bahwa gadis yg kau suka ternyata sudah memilih seseorang utk tempat berlabuhnya.?
Mungkin disaat yg sama kau akan memutuskan hal yg sama dgn yg kulakukan saat ini dgnku.
Kau akan melakukan sebuah perjalanan tanpa tujuan, menikmati kesunyian perjalan, didalam bus, kau akan melihat semua kenangan mengalir dalam ibgatan ditambah sang supir yg memutar lagu-lagu melankolis yg sangat menyiksa perasaan..
Ya, MLTR dgn sempurna menyanyikan lagu Complicated Heart, 25 Minutes to Late, Thats Why (You go a way), dan kau mungkin akan sangat menikmatinya karena sangat sentimentil, dan kau mungkin akan membayangkan seorang yg kau sukai itu sedang tersenyum manis dan melambai kearahmu.
Ah..
Itu semua mungkin teramat sentimentil, tetapi aku harus mengakui bahwa melakukan perjalanan ini hanya karena sedang patah hati.
Dan aku juga tidak mengerti apa yg berkecamuk dalam pikiranku. Kau tahu?
Terakhir ini aku teramat menuntun pikiranku, seperti nenuntun perjalananku sendiri.
Aku mencoba mencatatkan Perjalan ini ketika aku berada disebuah daerah yg tidak kukenal, sebuah persawahan yg tidak terlalu luas disebuah kecamatan di kabupaten karo, dan lihatlah, semua orang sedang asik dgn pekerjaan mereka, air yg bening, ikan yg berkeliaran dgn bebas.
Ah, seandainya aku bisa terbebas dgn pemikiranku saat ini, seandainya bukan aku sendiri yg sendiri yg sedang menikmati perjalanan tanpa tujuan ini dan seandainyaasih banyak andai-andai yg lain...
Yah, begitulah hidup.
Banyak yg harus kita pilih dalam hidup ini, bahkan mungkin kau harus memilih seperti pilihanku, memilih tidak bercerita kepada siapapun, memilih untuk mencatatkan semuanya meskipun tidak jelas artinya.
Membuat sebuah surat meskipun tidak jelas tujuannya.
Itulah sebuah kenyataan, sebuah prrjalan tanpa tujuan.
Ada kalanya kau menyesali sebuah perjalanan, tetapi ada kalanya juga kau sangat menikmatinya, saat itu kau akan Melihat jalanan dgn pohon-pohin yg berjalan meninggalkan bus yg kau tumpangi, tempat2 wisata dan pasangan2 yg memaksa diri utk romantis, anak2 sekolah yg sedang berusaha mencatatkan kenangan sebelum waktunya tiba bahkan seorang yg sedang patah hati dan berusaha mencatatkan kenangangannya.
Dan kau kan, betapa sentimentilnya kenangan itu, lalu hari ini akan berlalu dan aku harus kembali melanjutkan perjalanku, mungkin aku akan mencoba mencatatkannya kembali, jika kau masih mau menbacanya lagi...

Minggu, 26 April 2015

Memanen Hujan

Bolehkah aku menampung hujan?
Menyiramkannya ke bunga-bunga kering dipinggiran jalan
Lalu seorang gadis kecil yang melintas
Akan tersenyum memandangnya sekilas..
Bolehkah aku mendengar rinai hujan?
Yang turun dari pangkuan awan
Nada-nadanya merdu meski tidak beraturan
Membelai daun-daun yang kedinginan..
Kalau boleh memanen hujan
Akan kuajak anak-anak pinggiran
Menikmati hujan yang tidak bertuan
Menjadi kekasih dalam kesendirian

