Minggu, 09 Desember 2018

Hari Ini dan Nanti

Hari ini dan Nanti

Kawan, perjalanan kadang tanpa ujung.
Kamu taukah, aku pernah menelusuri jalanan dan semakin jauh, semakin banyak waktu yg kuhabiskan, ada jalanan yg luas dan lebar, jalanan berbatu, jalanan tanah merah, jalanan kecil dan sempit, dan lainnya. Tapi semuanya saling sambung menyambung.
Kawan, tau jugakah kamu?
Aku menulis hari in disini karena aku juga sedang kacau, ya, Hari ini dan hari-hari sebelumnya aku kacau, aku sadar bahwa semuanya sia-sia, kamu pahamkan usaha akan bernila 0 tanpa perpindahan 🤔
Hahaha, hari ini dan Hari kemarin tidak ada perpindahan, tapi nanti dan hari esok banyak cerita yg masih bisa tercipta.
Kamu Tau kawan, aku pernah jatuh cinta dan menulis Surat dan cerita meskipun aku merasa semua kadang sia-sia.
Seperti mereka yg pernah berkata, saat semuanya bermula biasa saja, diawali dengan Sapa, cerita dan kata-kata hingga Ada rasa malu-malu dan rindu. Akan berjalan lancar jika keduanya merasakan yg Sama dan sia-sia jika hanya satu saja.
Lalu apakah yg Mau dikata jika kamu diposisi yg Sama?
Mungkin kamu bisa berencana utk berpaling dan cari lagi yg berbeda, tapi semua tidak semudah itu karena rasa itu kadang memang tidak Sama.
Hanya Ada kalanya seiring waktu semua akan berbeda, perlahan waktu akan memudar dan membuatmu lupa semuanya meskipun kadang tersadar rasa itu tetap tersimpan saat melihatnya lagi (tambah cantik dan memesona).
Tapi kawan, semuanya harus berbeda (ini memotivasi diri sendiri) Hari ini adalah Hari ini, nanti adalah nanti dan esok hari masih banyak yg harus disiapkan lagi.
Cara terbaik untuk mengobati patah hati adalah dengan menjadi lebih baik lagi, belajar lagi untuk jadi diri sendiri dengan maksimal.
Kawan, tidak Ada orang yg bisa menghargai kalau Kita tidak menghargai diri sendiri.
Kawan, patah hati adalah motivasi untuk menjadi lebih baik lagi.
Hari ini, kita patah hati
Nanti esok hari tidak ada yg perlu diingat lagi meskipun luka itu masih menganga dan ngilu terasa.
Ya, kawan, kita harus berjalan kedepan, tidak Ada Hal yg Baru jika Kita berjalan mundur.
Kawan, catatanku ini bukan tentang cinta saja.
Aku sedang belajar menghargai diri sendiri dan waktu.
Aku sedang belajar membangun kembali kepercayaan diriku.
Membangun kembali semuanya, memaksimalkan energy potential yg aku punya.
Kawan, motivasi terbaik  adalah diri Kita.
Tetapi meskipun begitu, diatas semuanya serahkanlah segala sesuatu kepada Dia Yang Punya Kita.

Ngomong-ngomong, kalau seandainya dia menyapa, mungkin semuanya bisa berubah begitu saja 😅
Semuanya bisa kembali seperti semula!
Ya, begitulah kawan!

Minggu, 18 November 2018

Cerita November

Setelah sekian lama tidak pernah jumpa, sore in aku memutuskan menemuinya, untung saja dia bersedia.
Dia masih sama, Liana, Gadis cerdas berotak Wikipedia itu duduk manis dipinggiran Sungai di Kota M sambil membaca sebuah buku tebal, tidak kuperhatikan judulnya.
Aku duduk disampingnya, ingin memulai percakapan, tapi bingung diawali dari mana, untung saja dia paham apa yg kupikirkan.
Dia berhenti memandangi lembaran buku, menatapku dan tersenyum memamerkan lesung pipinya, dia tambah manis saja semenjak aku pertama mengenalnya.
"Nal, kamu taukah kamu bahwa semua berbentuk pola.."
"Ya, ya, kamu sudah pernah mengatakannya..."
"Polamu sama, kamu sedang kacau saat ini, kamu hanya perlu memperbaikinya.."
"Tapi, bukan itu yg mau kuceritakan padamu.."
"Lalu? Bukankah aku selalu Tau apa yg ada dalam pikiranmu? Karena aku juga lahir dalam pikiranmu.."
"Tapi setidaknya kamu mendengarkan dulu apa yg mau kusampaikan!"
"Ya, kamu memang selalu begitu, memaksakan orang mendengar pemikiran pribadimu, untuk keuntungan pribadi dan kepentinganmu saja, coba lihat, banyak hal yg bisa kamu lakukan saat ini, banyak yg menginginkan apa yg kamu punya, apa yg kamu capai, bahkan, Nal, tidak semua orang bisa sepertimu, tapi kerjaanmu mengeluh terus, inilah, itulah!!"
"Ya, tapi nyatanya seperti itu!!"
"Seperti itu? Sebenarnya aku tahu alasannya!!"
"Ah, kamu sok tau!!"
"Ya, aku tahu kamu kacau!"
"Dan kamu tidak memberi solusi atas kekacauanku!!"
"Ya, karena aku ada dalam pikiranmu dan kamu pasti hanya mempertimbangkan solusiku!"
"Iya, aku hanya mempertimbangkan solusi darimu, kenapa? Karena kamu adalah tokoh cerita yg selalu sok romantis dalam alur ceritaku!"
"Itukan idemu sendiri!!"
"Iya ideku, dan, sebenarnya, selain harus membaca Wikipedia, aku ingin juga kami sesekali menonton TED talks atau TEDed mungkin agar kamu bisa kearah yg lebih ilmiah!"
"Dan kamu juga seharusnya harus banyak membaca dan menonton pengembangan diri dan sesekali mencoba cara untuk mendekati Gadis, jangan hanya kencan dalam imajinasi dan cerita!!"
"Ah, sebenarnya bukan itu tujuanku mengajakmu jumpa disini!"
"Lalu? Kamu mau mohon ijin lagi menggunakan namaku sebagai tokoh Cerpenmu? Bukankah kamu sudah punya nama cantik utk tokoh Cerpenmu? Nama dgn awalan huruf *?"
"Ya, ya, tapi bukan itu juga!!"
"Lalu apa?"
"Aku sedang jatuh cinta dan..?"
"Dan apalagi?"
"Dan patah hati!!!!"
"Itu sudah terjadi padamu dari bertahun-tahun lalu dan parahnya tetap kepada orang yg sama, hahahah!!"
"Ah, sudahlah, pertemuan kita Kali ini harus berakhir perdebatan, tidak ada senja, tidak Ada gerimis ataupun lampu-lampu temaram yg sok romantis, aku harus kembali, besok masih harus kerja, oya, ngomong-ngomong, kamu tambah cantik!"
"Sampaikan itu padanya kalau kalian jumpa!"
"Kusampaikan nanti kalau aku berani dan kalau dia mau diajak jumpa.."
"Sekacau itukah?"
"Ya, sekacau itu dan untuk lain waktu aku masih ingin bercerita.."
Lalu aku pulang, menghitung waktu di November yg terus berlalu.
- November 2018