27042015

Sabtu, 25 April 2015

Terjebak Hujan

Kurasa tidak terlalu buruk jika suatu hari nanti kau menemukan dirimu terperangkap dalam hujan di sebuah perempatan jalan di kota M ini, karena sungguh, kau akan menikmatinya, orang-orang yang berteduh, ojek payung gratis yang sok jadi pahlawan atau bahkan mata-mata liar yang mencari kesempatan- ditengah kesempitan.
Karena itulah kemungkinana, dan kau mungkin akan beruntung melihat seorang gadis yang linglung, dan kau tidak pernah tahu, apakah dia sedang menunggu seseorang ataukah dia terbuai kenangan dalam hujan?
Jikalau kau punya nyali, kau akan mencoba menanyakan itu kepadanya, dengan pertanyaan malu-malu yg penuh makna..
"Hujannya deras juga ya.."
Dan mungkin dia akan menjawabmu dengan anggukan saja, lalu kau akan meneruskan pertanyaanmu..
"Terperangkap hujan juga?"
"Ya.."
"Memangnya anda mau kemana?"
"Kenangan.."
"Astaga, anda jgn bercanda, dimana itu kenangan?"
"Diantara bus-bus yang melintas menembus hujan, mereka selalu membawa kenangan.."
Dan kau akan terdiam sejenak, untuk mencerna apa yg diucapkannya, saat itu hujan masih turun deras dan jalanan sudah mulai tergenang, apakah engkau masih mencoba melanjutkan percakapan?
Kau mencoba melirik sekilah wajahnya, dan saat yang sama dia melirikmu, pandangan kalian bertemu, adakah kata yg cocok untuk melukiskannya sebagai sebuah suasana?
Hujan mungkin tidak akan segera reda, namun sebagai seorang pria yg melankolis, kau pasti akan selalu punya cerita tentang setiap suasana, karna itu jglah mungkin kau sampai lupa dan merasa hujan kali ini terlalu singkat utk sebuah kenangan, sehingga kau jg lupa menanyakan dia siapa bahkan kau lupa bahwa sebenarnya ini hanya sebuah fiksi sederhana.

Sabtu, 25 April 2015

Kamis, 23 April 2015

Perpustakaan Patah Hati

Hidup kita adalah cerita, tetapi apakah kita akan terperangkap dalam kisah-kisah melankolis yang dipajang disalah satu sudut lemari tanpa pembaca?
Ada kalanya, suatu hari yang sederhana, kau akan memutuskan untuk jatuh cinta kepada buku-buku yang berkuasa diruangan itu, tanpa memperdulilan apa saja, sebab cinta itu sederhana, sesederhana waktu ketika kaca mata bertemu kata dalam kertas berwarna hitam putih yang penuh cerita dan kau sungguh menikmatinya, seperti menikmati puisi-puisi romansa Kahlil Gibran, Shakespare atau sejenisnya.
Tetapi pernahkah engkau menyangka akan jatuh cinta pada seorang wanita sentimentil yang terperangkap dalam halaman buku yang kau baca?
"Wanita dalam cerita selalu saja sentimentil, tidak pernah ada yang berbeda.."
Wanita itu kau temui sedang terisak dengan kisah cinta yang kandas karena sebuah cerita yang sad ending dan kau mungkin akan berkata, "Terlalu banyak cerita dengan ending yang sama diperpustakaan ini, dan ceritamu hanyalah salah satu diantaranya.."
Kau mungkin dapat berkata bahwa perpustakaan bukanlah tempat yang romantis untuk memulai sebuah cerita, karena cinta itu tidak muncul begitu saja saat duduk bersama membaca kata-kata yang melintas begitu saja, tidak mungkin juga ada hanya karena cerita yang terucap tanpa ada pertanggunjawabannya. Namun, diantara rak-rak yang tersusun rapi dengan angka-angka berurut sebagai penanda, mungkin suatu kali kau akan benar-benar jatuh cinta, saat melihat seorang gadis manis berkacamata sedang membolak-balik sebuah buku.
Tidak perlu kau tanya mengapa kukatakan engkau jatuhcinta kepadanya, kenapa, karena tidak ada alasan yang sempurna untuk rasa suka.
Dan kita adalah sebuah cerita, sehingga saat engkau jatuh cinta engkau akan memutuskan untuk melakukan apapun untuk mendapatkannya, mungkin sama seperti seorang penulis yang melakukan apa saja untuk menyelesaikan tulisannya.
Sama seperti itu jugalah, mungkin, ada kalanya suatu saat kau tidak bisa menerima jika ternyata sang wanita yang kepadanya engkau telah jatuh cinta telah mempunyai tambatan hatinya dan sedang menunggunya disalah satu sudut perpustakaan, dan kau akan melihat senyum manis wanita itu kepada kekasihnya, lalu mereka akan tertawa mesra, mungkin seperti sebuah cerita yang engkau sedang mencoba menyelesaikan membaca.
Dan kau?
Kau akan memutuskan untuk kembali terperangkap dalam cerita, bersama buku-buku berdebu yang kau sendiri kadang lupa itu terbitan tahun berapa, sudah berapa kali kau baca dan halaman berapa saja yang kau suka, kadang juga kau melipatnya, mengutipnya beberapa dan menjadikannya atatus disosial media. Ada juga kalanya kau berangan-angan untuk menjadikannya sebuah cerita, tetapi kau takut orang akan tau bahwa kau pernah gagal dalam hal cinta.
Mungkin, sama seperti hari-hari sebelumnya, ada kalanya suatu saat kau menemukan sebuah kalimat yang sempurna untuk disampaikan kepada seorang wanita, hanya masalahnya kau tidak tau wanita itu siapa..
"Siapa dia?"
Mungkin dia adalah wanita sentimentil yang tinggal dalam kenangannya, mungkin juga dia adalah seorang wanita yang selalu ceria, mungkin dengan sejuta kemungkinan dan aku tidak pernah tau meskipun aku penulis cerita karena aku juga tidak tau seperti apa wanita yang kau suka.
Lalu tentang hal itu, berapa kali kau akan memutuskan untuk jatuh cinta, berapa lama lagi kau putuskan untuk membaca dan terperangkap dala cerita tanpa makna dan kapan akan kau ungkapkan bahwa kau mencintainya?
Aku tahu, mungkin kau tidak akan pernah melakukannya karena seperti penulis yang selalu menulis sebanyak-banyaknya, seperti itu jugalah mungkin engkau yang menghabiskan waktu untuk mencintainya lewat tatapan mata yang penuh harap, lalu sampai kapan engkau tinggal dalam cerita dan ilusimu sendiri?
"Sampai cerita sampai pada halaman terakhir dan perpustakaan ini akan ditutup.."
Dan ketika cerita yang kau baca berakhir, kau akan menemukan bahwa wanita dalam cerita itupun ternyata telah ada kekasihnya dan kau patah hati dibuatnya, lalu ketika perpustakaan akan ditutup, kau melihat wanita, yang kepadanya engkau jatuh cinta, sedang duduk mesra bersama kekasihnya menikmati senja yang masih tersisa di taman perpustakaan.
Lalu apa yang salah?
Cerita hanyalah cerita dan perpustakaan mungkin masih meyimpan cerita lainnya dan kau harus berusaha untuk lupa tentang pertemuan-pertemuan lainnya.

Kamis, 22 April 2015

Rabu, 22 April 2015

Percakapan sorr ditelepon

Aku sedang asik membaca buku Apologianya Socrates sore itu ketika ponselku berbunyi dan ketika melihat siapa nama yg menelepon itu, aku sudah bisa tebak apa kalimat pertamanya dan yg akan diomongi..
"Apa kabar, lagi ngapai kau?"
Aku menjawabnya seperti biasa jg..
Dia mulai melanjutkan obrolan teleponnya, mungkin obrolan yg sama, cerita yg sama hanya dgn versi yg sebelumnya.
"Tau kai, siapa uda kek gini lho, siapa pun, siapa, siapa.."
Kau kek mana?
"Ah, itulah masalahnya, ternyata semua orang bisa menjadi teman kita kalau kita punya apa yg mereka inginkan.."
Aku mulai tertarik, memang knapa?
"Itu lho, aku dimanfaatkan, di php.."
Trus?
"Lappetnya itu, baik aku sama dia, kupikir dia suka samaku.."
Trus?
"Menurutmu, cmmana itu?"
Apanya?
"Cemmana mengalahkan hati cewek?"
Kok kau tanya aku? Aku aja gagal terusnya..
"Serius dulu ah.."
Ya udah, cewe itu seperti monyet..
"Seriuslahhh.."
Dia akan melepaskan dahan yg lemah ketika sudah menemukan dahan yg kuat..
"Asekk.."
Jadilah dahan yg kuat, jgn jadi lappet!
"Hahaahah.."
Satu lagi, yg istimewa akan tergantikan dgn yg selalu ada..
"Jadi?"
Yah, adalah sama dia, jgn kau bahas liga champion terus sama Manchester United, sesekali romantis dan sentimentil, menikmati senja atau berpuisi, ciee cieee..
"Hahhaha, oke-oke.., itu aja?"
Sesekali datanglah kerumahnya bawa makanan yg tidak disukainya, jd kalau dia gak mau makan, yah makan aja sendiri, lumayankan, gak rugi..
"Hahah, iya  jg ya.."
Ialah..
"Oiya, ada satu yg mau kutanya samamu?"
Apa, tumben kau bertanya, biasanya cuma minta saran ajanya?
"Kau pintar kali soal teori, kapan kau praktekkan teori kau itu, gk pernah bahas cewe, tp cerpen kau galau terus..."