Sabtu, 15 September 2018

Jalan Setapak yang lama Tak dilalui

Jalan Setapak yang lama Tak dilalui

Jadi, sekian lama aku disini, hampir setiap Sabtu sore aku rajin jalan kaki keliling2 hutan Konservasi ditengah kebun, cukup luas hampir sekitar 20 Ha, banyak pohon-pohon khas disana seperti Ulin, Meranti dan Kahoi dibeberapa kayu besar diberi nama latinnya. Selain itu, juga ada hewan-hewan seperti Beruk, monyet bahkan banyak juga satwa yang dilindungi.
Saya senang keliling disana saat sore Hari karena ada jalan setapak melintasi tengah Konservasi, ada juga Sungai kecil berair jernih dan genangan berbentuk kolam seluas 25m2 dan Saya sering duduk didekat itu, banyak iakan-ikan kecil berkeliaran dan dari jejak yang Ada disekitarnya aku tahu, banyak juga orang yg datang untuk memancing disana.
Berjalan lebih kedalam lagi menyusuri jalan setapak, akan jumpa tanjakan yg cukup terjal, lalu padang ilalang dan bukit Batu, dan diatas bukit batu itu sangat indah untuk memandang menikmati sore, nun jauh nampak jalanan aspal Menuju kotabangun dan perumahan kebun yg tertata rapi, juga gradasi matahari yg menurutku cocok untuk menulis sebait Dua bait puisi atau sepenggal cerpen, setiap kesana aku sering menghabiskan waktuku untuk menghabiskan sore sampai matahari benar-benar terbenam!
Jadi setelah berbulan-bulan dan sering pulang malam, aku tidak pernah lagi kesana.
Sore tadi, sehabis tidur siang, sekitar pukul empat, kupakai sepatu, menggunakan kaos Oblong dan celana pendek, aku berjalan menelusuri jalan kebun Menuju ke Hutan Konservasi itu, awalnya biasa saja, tapi ternyata air jernih yg mengalir itu ternyata kering, dan kolam dengan ikan-ikannya itu juga mengering, tersisa tanah berlumpur.
Lalu aku berjalan terus dan menyadari jalanan setapak yg biasa kulalui rumputnya sudah tinggi-tinggi bahkan aku lupa arah jalan Mana yg biasa kulalui, semak dimana-mana, ilalang juga semakin banyak, untung saja dari jauh masih terlihat bukit Batu yg biasa kukunjungi, jadi tanpa memperhatikan jalan yg biasa kulalui, kutembus saja semak-semak itu samapi kulit kaki dan tanganku gatal-gatal tergores ilalang, aku tidak peduli karena nekat bercampur takut juga, sebab disini katanya banyak juga ular, hahaha
Sampai bukit batu, aku baru ingat ternyata jalan Naik dari ujung sebelah dan banyak kayu-kayu yg tumbuh mengelilinginya, malas kearah itu, kuputuskan memanjat saja, toh tingginya hanya sekitar tiga meteran saja dan tidak terlalu terjal.
Tapi ternyata sial juga, kakiku tergelincir dan aku terjatuh, lututku lecet-lecet, kupaksakan juga sampai akhirnya aku sampai diatas bukit batu itu.
Sampai diatas, ternyata matahari sudah hampir terbenam seluruhnya, aku baru sadar ternyata hampir dua jam aku melewati jalanan yg biasanya kutempuh sekitar 45 menit saja!
Duduk sebentar untuk beristirahat, lalu aku memutuskan untuk langsung pulang saja, kalau sempat matahari benar-benar tenggelam, bisa-bisa aku tidak pulang karena jalan sudah tidak kelihatan dan jalan setapak juga sudah ditumbuhi semak belukar, belum lagi kakiku yg masih terasa sakit dan ngilu, ah, lappetlah memang.
Rencana manikmati sore saja, tapi yg kutemukan tidak lagi seperti yg kuinginkan.
Ah, memang benarlah ungkapan yg berkata bahwa jalan setapak yang lama tidak dilalui akan hilang.
Aku sadar bahwa ungkapan ini berlaku untuk beberapa kemungkinan, bahkan kawan Kita saja yg lama tidak menjalin komunikasi akan hilang begitu saja dan Kita akan susah payah untuk menjalin kembali sebuah keakraban.
Dan, ah,
Semoga saja seseorang disana tidak hilang dan melupakanku meskipun sudah lama kami tidak saling berkomunikasi dan saling menyapa!
Semoga saja 😂
-15 September 2018

Sabtu, 08 September 2018

Bengkel Sidikalang

Bengkel Sidikalang

Kampungku memang bukan asli Sidikalang, tapi jika dalam perkenalan dan jumpa kawan, jelas kami semua orang Kabupaten Dairi berkata, "Dari Sidikalang.."
Bukan rahasia umum itu, kalau angkutan special bagi kami adalah Sampr*, Datr*, P*S, B*N dan akhir ini ada yg baru, R*ja Napogos, meskipun ke kampung halamanku hanya Ada Sampr* (aku juga Ada cerita menarik ttg S*mpri) dan P*S.
Kawan, jika kita yg di Sumut dan beberapa tempat mengenal Sidikalang dengan alamnya yg Segar dan dingin, Taman Wisata Iman yg mencerminkan Toleransi beragama, Gadis-Gadis yg cantik*), dan lainnya. Tetapi tetap yg istimewa adalah Kopinya, kopi yg aromannya bisa sampai kemana-mana, kopi yg kalau dinikmati dipagi hari akan memberikan energi isrimewa dan kalau dinikmati disore Hari sambil menikmati matahari terbenam memunculkan banyak inspirasi 😎
Ya, tapi diatas semua itu, ada satu hal yg baru kutemui dan sadar, ternyata ada satu hal yg membuat Sidikalang itu istimewa kawan,
Bengkel Sidikalang yg ternyata terkenal jauh keseluruh Nusantara 😂
Seberapa istimewanyakah?
Tidak ada di Google, tidak ada dibuku, tidak ada bukti autentik yg mencatatkan betapa istimewanya Bengkel Sidikalang itu.
Tapi aku yakin, kawan-kawan yg mengenalkan diri sebagai orang Sidikalang hatinya berbekas dengan yg namanya Bengkel Sidikalang.
Jadi begini ceritanya,
Ada Orang perantau di Sidikalang dan menetap di Sidikalang, dan suatu hari Motornya rusak, lalu dia membawa Motornya itu ke sebuah Bengkel bernama "Bengkel Sidikalang" melayani ketok Magic, Las, Bengkel, Ganti Oli dll.
Tukang Bengkel ini memeriksa Motor tsb dan menyatakan bahwa Mesinnya harus dibongkar dan biayanya sekian, mereka sepakat.
Setelah dibongkar dan diperbaiki, lalu dipaeang kembali, Situkang Bengkel dan pemilik Motor heran, ada satu baut dan satu mur yg tersisa, tapi rasanya semua sudah dipasang tadi, tapi Tak mau ambil pusing, mereka menyalakan motor dan beroperasi normal. Biaya Bengkel dibayar, lalu pemilik motor pulang.
Selang beberapa minggu kemudian, ternyata motor itu rusak lagi, dan pemilik motor kembali membawa kebengkel yg sama, Motor kembali dibongkar Mesinnya dan diperbaiki, ketika memasang ulang, kembali ada baut yg tersisa, entah dari mana, rasanya semua baut sudah terpasang, Motor dihidupkan dan beroperasi normal.
Lalu beberapa minggu kemudian, Motor rusak lagi, merasa sudah berlangganan di Bengkel Sidikalang, pemilik motor kembali membawanya kesana, diperbaiki dan ketika dipasang berfungsi sebagai Mana mestinya, tetapi lagi tersisa baut yg entah dari mana 😁
Lalu Motornya lama tidak rusak, ketika rusak lagi dia mengunjungi Bengkel Sidikalang tsb dan ternyata sedang tutup, dia lalu membawa Motornya kebengkel yg cukup jauh dari situ, saat dicek, tukang Bengkel menyatakan akan membuka mesin dan pemilik motor setuju, tapi langsung heran karena tukang Bengkel membongkar dgn cepat.
"Kok bisa?"
"Iya Pak, bautnya cuma sisa Dua, diatas dan dibawah 😂.."
"Shitlah!!!"
Ternyata selama ini, bautnya bukan lebih tiap kali bongkar!!
Lalu entah siapa yg menyebarkan berita itu, sampai-sampai tiap tempat selalu berkata, "Jangan seperti Bengkel Sidikalang ya.."
Atau pertanyaan yg sering diajukan kepadaku,
"Betulkah Bengkel Sidikalang seperti itu?"
Entahlah, akupun kurang Tau, tetapi itulah istimewanya kampung halamanku itu 😂
Bengkel Sidikalang yang terkenal dimana-mana diseluruh Indonesia!!
Note : Hanya catatan hiburan, jika ada cerita versi lain silahkan diceritakan.