Selou..., kan ada adek kau..
"Mata kau, mau kau kasih makan apa adekku?"
Hahaha, udahlah kau praktekkan dululah yg kubilang tadi, jgn lupa, titip salam sama adek kau hahaha..
"Bilang aja sendiri kalau kau berani, bawa makanan nanti kerumah biar aku yg menghabiskan.. Hhahaaha.."
Iyalah, lakkeap..
Hahaha..

Jumat, 17 April 2015

Cerita Iseng

Tadi, ketika pulang kuliah, aku bertemu seorang kawan lama sewaktu SMA dan kebetulan dia sedang bersama temannya. Dia  menyapaku, dan seperti biasa berbasa basi seperti orang kebanyakan lainnya. Sampai tiba tiba temanku ini berkata, "Bentar ya, kalian ngomong-ngomong dulu, aku ada urusan sebentat kesana..".
Aku mengangguk dan melihat gadis yg akan menjadi lawan bicaraku, cukup manis hahaha...
Tetapi ternyata dia langsung memulai percakapan, "Aku Liana.." Katanya menyodorkan tangan.
Aku menyambutnya dan mulai berbicara..
"Namaku Rinaldi Sinaga, Mahasiswa Akuntansi stambuk 2012 di Nommensen, Lahir di Purba Sianjur 29 February 1994, menyelesaikan sekolah dasar di SDN 030328 Bandar Huta Usang.."
Gadis itu  mulai kelihatan bingung karena aku masih memegang tangannya, tetapi aku tidak peduli dan meneruskan perkenalan.
"Saya melanjutkan SMP di SMPN 1 Pegagan Hilir dan tamat tahun 2009, lalu SMAN 1 Pegagan Hilir tahun 2012, jadi saya sudah tamat selama tiga tahun..."
Dia tampak semakin bingung dan aku mulai geli..
"Hobbyku adalah membaca dan menghayal..."
Dia tambah bingung karena aku belum melepaskan tangannya dan untung saja kawanku itu segera datang kalai tidal aku akan melepaskan tawaku melihat kebingungannya.
Dan ketika aku sampai di kosan, aku menerima pesan dari teman SMAku itu, "Kau tambah nakal sekarang ya.."
Hahaha, aku hanya membuat momen, karena terkadang kita tidak mengerti sebuah momen sampai itu menjadi kenangan.

Ini untuk mengenang tiga tahun sesudah masa SMA. :D

Kamis, 16 April 2015

Catatan patah hati : Ini hanya perkara nyali..