Minggu, 15 Juli 2018

WTF

Jadi, malam Minggu itu, sehabis pembantaian Inggris oleh Belgium untuk perebutan posisi ketiga Piala Dunia, seorang senior yg Estatenya baru kena audit menelponku,
"Lagi dimana Nal?"
"Dirumah Pak.."
"Siapa aja disitu?"
"Banyak Pak, kenapakah?"
"Ya udah, datang aku kesitu ya, nginap disitu aku.."
"Iya Pak, Bapak dimana ini?"
"Dijalan.."

Selang sejam, dia datang, membawa beberapa botol minuman dan langsung menawari kami semua, awalnya aku enggan untuk minum bersama karena sudah seminggu demam dan batuk yg rasa sakitnya minta ampun, ditambah lagi besok paginya aku janji untuk ikut lari pagi keliling lapangan tenis, tapi karena terus diajak, kuteguk juga beberapa gelas sampai kepalaku mulai pusing dan mataku berkunang-kunang juga batukku, uhuk-uhuk terus tanpa henti, kulihat mereka mengoceh terus menerus mengomongi hal-hal tak penting.
Karena peningnya, aku terlelap dilantai, merekapun terlelap juga dikursinya masing2, hingga paginya, sekitar jam setengah tujuh, teleponku berbunyi, kepalaku masih pening rasanya dan mataku masih Berat saja, Telepon berhenti berbunyi dan kupaksakan untuk mengeceknya, ternyata Ibu yg biasa masak dirumah, kutelpon ulang untuk menanyakan Ada apa?
Dia mohon izin utk tidak masuk Hari itu, Ada keluarga yg sakit, jadi dia mau menjenguk katanya. "Ya, sudah bu, Tak apa-apa, kami makan diluar aja.."
Aku ingat, aku juga harus lari pagi Hari ini, tetapi kepalaku masih pening, aku berjalan kedapur menemukan botol minuman kemarin yg belum terbuka, kubuka dan kuteguk hampir segelas, katanya itu bisa mengurangi rasa pening dikepala.
Lalu kuminum air Putih dan mengganti pakaian, berlari Menuju lapangan tennis, saat kutinggalkan teman-teman yg lain masih terlelap semua.
Baru satu keliling lapangan batukku menjadi-jadi, kepalaku berkunang-kunang, dan aku muntah-muntah.
"Kau minum?"
"Sedikit saja tadi malam.." kataku dengan muka pucat.
"Tadi malam? Ini seperti baru saja minum? Ya sudahlah, ayolah kuantar pulang, lain kali aja.."
Sampai dirumah dia menemukan kawan-kawan yg lain masih bergelimpangan tertidur.
Aku Mandi, lalu tidur.
Saat terbangun, tidak ada lagi seorangpun temanku dirumah, kutelpon mereka, di Tenggarong cari makan katanya.
Perutku sudah keroncongan dan yg hanyalah buah Jeruk yg dibelikan utkku karena sakit, kusantap jugalah buah itu sampai habis.
Lalu tidur lagi, hingga sekitar pukul tujuh malam mereka pulang dan membawa saksang (yg entah dari mana dapatnya) aku santap jugalah makanan khas itu.
Malamnya, giliran perutku yg perihnya minta ampun, hampir non-stop ke kamar mandi.
Dan mereka malah tertawa melihat itu.
Dalam hati aku mengoceh, "lappet lah kalian.."
Kepalaku masih pening sampai tadi pagi, perut dan demam ternyata sudah bisa berkurang karena meneguk Obat yg mereka sodorkan tadi malam.
Dan hasilnya, aku tepar Hari ini.
Lappetlah memang!!

Minggu, 01 Juli 2018

Membebaskan Pemikiran Kita

Membebaskan Pemikiran Kita

Sebuah catatan bebas, mengantarkanku pada sebuah pemahaman bahwa Kita adalah benar-benar manusia yg bebas dalam pemikiran kita, tidak terkekang dan tidak Ada yg mengikat.
Bebas melakukan pilihan dan menikmati apa yg didepan.
Sebuah perjalanan yg mengantarkan Kita ketujuan dan catatan-catatan yg akan menceritakan sebuah petualangan.
Pernah suatu saat aku berpikir tentang sebuah kemungkinan, terbebas dari yg namanya waktu, tapi ternyata itu semua hanyalah imajinasiku.
Dan pilihan itu ternyata tergantung dari bagaimana kita mengatur waktu, berpikir untuk memahami sesuatu, bekerja untuk mendapatkan sesuatu dan pergi atau kembali untuk menemui sesuatu.
Dan aku ingin membebaskan diriku dari segala sesuatu itu, membebaskan diri untuk menulis cerita dengan versiku sendiri, mendeklamasikan puisi tulisanku sendiri, mendengar musik yg kusukai, membaca novel, menonton film, menghabiskan waktu mengunjungi tempat-tempat yg kusenangi dan bekerja.
Aku yakin semuanya adalah keindahan yg sempurna.
Aku juga ingin bebas menikmati semua, memikirkan seseorang dan menulisinya Surat tentang apa yg kupikirkan, menelepon teman dan bercerita berbagai pengalaman, mengajak rekan untuk merencakan sesuatu dimasadepan.
Tidak Ada yg lebih indah dan menyenangkan dibandingkan pemikiran yg bebas tanpa ikatan, tidak Ada yg lebih menyenangkan dibandingkan sebuah perjalanan untuk diceritakan dan semuanya akan jadi cerita dimasa depan.
Tetapi kadang semua itu sempurna, jika suatu senja yg sederhana, Kita membebaskan diri Kita dari segala sesuatu yg Kita Punya, untuk bersama mengawali sebuah cerita Sederhana  dimasadepan yg akan Kita Punya.

Membebaskan Pemikiran Kita

Membebaskan Pemikiran Kita

Sebuah catatan bebas, mengantarkanku pada sebuah pemahaman bahwa Kita adalah benar-benar manusia yg bebas dalam pemikiran kita, tidak terkekang dan tidak Ada yg mengikat.
Bebas melakukan pilihan dan menikmati apa yg didepan.
Sebuah perjalanan yg mengantarkan Kita ketujuan dan catatan-catatan yg akan menceritakan sebuah petualangan.
Pernah suatu saat aku berpikir tentang sebuah kemungkinan, terbebas dari yg namanya waktu, tapi ternyata itu semua hanyalah imajinasiku.
Dan pilihan itu ternyata tergantung dari bagaimana kita mengatur waktu, berpikir untuk memahami sesuatu, bekerja untuk mendapatkan sesuatu dan pergi atau kembali untuk menemui sesuatu.
Dan aku ingin membebaskan diriku dari segala sesuatu itu, membebaskan diri untuk menulis cerita dengan versiku sendiri, mendeklamasikan puisi tulisanku sendiri, mendengar musik yg kusukai, membaca novel, menonton film, menghabiskan waktu mengunjungi tempat-tempat yg kusenangi dan bekerja.
Aku yakin semuanya adalah keindahan yg sempurna.
Aku juga ingin bebas menikmati semua, memikirkan seseorang dan menulisinya Surat tentang apa yg kupikirkan, menelepon teman dan bercerita berbagai pengalaman, mengajak rekan untuk merencakan sesuatu dimasadepan.
Tidak Ada yg lebih indah dan menyenangkan dibandingkan pemikiran yg bebas tanpa ikatan, tidak Ada yg lebih menyenangkan dibandingkan sebuah perjalanan untuk diceritakan dan semuanya akan jadi cerita dimasa depan.
Tetapi kadang semua itu sempurna, jika suatu senja yg sederhana, Kita membebaskan diri Kita dari segala sesuatu yg Kita Punya, untuk bersama mengawali sebuah cerita Sederhana  dimasadepan yg akan Kita Punya.

Senin, 11 Juni 2018

Jalan-Jalan yg Kita Punya

Jalan-Jalan yg Kita Punya

Suatu waktu, aku ingin sekali mencatatkan tentang catatan perjalanan, untuk mengenal Alam dan penciptanya, diwaktu lain aku ingin menelusuri halaman demi halaman buku, untuk memahami bahwa ternyata ada catatan-catatan sejarah yg tersembunyi.
Berjalan menyusuri dan detail menekuni, akan membawa Kita pada satu pemahaman bahwa Kita tidak sendiri, bahwa Dunia ini luas dan banyak cerita yg tidak kita tahu.
Jika hanya sebatas pandang, angan kita hanya bisa melayang dan memandang layar-layar kaca yg kadang hanyalah menyuguhkan keindahan yg gersang.
Suatu waktu, saya paham bahwa ternyata Jalan-Jalan yg Kita Punya terlalu sering tidak dilalui Dan ditumbuhi ilalang, dilain waktu saya heran, buku yg saya simpan dan tidak pernah dibaca ternyata menjadi lembab dan termakan rayap.
Terlalu banyak jalan yg masih harus ditempuh, terlalu sedikit waktu yg Kita miliki.

Rabu, 06 Juni 2018

On Progress

On Progress

"Jika Ada satu hal yg unik dalam Akuntansi Perkebunan, maka itu adalah tentang Capitalisasi biaya dan pengajuan Asset Mature, yaitu semua biaya yg dikeluarkan sampai tanaman itu menghasilkan akan dikapitalisasi sampai dibuat mature plantation report.." Kata Bapak itu menjelaskannya, mengajar kami yg hanya 4 orang.
"Jadi kalau pekerjaannya di Immature harus dibedakan akun dan cost center, ketika nantinya sudah dibuat mpr, maka semua biaya tsb ditarik utk ditotal dari setiap cost center, jadi itulah yg akan diakui sebagai Asset! Bagaimana? Paham?" Katanya lagi.
Aku hanya mengangguk-angguk takzim dan ngantuk.
"Lalu bagaimana dengan bangunan dan biaya yg masih on progress saat tutup buku atau akhir tahun?" Katanya lagi seakan bertanya kepada dirinya sendiri karena sadar tidak ada satupun diantara kami yg memperhatikan.
"Lihat, misalnya kontraktor ABC sesuai kesepakatan kontrak membuat timbun tanah dan jalan di Immature dan hingga akhir tahun hanya selesai 75% kalian tahu kenapa?"
"Kontaktornya malas Pak.." jawab temanku dengan asal.
"Ya, bisa jadi, tapi jgn langsung menyatakan itu, Kita harus menelusurinya apa alasannya, bisa jadi kesalahannya ada pada pihak kita.."
"Oke Pak!"
"Oke kita lanjut, contoh lain, jika CV CBA membangun sebuah Jembatan beton di Mature dan progress nya hingga akhir tahun juga hanya 75%, dan dalam kedua Kasus tersebut kedua kontraktor harus harus dibayar sesuai dengan progress kerjanya.."
Ponselnya berbunyi, dia keluar sejenak dan mengangkat telepon, aku menggerakkan baranku kekiri dan kekanan untuk mengurangi rasa ngantuk yg berlebihan.
Dia kembali lalu mengemas tas dan berkata,
"Oke, sampai dimana tadi?"
"Pembayaran kontraktor Pak!"
"Oh ya, bagaimana pengakuan dan pencatatannya itu, bagaimana pelaporannya diakhir Tahun pada GL dan Neraca?"
Dia tersenyum, lalu berkata, "Oke lain waktu kita teruskan ya, saya panggilan, tetap semangat ya!" Sambil melambai kepada kami.
Kami saling berpandangan satu dengan yg lainnya, seperti kebingungan, sampai seorang teman berkata,
"Pengajar hanya menyelesaikan materinya 75% dan meninggalkan kalimat tanya, kenapa itu bisa terjadi?"
"Yang diajarinya malas Pak.." jawabku asal dgn logat yg dicocok-cocokkan.
"Oke, bagaimana pelaporannya jika mereka malas?"
"Entahlah, akupun tidak tahu, mungkin bisa jadi pelaporannya on progress, karena pengetahuan Kita itu masih tanggung-tanggung.."
"Lalu apakah cost untuk memperoleh pengetahuan Kita itu nantinya dikapitalisasi sebagai Asset atau langsung diakui sebagai biaya?"
"Hahaha, Assetlah!!"
"Iyalah, itu asset yg berharga, makanya latih terus pengetahuanmu itu, jgn main hape terus kerjaanmu!!"
"Iya, ya, kalau pertanyaan Bapak itu tadi?"
"Sttt, nantilah Kita cari dibuku Akuntansi, karena pernah kubaca ada yg namanya akun prepaid untuk menampung semua cost yg nantinya akan Kita akui sebagai biaya dan akun CIP ( Construction in Progress) untuk menampung biaya yg nantinya Kita akui sebagai Asset.."
"Keren, pengetahuanmu asset berharga juga bro!!"
"Apanya berharga?!"katanya malu-malu.
"Jadi kemana Kita ini?"
"Ngopilah dulu sambil ngerokok nunggu sore!"
"Cocok itu, tapi jgn diskusi tentang Akuntansi lagi ya, pening kepalaku.."
"Iya, kepalamu memang bukan asset, tapi cost center 😂"
"Hahaha, lappetlah kau!"