Ada kalanya kita memang tidak percaya diri, tidak ada yang istimewa dan bisa membuat bangga, padahal segala sesuatu punya maknanya sendiri.
Ya, seperti yang kurasa dan kualami sendiri saat patah hati, aku yg adalah orang yg selalu pesimis dan tidak pernah berbicara tentang cinta, tetapi selalu menulis cerita pendek tentang cinta. Aku yg menulis karena selalu menyimpan rasa yg terpendam kepada seorang wanita, aku yg adalah bodoh hanya bercerita diblogku sendiri dan berharap tidak akan ada orang yang membaca.
Kurasa, aku tidak lebih buruk, tetapi aku tahu ini hanya perkara nyali, aku yg selalu merasa tidak punya apa-apa, tidak ada yg istimewa, tentu akan kalah dibandingkan yg lainnya, atau aku yg sudah berani memulai, tetapi tidak tahu bagaimana kelanjutannya, tentu akan dipotong oleh saingan yang lainnya.
Sekali lagi, hidup yg melankolis ini ternyata sangat menyiksa, kurasa aku tidak perlu melukiskan galauku saat ini jika semuanya tidak mendera jiwa.
Apa jadinya jika seorang gadis yg sangat kusuka dan dengannya aku ingin merancang masa depan nantinya telah memilih seseorang menjadi tempat berlabuhnya?
Aku memang sentimentil dan harus kuakui itu, kegagalan akan membuatku murung dan menyiksa hari-hariku, rasanya lengkap sudah mengakhiri semuanya, semua bercampur aduk dalam jiwa...
Entah apa...
Kadang aku memang harus akui juga, aku hanya menunggu saat yg sangat tepat untuk mengucapkan komitmen. Tetapi siapa yg sabar menunggu saat yang tepat itu??
Entahlah, seandainya aku tahu bahwa engkau telah memilih, mungkin aku bisa menanyakan kriteriamya...
Memang aku bisa mengambil hikmahnya, tetapi itu hanya akan membuatku menderita dan rasanya baru kali ini aku jatuh cinta dan aku sudah menulis puluhan untuknya, dengan nama yg berbeda...
Entahlah...
Mungkin aku akan mencoba menunggu dan menunggu lagi, mungkin besok atau besoknya lagi aku masih akan jatuh cinta kepada orang yg sama dan kuharap itu kau..

Selasa, 14 April 2015

Liana...

Aku hampir tertidur ketika angkot yg kutumpangi berhenti di halte itu, di depan sebuah kampus tidak ternama di Kota M. Saat itulah gadis itu naik ke angkot, tangannya memegang sebuah antalogi puisi Suparji Djoko Damono dan dari stempelnya aku bisa menebak bahwa buku itu adalah pinjaman dari perpustakaan kampusnya.
Diangkot, aku tidak melihatnya membaca, dia menatap jauh keluar lewat kaca, seperti menikmati tatapannya, ketika itu aku menyadari ternyata tatapannya sayu dan teduh.
Aku mencoba melihat juga apa yang dipandanginya, lampu-lampu warna warni yang temaram, warung-warung pinggir jalan yang selalu ramai pengunjung dan orang-orang yang ingin menyeberang dengan pemikiran di kepalanya masing-masing.
Aku melihat gadis itu menikmati semuanya, semoga dia tidak menyadari, aku juga menikmati pemandangan tentang dia.
Tiba-tiba kulihat dia merogoh tasnya, mengeluarkan sebuah catatan kecil dan disana tertulis namanya, Liana..
Astaga, bagaimana aku bisa lupa?
Baru beberapa hari yang lalu aku bertemu dengannya, aku juga baru menyelesaikan sebuah cerpen berjudul Kenangan yang membeku di Heaton Park dan namanya kubuat sebagai tokohnya dan hari ini aku bertemu lagi dengannya padahal aku belum berhasil menanyakan apakah dia masih mau menjadi tokoh cerpenku.
Aku ingin tersenyum sendiri tetapi tidak jadi saat kulihat dia menuliskan beberapa kata di catatan kecilnya dan aku yakin itu adalah puisi...
Sembari menunggu dia selesai menulis, kusiapkan pertanyaanku meskipun aku bingung untuk memulai dan aku tidak punya banyak kata untuk menciptakan obrolan yang hangat. Kulihat dia melipat bukunya dan dengan bergetar dan jantung yang berdegup, aku ingin memulai percakapan kalau seandainya saja tidak kudengar dia berkata..."Pinggir pak..."
Aku tersenyum kecut dan hanya bisa berharap besok atau besoknya lagi atau kapan-kapan aku masih bertemu dengannya dan menyampaikan beberapa cerpenku kepadanya, kalau seandainya saja dia bukam tokoh fiksi...