Pariban - Sebuah Catatan

Pariban - Sebuah Catatan

Seorang teman meminta opini kepadaku tentang pariban, kusuruh dia mencari di Internet tentang apa dan bagaimana tentang pariban itu, banyak yg bisa kamu dapatkan tentang pariban, jauh lebih dari yg sekedar kamu bayangkan!
Pariban, dalam berbagai Kasus dalam kehidupan Batak (sejauh yang saya ketahui, bukan hasil riset) adalah sebuah topik yg sangat banyak dibahas, baik dari segi cerita dalam bentuk cerpen, novel, hingga film, ulasan-ulasan Dan artikel ringan hingga topik ilmiah. Pariban, dari berbagai sudut pandang, selalu menjadi percakapan dan bahan saat berjumpa teman dan Keluarga. Pariban juga, selalu menjadi opsi pertama, dan tentu, Opsi terakhir untuk menjadi teman hidup.
Pariban juga, sering menjadi orang yg malu-malu bahkan malu-maluin saat bertemu, terlebih dengan kawan-kawan 😅
Pariban, sebuah topik yg kadang dijadikan tokoh antagonist dalam sebuah Novel, karena menjadi penghalang hubungan seorang lelaki Batak dengan Gadis yg disukainya, pariban juga adalah orang yg hampir tidak ada catatan romantis tentang dia 😎
Dalam Batak, semua pasti punya pariban, karena kalau dicocok-cocokkan, dalam partuturan, akan jumpa asal-usul, akhirnya Kita akan menemukan pariban Kita, marga dan boru apa saja.
Tentang hubungan dengan pariban?
Aku tidak punya catatan banyak, tidak Ada pengalaman mendetailku dengan pariban, tetapi setidaknya, aku pernah membaca bahkan membuat sebuah cerita tentang pariban.
Tentang pertanyaan temanku mengenai pariban, aku hanya memberi opini, semua hubungan tergantung kepada gantungannya 😀
Entah itu pariban, entah tidak (selagi tidak tarito) adalah sebuah hubungan yg perlu dibina, tidak terlalu banyak unsur pariban atau tidak yg akan mempengaruhinya.
Tetapi jika menikah sama pariban, tondong tidak bertambah banyak, tetap itu-itu saja, hehehe
Lalu, jika ada Satu hal yg sering membuat saya bertanya-tanya tentang pariban adalah,
"Apa kabar pariban?"

Note : Hanya catatan iseng, bukan untuk jadi perbandingan dan acuan.
06062018

Jarak

Jarak

Suatu sore yang sederhana kita berdiri memandang garis pantai yang memisahkan lautan dan daratan, mencari arti dan menghitung dimensi dalam pemikiran kita masing-masing. Lalu, kita akan berjalan, berkeliling, menghabiskan waktu hingga sore benar-benar menjadi senja dengan gradasi sempurna dan burung-burung yang berebut pulang kesangkarnya, lalu berganti lagi nun jauh, di langit, rasi bintang membentang.
Sejenak, kita mulai paham, bahwa bagaimana pun itu, semuanya itu adalah dimulai ketika waktu adalah nol, dan ruang ada sebagai tempat semuanya bermula.
Sama seperti awal berjumpa, di kelas Fisika saat sekolah menengah dulu, aku mengagumimu Dan kau mengagumi semesta, dan rasa itu, selamanya mungkin sama, mengikuti hukum kekekalan energi yang pernah kita persoalkan sebelumnya.
Juga, seandainya, dulu saat SMA Kita tidak bersama, di kelas Matematika, tentang logika, mungkin kesimpulannya adalah, Kita tidak mungkin akan saling jatuh cinta.
Ya, karena aku mencintaimu, dengan cara yang berbeda dan bahasa yang tidak terdefenisi dengan kata-kata. Semua itu bisa Kita hitung dengan angka, aku paham dan mungkin kamu juga mengetahuinya, bahwa Kita seringkali dicocok-cocokkan sebagai pasangan sempurna kata dan angka, sebuah filosopi sempurna untuk sebuah pasangan yang tidak pernah ada imbangnya. Dan sejak itu jugalah, mungkin, aku benar-benar menyukaimu dan tertarik Gaya gravitasimu, menulisimu surat-surat sentimental, menghitung dan mengumpulkan peluang untuk bisa mendapatkanmu bahkan mencoba menciptakan sebuah pola untuk membuatmu jatuh cinta.
Aku tahu, cara terbaik agar usaha tidak sia-sia, Hukum Newton membuktikannya, hingga diakhir semester kita bisa bersama, menikmati sore yang sederhana di sebuah pantai berbingkai semesta.
Meskipun ternyata aku sadar semuanya tidak hanya sampai disana saja, karena waktu adalah sebuah garis lurus yang tetap melaju semuanya bisa terjadi dalam dimensi waktu, aku ingat suatu hari kamu berkata kepadaku, bahwa tidak seharusnya bersama.
"Untuk alasan apa?" Tanyaku, lalu kamu tersenyum sambil berkata,
"Jarak.."
"Jarak? Bukankah bisa memilih untuk dimana kita berada?"
"Bisa.."
"Kita bisa memilih untuk kuliah Kota yang sama, kampus yang yang sama, sehingga kita bisa melewati apapun bersama.."
"Ya, bisa.."
"Lalu?"
"Tapi kita tidak punya kepercayaan yang sama!"
Aku tercengang, terdiam dan tidak bisa berkata apa-apa.
Dari sekian banyak konsep dalam perhitungan dan persamaan yang kutahu, aku belum menemukan itu, kepercayaan adalah jarak yang paling jauh dan memisahkan banyak hal tanpa dimensi, kepercayaan telah membuat perbedaan dan mengingkari logika.
Jika, saat itu adalah asal mula waktu, mungkin satu defenisi yang harusnya pahami, bahwa pada mulanya waktu adalah nol dan semua bermula ketika angka merangkak memulai perhitungan.
Lalu perlahan-lahan muncul dari persamaan-persamaan molekul-molekul atom, seandainya teori evolusi adalah landasan dari rasa cinta dan kata bisa menyederkanakannya, mungkin, malam itu, malam yang sederhana, kita tidak akan terpisah oleh jarak yang tanpa dimensi.
Dan seandainya juga malam itu, tidak terjadi perdebatan diantara Kita tentang awal dari alam semesta dan siapa penciptanya, seandainya juga   Kita tidak membaca tentang teori evolusi, tidak membaca sejarah, mungkin Kita tidak akan pernah sampai kesana.
Atau seandainya kita tidak pernah ada, eksistensi kita tidak nyata, Kita hanyalah cerita dalam ide pengarangnya, mungkin dia bisa mempertemukan Kita diakhir ceritanya.
Tapi diantara semuanya itu, yang paling mungkin adalah, seandainya ruang dan waktu bisa diundur, mungkin akan tahu kapan semua bermula dan jarak itu mungkin tidak pernah ada.
Tetapi semuanya konsep itu sirna, saat kita terpisah untuk menuntun langkah masih-masing,  dan aku paham jika suatu Hari nanti jarak itu semakin lebar saat kamu telah memutuskan menutup peluangku untuk bersamamu.
Hingga suatu hari yang sempurna, aku mendapat undanganmu, dan aku paham, bahwa jarak itu benar-benar ada, dan aku juga ingin kamu memahaminya dengan membaca berita tentangku Hari ini di Koran Kota, ya, kini aku ingin eksistensi hanyalah Ada dalam sebuah cerita, cerita yang suatu hari akan kamu sampaikan kepada anak-anakmu yang jatuh cinta kepada Alam semesta, aku juga ingin menyampaikan kepadamu, jaga mereka, akan tidak pernah terperangkap dalam jarak seperti dalam cerita kita. 
Salam dari semesta, jarak terjauh dalam defenisi yang pernah kita punya.

Minggu, 27 Mei 2018

Menulis, Hari ini dan Besok

Jika ada yg membuatku terkagum-kagum kepada seseorang seringkali adalah karena pola pikir dan kecerdasannya, lalu bisa menuangkan semua itu kedalam tulisan ataupun lukisan atau media lain, baik itu musik, puisi, juga dalam bentuk olah fisik dan lainnya.
Diantara semua itu, yg sering kucoba menekuni adalah, menulis. Kadang aku menganggap menulis itu gampang, tetapi ternyata bisa dalam semalam suntuk aku gagal menulis satu paragrap yg bermakna, bahkan pernah dalam seminggu aku gagal menulis satu tulisan dan berlanjut lama, membuatku tidak menulis apa-apa. Lalu aku mencoba untuk membaca sebanyak-banyaknya, dan, benarlah memang kutipan yg berkata, untuk menulis satu artikel, kamu harus membaca paling sedikit seratus artikel.
Lalu, aku pernah buat ide untuk menulis Novel dengan masa SMA dengan latar dikampung halaman, namun ide itu Kansas dan hanya mencapai sekitar sepuluh halaman, sekarang aku lupa menyimpan filenya dimana, sehingga akupun tidak ingat bagaimana alur ceritanya ingin kubuat. Terbaiklah catatan-catatan pendek yg kadang berbentuk cerpen, kadang berbentuk Surat atau bahkan kadang hanyalah kalimat-kalimat berima.
Juga sering aku menulis catatan-catatan untuk berbagi mengenai masa lucu ketika masih dikampung halaman.
Hari ini, aku beribadah di Gereja HKBP, saat Khotbah, diam-diam aku mengamati sekeliling, rasanya aku menemukan suatu Hal yg menarik, ya, aku ingin membuat riset kecil-kecilan untuk orang Batak perantauan, membaca catatan-catatan tentang mereka dan belajar adat istiadat yg berkembang mulai dari anak-anak Dan dewasa, aku ingin menjelaskannya dengan fiksi sederhana agar bisa dipahami dengan mudah oleh siapa saja.
Keinginanku muncul begitu saja sama seperti keinginanku dulu saat ingin menulis Novel gagal bertema Masa SMA itu.
Tetapi setidaknya aku masih punya keinginan dan aku yakin karena masih punya keinginan dan niatlah sehingga aku masih bisa melakukannya.
Aku masih bisa mengawali kembali untuk menulis hari ini dengan sebebas-bebasnya, dan aku masih bisa belajar sebanyak-banyaknya, membaca, menulis dan melakukan apapun yg kusukai untuk suatu hari nantinya jadi cerita.

Sabtu, 19 Mei 2018

Percakapan Sore di Telepon

Percakapan Sore di Telepon

"Nal.."
"Ya, kenapakah?"
"Lagi sibuk kau?"
"Gak juga sih, kenapa?"
"Mau curhat aku.."
"Hahaha, bukannya aku yg sesekali nelpon kau utk curhat?"
"Ya, sesekali biar balance Nal.."
"Oke, oke. Terus?"
"Taunya kau kan?"
"Tau apakah itu? Kalau udah Tau sebenarnya gak usah kau ceritakan juga sih.."
"Ah, kau memang. Udah pastinya Tau kau ceritanya itu!"
"Cerita apasih?"
"Berarti kau gak Tau ya Nal?"
"Apasih?"
"Berarti belum Tau kau ya?"
"Ah, Tak jelas juga kau, Tau gak Tau, Tau Tau, gak Tau!!"
"Hahaha, marah kau Nal?"
"Iyalah, ntah apapun kau!!"
"Itu lho, kayaknya yg mendekatiku aku kemarin itu seperti kau juga Nal.."
"Maksutmu? Cuma ada Satu versiku di Dunia ini ah 😋.. janganlah dirimu sama-samakan.."
"Iya serius aku.."
"Akupun serius, dua riuspun.."
"Iyalah.."
"Jadi gimana?"
"Ya begitulah.."
"Begitulah gimana? Lama-lama gak jelas juga ceritamu ini.."
"Gimana kau, gitu jugalah dia.."
"Maksudmu?"
"Gak jelas!!"
"Ah, dia yg gak jelas, Masa kau bilang aku gak jelas?"
"Iya, memang gak jelas.."
"Mungkin berdebu makanya gak jelas 😂.."
"Kan, asal ngomong Pasti ngawur.."
"Hahaha, jadi ngomong mesti serius ya?"
"Iyalah, memang bisa bercanda, tapi saat serius ya harus seriuslah!!"
"Ya, ya, seriuspun aku, kenapa rupanya?"
"Masa udah lama gak ada kabarnya Nal?"
"Kau tanyalah apa kabarnya, memang kabar bisa datang sendiri? Kecuali kalau dia media Massa, tanpa kau tanyapun Pasti dia ngasih kabar.."
"Tapi setidaknyakan.."
"Setidaknya apa?"
"Setidaknya Kasih kabar..!"
"Oh, jadi itu aja?"
"Gak juga sih banyak yg lain.."
"Ya sudah, nanti kukasih kabar.."
"Hahaha, kok kau?"
"Iyalah, setidaknya Ada yg mengabarimu, hehehe.."
"Terserahlah kaulah Nal, memang kau lagi ngapai?"
"Cie, nanya aku lagi ngapai dia.."
"Ya sudahlah, gak usah kutanya!!"
"Hahaha, lagi baca Novel Dilan 😎.."
"Hahaha, Masa laki-laki baca Novel gitu?"
"Iyalah, biar beda sama laki-laki yg kau ceritakan tadi, hahaha"
"Iyalah Nal, kau lanjutlah, asallah ending nya nanti gak seperti novel yg kau baca!"
"Okelah!"
"Oh, Nal, kabar si........... Gimana?"
"Tau ah,  gelap, aku mau lanjut membaca dulu, hahahah"
"Hahaha, dasar, titip Sal.."
Tutt, aku mematikan ponselku.
Selang, WAnya masuk.
"Memang Tak jelas kau Nal.."
Hehehe...