Jumat, 10 April 2015

Ada Kalanya Suatu Waktu Engkau Akan Menunggu

Aku tahu, suatu saat, mungkin saat yang sama dengan saat ini, disebuah persimpangan, disebuah ujung jalan. Saat daun berguguran di musim gugur gugur yang datang terlalu cepat, kala engkau menyusuri jalanan, kesepian ditengah keramaian, ketakutan dalam kesenangan, benarkah engkau akan rindu akan sebuah kemungkinan?
Kita adalah kita, dan kita juga pernah berkata bahwa segala sesuatu akan ada waktunya..
Tetapi mengapa kali ini hanya aku yang merasakannya?
Aku sebenarnya ingin bercerita banyak kepadamu jika kau punya waktu, tetapi aku tahu engkau telah membingkai waktumu itu, entah untuk siapa dan rasanya engkau telah manfaatkan musim semi dalam jiwaku, entah ini kebodohanku atau keuntunganmu, aku tidak mengerti karena aku hanya mengerti bahwa daun gugur itu selalu punya makna, bahwa lampu lampu temaram itu selalu memberi warna dan tawa kawan kawanku yang selalu tersisa..
Sedangkan kau?
Aku tidak pernah tahu, sebab sesungguhnya ada waktu untuk kita mengingau, galau bahkan menunggu..
Suatu kali, saat senja atau musim semi yang terlambat tiba, ketika itu bunga sakura sudah bersemi di kota kanikawa dan salju sudah mencair di nagusa, kau akan tahu berapa beratnya menunggu dari musim gugur hingga musim salju yang membeku..
Tetapi percayalah, meskipun engkau adalah gadia tropis, seperti bunga yang tumbuh mempesona sepanjang musim, akan ada waktunya, ketika musim kemarau berkepanjangan engkau akan kering dan memutuskan untuk menunggu hujan..
Saat itulah aku akan mengajakmu, menikmati empat mus yang selalu mendera..., dan kita akan menikmatinya bersama..
Sama seperti matahari dan bulan yang tampak bersama, sama seperti aurora yang mempesona..
Akan ada waktunya, kau menunggu, dan aku juga..
Akan ada waktunya, salju dan hujan turun bersama di kala senja..

Kamis, 09 April 2015

Surat untuk heaty

Aku mungkin akan menemuimu terjebak dalam pikiranmu sendiri, karena sedang jatuh cinta dan kau akan menulisi harian tanpa makna, entah untuk siapa.
Dan aku, aku ingin membaca tulisanmu itu, sebab seperti yang kau tahu aku senang membaca, sebab terkadang ada kalanya aku menulis sendiri dan membayangkan itu adalah tulisanmu.
Kau tahukan?
Setiap pemikiran bisa diutarakan dalam sebuah pembicaraan, tetapi mengapa kita tidak pernah punya waktu untuk bersama untuk membicarakan hal yang penuh makna?
Aku ingin mendengar ceritamu saat engkau jatuh cinta pada seorang pria tampan yang pintar main gitar itu, tetapi ternyata ada seseorang yang mengalahkanmu untuk memperoleh hatinya, aku juga ingin mendengar ceritamu saat engkau galau karena semua temanmu sudah dengan pasangannya masing masing dan engkau masih sendiri.
Tidak usah kuatir, sendiri itu menyenangkan meskipun terkadang merasa sepi, tetapi mengapa tidak engkau coba untuk menikmati?
Ada kalanya, saat aku menulisimu surat, aku membayangkan senyum manismu iti kepadaku, apakah aku telah jatuh cinta kepadamu?
Aku sedikit sentimentil dan sedikit pilosofis, meskipun semua serba sedikit, aku tetap menikmatinya, tetapi setiap kali aku bertanya kepada diriku sentimentil itulah yang berkuasa san setiap aku mencoba untuk jatuh cinta, selalu ada alasan pilosofis untuk menolaknya..
Jatuh cinta itu sebenarnya sederhana, kau tidak perlu memaksa seseorang untik mencintaimu, mungkin seperti aku yang tidak pernah memaksamu untuk melihat kearahu, meskipun ada getar yang sangat terasa ketika bertemu.
Bukankah cukup bagiku, menulisimu suray yang tidak pernah kukirim dan tentu tidak akan pernah kau baca ini?
Rasanya memang seperti cerita yang tidak pernah selesai, tetapi aku bukanlah seorang pria tokoh novel yang akan menikmati happy ending di akhir ceritanya, aku tahu tidak akan ada hasil apa-apa dan tidak akan terjadi apa-apa..
Pernah memang kucoba untuk jatuh cinta, tetapi aku tidak tahu mengapa jatuh cintaku pasti selalu pada orang yang sama meskipun disaat dan tempat yang berbeda.
Ya, itulah yang terjadi, terkadang aku hanya mencoba untuk mencerna, terkadamg juga memaknainya, mungkinkah akan tiba saatnya?
Kau akan membaca tulisanmu yang pernah kau buat untuknya dan aku membaca surat yang selalu kutulia untukmu, kita memang berbeda, jalan kita berbeda dan semuanya berbeda, tetapi mengapa aku mengharapkanmu tentang rasa cinta?