Jumat, 18 Mei 2018

Semangat yang Hilang

Semangat yang (Sempat) Hilang

Beredar ucapan duka dan opini-opini tentang yg sedang terjadi belakangan ini, banyak hal yg membuatku sangat kecewa, sesaat setelah kejadian itu, beberapa teman Sosmed yg biasanya postingannya selalu menarik utk membaca beralih menjadi postingan yg memilukan dan tentu menyudutkan satu pihak, dipihak lain beredar juga postingan dan screenshot tentang yg tidak perlu panjang lebar untuk dijelaskan, ditambah tagar pernyataan.
Sejenak, saya berpikir, kok bisa begitu?
Saya hilang semangat membayangkan kejadian yg ternyata benar-benar bisa terjadi di Negeri ini. Entah mengapa, dari jaman dahulu, saya selalu berpikir keberagaman itu indah dan menyenangkan, misalnya di kampungku, yg nun jauh disana, dipedalaman Sumatera Utara, keberagaman itu indah, toleransi berjalan dan rasanya tidak ada konflik, tidak ada kebencian apalagi antar RAS, kami saling menghormati dan menghargai.
Jika Hari Natal dan Tahun baru, Juga saat Lebaran, saling bersilaturahmi antar umat beragama, tidak ada masalah yg timbul dan semua rasanya indah.
Begitu juga saat aku mulai sekolah, menurutku semuanya biasa saja dan berjalan baik-baik saja, rasanya toleransi dan saling menghormati adalah ilmu yg telah tertanam dalam hati dan pelajaran yg saya dapat sepanjang perjalanan hidup saya.
Saya tidak pernah dapat didikan until tidak menghormati agama atau Ras lain, atau setidaknya, saya tidak suka membandingkan kelebihan dan kekurangan antara Agama dan Etnis yg satu dengan yg lain, mungkin itu jugalah yg membuat saya tidak punya alasan untuk membenci atau memandang buruk yg lainnya. Kalau soal pemahaman dan pendalaman pribadi saya tentang Agama, mungkin tidak perlu diceritakan, bagi saya itu adalah privacy.
Semangat saya juga sebenarnya hilang ketika melihat kenyataan bahwa ternyata kejadian itu berkelanjutan dan bukan hanya terjadi disuatu tempat saja dan banyak juga informasi dan pendapat yg simpang siur yg di share di Media sosial, dan yg paling membuat semangat saya hilang adalah ternyata korban kejadian itu adalah anak-anak yg belum tentu paham apa sebenarnya yg mereka alami.
Saya bisa membanyangkan betapa pilu dan lukanya semua itu, rasanya semua tidak terdefenisi dengan kata-kata.
Tapi, sudahlah, semua sudah terjadi.
Kita hanya bisa memperbaiki yg telah terjadi dan mencegah kejadian itu tidak terulang lagi.
Mari berhenti membenci dan saling tuduh, mari berhenti menebar kebencian dan berita tidak benar, berpikir jernih dan maju.
Kita tidak ingin toleransi yg telah kita bangun selama ini hanya menjadi kenangan, Kita tidak ingin yg dimiliki anak cucu Kita nantinya hanya peperangan.
Biarlah yg mereka rasakan adalah kedamaian dan sejarah yg penuh kerukunan.

Note : Ini bukan status untuk Pilkada.

Rinaldi Sinaga

Senin, 30 April 2018

Eksistensi

Eksistensi

Akhir-akhir ini, eksistensi sepertinya sangat dituntut. Terlebih eksistensi dunia kerja bagi yang sudah bekerja dan tentu eksistensi di Dunia Maya bagi Kita semua penggunanya.
Cara berfikir untuk membandingkan yang Kita miliki juga sepertinya sudah semakin abstrak dan tidak ada acuan yang jelas antara satu hal dengan hal yang lain, meskipun kadang menurut saya, membandingkan eksistensi itu adalah hal  yang susah.
Saya sering scrolling layar ponsel saat pagi hari atau jam-jam istirahat membuka sosial media. Kadang timbul rasa iri juga melihat postingan teman-teman disosmed tentang tempat kerjanya, tempat yang dikunjunginya, pacarnya yang cantik dan mereka yang selalu mengumbar kemesraan.
Sejenak saya berpikir, memang kadang benar, Kita eksistensi akan keadaan Kita bisa diwujudkan dengan cara yang demikian itu. Kadang memang perlu menunjukkan bahwa ada, Kita bisa Dan Kita punya sesuatu yang bisa ditunjukkan. Kita Ada karena Kita punya sesuatu untuk dipamerkan*)
Tapi dilain Hal, benarkah sekeliling Kita membutuhkan eksistensi itu?
Saya tidak pernah melakukan riset, tetapi dari beberapa teman yang mengobrol dengan saya menjadikan postingan di Dunia Maya menjadi topik yang hangat dalam setiap percakapan.
"Nal, si A dapat kerja di PT A.. si B sudah resign dan pindah C.. "
"Darimana kamu tau?"
"Instastorynya, diakan ngupload Poto  dari Status WA-nya..."
Hal yang sangat sering Kita dengar akhir akhir ini.
Jadi?
Eksistensi seseorang dapat dengan mudah Kita ketahui, cukup hanya membaca status dan storynya di Sosmed, semua jelas.
Lalu, apakah mereka yang tidak membuat postingan atau mereka yang hampir tidak pernah aktif disosmed tidak punya eksistensi?
Belum tentu..
Maknailah dulu apa sebenarnya makna eksistensi, karena eksistensi bukanlah hanya sekedar eksis!
Berpikir dulu, karena "Aku berpikir maka aku Ada"..
Itulah eksistensi awal yang harus Kita ketahui.
Tentang keinginan untuk eksis dan diakui orang, aku sangat sering berusaha untuk hal tersebut, tapi lama-lama aku juga berpikir bahwa aku bukan untuk membandingkan diriku dengan orang lain. Aku menulis ini bukanlah untuk menunjukkan eksistensiku, hanya karena aku sudah lama tidak menulis dan senang jika anda menyempatkan diri untuk membacanya.
Karena aku Tau bahwa sesudah membacanya, setidaknya ada pemikiran yang terlintas dibenak anda dan mulai merenungkan apa itu sebenarnya eksistensi..
30042018

Minggu, 22 April 2018

Time will show you how much ...

Diantara sekian defenisi yg kusukai saat membaca sebuah buku adalah tentang waktu dan kesempatan.
Aku menyukai mereka yg menjabarkan waktu dengan detail, mereka yg medefinisikan waktu dan tentu mereka yg membuat waktu itu berarti.
Penggambaran tentang waktu memang tidak sederhana, banyak pertanyaan apa dan mengapa disana, meskipun kdng dimensinya adalah Satu, tapi waktu adlah sesuatu yang Pasti dan tetap, tidak pernah bisa dimanipulasi.