Liana

Liana, dia gadis cantik, tokoh cerpenku dalam judul Tentang hujan di tepi danau toba. Entah kenapa, aku tadi berremu dengannya, ketika pulang kuliah, dia sedang duduk di depan halte sebuah kampus kurang ternama di kota M.
Dia menumpang angkot yang juga kutumpangi, anehnya dia memilih duduk disampingku, ciri-cirinya persis sama dengan tokoh cerpen itu, aku tahu namanya ketika tasnya terjatuh dan kartu tanda mahasiswa, ktp dan identitas lainnya berhamburan, sayangnya aku tidak mencoba membantu memungutinya karena tidak ingin terjebak adegan romantis dengan tokoh cerpenku sendiri.
Sebenarnya aku ingin bertanya kepadanya, karena seingatku, dalam cerpen yang aku tulis dia mengendarai sepeda motor, bukan naik angkot seperti saat ini, sayangnya, seperti biasa, aku tidal berani untuk memulai sebuah percakapan.
Tetapi kemungkinan tidak bisa diprediksi, kakiku menyenggol sesuatu dan aku melihatnya, sebuah pulpen, kuambil lalu aku menyentuh sikutnya.
"Ini, pulpenmukah?"
Dia melihatku, tersenyum dan berkata, "Ya, tentu.. Terima kasih, ini pulpen yang penuh kenangan.."
Aku tersemyum, ternyata, sama seperti dalam cerpenku, dia juga sentimentil, aku jadi ingat sebuah kutipan yang berkata, tidak tahukah kau betapa sentimentilnya sebuah kenangan?

Angkot terus berjalan dan dia masih duduk disampingku, seandainya bukan perkara pilosofi atau cerita fiksi, aku ingin banyak bertanya kepadanya, tetapi dia terlalu asik dengan sebuah novel berjudul Epigraf, sehingga dia hanya menjawab pertanyaanku dengan ya dan tidak.
Aku memang harus akui, sebagai mahasiswa dengan trayek jauh dari kost kekampus yang menelan waktu sekitar lima puluh sampai enam puluh menit perjalanan, banyak orang yang naik turun dari angkot tersebut dan biasanya aku turun beberapa ratus meter sebelum pangkalan dan saat itu hanya tersisa aku sendiri dengan supir angkot.
Kali ini tidak, aku dengan Liana, tokoh cerpenku yang cantik itu dan aku belum sempat menanyakan alamatnya dam dimana kampusnya ketika aku harus turun dari angkot bahkan aku belum sempat menanyakan kemana tujuannya..
Aku tersenyum sendiri, kupandangi angkot yang bergerak menjauh mengiringi kendaraan-kendaraan lainnya sambil berharap, besok, lusa atau kapan aku bisa naik angkot yang sama dan angkot itu akan berhenti di halte sebuah kampus tidak ternama untuk menaikkan seorang penumpang cantik bernama Liana, aku masih punya beberapa pertanyaan kepadanya dan tentu aku ingin menanyakannya, "Maukah engkau menjadi tokoh cerpenku lagi?"

Arah Dairi Kedepannya

                                                     Arah Kabupaten Dairi Kedepannya Sebagai penduduk Kabupaten Dairi yang sedang merantau, ...