Kamis, 19 April 2018

Tentang Gadis Fiksi

Tentang Gadis Fiksi itu

Aku menemukan dia, di halaman pertama Novel kesukaanku, seorang Gadis Manis yang cerdas, senang membaca dan saat tersenyum sebuah lesung pipi terbentuk diwajahnya.
Dari sekian Gadis yang kukenal, dia adalah orang dengan tatapan penuh semangat, berambisi meskipun kadng melankolis dengan teori-teori dari buku yang dibacanya. Kami bisa saja berdebat dengan hebat tentang apa saja, bahkan tentang latar cerpenku di Heaton Park,  Wakayama atau Kota M yg sangat abstrak. Juga jalan ceritaku yg katanya sentimental dan lebay, meskipun kadang sedikit romantis.
Kadang aku merasa bahwa benar, dia Ada dalam fiksi dan argumennya adalah imajinasiku.
Seperti misalnya disuatu sore, disuatu taman pinggiran Sungai M, aku akan menemui seorang Gadis, datang tepat waktu dan mengamati sekeliling, perlahan senja mulai turun nun jauh, dimuara Sungai M dan cahaya mulai terpendar membentuk gradasi sehingga semua yang membelakangi matahari membentuk siluet. Perlahan sebuah bayangan sempurna bergerak mendekatiku, duduk dan berkata, "Sudah lama?"
"Masih baru saja.."
Dan andai waktu juga adalah fiksi, mungkin aku akan memainkan alur mundur untuk mengulang sebuah moment.
"Kamu menunggu bukan?" Tanyanya tanpa basa basi, dan aku tahu, hanya Gadis cerdaslah yang tidak mau berbasa-basi.
"Ya, menunggumu untuk menghitung kemungkinan.."
"Hahaha, defenisi yang abstrak, kamu hanya akan merangkai cerita dari semua waktu yang kami habiskan untuk menunggu, bukan cerita aneh saat seorang penulis jatuh hati kepada aeorng Gadis cantik dan cerdas, lalu menulis surat dan cerpen untuknya, hingga suatu hari nanti Gadis itu menemukan kekasihnya dan menikah. Cerita Basi Dan klasik.."
"Kamu tahu, lalu mengapa kamu bertanya?"
"Karena aku ada dalam imajinasimu, aku fiksi yang berkali-kali kau ganti nama dengan sesuka hati berdasarkan defenisimu sendiri, kadang aku kau beri nama Liana, S di T, juga nama seorang Gadis yang dulu sempat kau sukai. Jadi aku pasti tau semua Karena aku Ada dalam ceritamu.."
"Ah, sok tahu.."
"Bukan sok tahu, tapi memang tahu, karena dalam ceritamu kau membuatku jadi seorang Gadis yang cerdas, menyuki sastra, filsafat dan tentu senang membaca Wikipedia.."
"Ya, aku Tau itu, tetapi sebagai tokoh fiksi bukaknkah kamu tidak berhak untuk mencampuri urusan pribadi penulismu?"
"Urusan pribadi? Urusan pribadi atau urusan sentimental yang seringkali adalah luapan perasaan karena galau?"
"Ah, terserahlah, tapi kamu tau mengapa aku mengajakmu kesini setelah sekian lama aku tidak menulis?"
"Ya, paling tidak kamu sedang galau lagi.."
"Hahaha, kamu memang tahu apa yang kupikirkan.."
"Lalu?"
"Aku ingin latar yang sederhana untuk sebuah cerita, aku ingin menyelesaikan sebuah cerita setelah sekian lama tidak menulis.."
"Menulis tentang patah hati lagi? Tentang Gadis yang kepadanya kau tidak berani mengutarakan isi hatimu lalu cerpenmu jadi cerpen galau dengan ending yang kacau balau?"
" Tentu bukan, aku ingin ending yang keren dengan latar  Jalan Komano Kodo yang dibingkai dengan sekelumit kenangan.."
" Baru dapat Dari Wikipedia ya latarnya itu?"
"Ya, sebuah jalan tua di Wakayama yang Masuk situs warisan Budaya UNESCO.."
"Sebagus apasih?"
"Kamu ingin Tau?"
"Tentu.."
"Kau mau menemaniku?"
Dan tanpa menjawab kami menelusuri laman web wikipedia, meskipun tidak Ada hujan gerimis, musim semi, salju, angin sepoi-sepoi, atau daun-daun yang berguguran, aku tahu semuanya ternyata hanya fiksi.
Dan sore itu, di Wakayama, aku semakin yakin, bahwa fiksi itu ternyata Indah juga 😀

Senin, 09 April 2018

Ketika Cerita Bukan Hanya Soal Cinta : Aku juga Pernah Sok Idealis

Dari sekian banyak catatanku, kabanyakan bercerita tentang jatuh Dan patah hati, rasanya hampir tidak Ada istimewanya dibandingkan dengan remaja belasan yang jatuh cinta Dan patah hati.
Dari sepersekian catatanku, Ada juga catatan 'sok' idealis yang pernah kutulis.
Mencoba mengerti Dan memahami politik, kehidupn masyarakat, sosiolog-antropologis bahkan dunia sastra coba kutekuni.
Aku meminjam banyak buku-buku sejarah Dan sastra Dari perpustakaan kampus, juga mendata Serta mencari buku tentang pergerakan sosial, pergerakan mahasiswa juga buku-buku lain agar nampak seperti seorang aktivis dengan pemikiran yang revolusioner. Tetapi diakhir, aku hanya membaca Satu Dari seratus buku yang kupinjam.
Aku lebih banyak tertarik ke buku-buku romantis dengan cerita drama yang sentimental. Tidak lebih dan tidak kurang 😎.
Dilain waktu, saya pernah juga mencoba menjadi seorang yang menyukai filsafat, mencoba membaca Dan memahami buku-buku filsafat tebal, filsafat Eropa abad pertengahan, filsafat barat, filsafat Posmo dan buku-buku lainnya saya pinjam dari perpustakaan kampus (Jika ingin membuktikan anda bisa mengecek di perpustakaan kampus, aku yakin NPM-ku masih tercantum disana, Karena Dari sekian buku filsafat yg kupinjam, daftar peminjamnya paling banyak Dua sampai tiga orang saja). Tapi diakhir buku-buku filsafat itu berakhir tragis juga, Tak Ada yg habis kubaca semua.
Lalu, lain waktu, say pernah dengan tekun membaca Koran Dan mengikuti perkembangan opini-opini disana, menarik juga kadang cara pandang mereka, hanya kadang saya berpikir sebagus apapun opini itu lebih sering hanya berakhir sebagai opini yg sejenak melintas dimedia Massa yg jika media itu expired maka opini itupun akan jadi expired, jadi rasanya sia-sia, padahal yg menulis itu seringkali adalah professor atau paling tidak orang yg kompeten dibidangnya.
Diantara semua itu, beberapa hal yg masih sering kutekuni, membaca cerita sentimental 😅
Aku sadar, kadang idealis saja tidaklah cukup.
Tetapi meskipun begitu, aku sering berharap disuatu waktu aku bisa menghabiskan waktu berdiskusi dengan seorang Gadis dengan pemikiran terbuka, mulai Dari Hal yg sentimental, idealis, revolusioner,  bahkan sampai dengan Hal konyol, romantis dibarengi dengan sastra sejarah Dan Budaya.
Menikmati Hari itu dengan secangkir kopi dipinggir danau atau dibawah pohon dihalaman sebuah kampus.
Aku yakin itu suatu Hal yg menyenangkan untuk dilakukan.
Aku sadar, semuanya kompleks, tapi diatas semua kompleksitas itu Ada sebuah pola, yang membentuk keindhan sekuntum teratai.
Dan teratai itu akan mekar, terbuka, seperti pemikiran seorang Gadis yg kuajak bicara tempo Hari.
09042018

Minggu, 08 April 2018

Sebuah Jurnal : Pasti

Sebuah Jurnal : Pasti

Ada keraguan besar yang membuat Kita berpikir banyak untuk membuat sebuah keputusan.
Kemungkinan-kemungkinan Dan efek domino Dari keputusan itu. Baguslah kalau efeknya adalah positif, bagaimana kalau negatif?
Kita bisa saja tidak diterima dilingkungan sosial Kita,  tidak disukai rekan Kita, atau kemungkinan-kemungkinan buruk lainnya.
Banyak yang berfikir, mungkin semuanya hanyalah sejenak saja dan menikmati dengan apa adanya, berjalan lurus seiring waktu. Tidak berusaha apa-apa Dan nyaman dengan keadaan saat ini. Banyak juga yg memberontak dengan kenyataan Dan melakukan kreativitas yg menabjubkan. Tapi diakhir hasil yg mereka peroleh dengan usah yg berbeda tetap sama. Bahkan banyak yg melakukan usaha praktis dengan hasil yg lebih.
Bagaimana bisa?
Anggap saja semuanya itu hanyalah penyimpangan semu.
Usaha tidak akan pernah menghianati hasil.
Seorang yg terus berjalan lurus kedepan tentu akan sampai dibanding mereka yg berhenti atau bahkan tidak melangkah sedikitpun.
Harapan itu adalah sesuatu yg Pasti.
Kita istimewa Karena Kita punya harapan.
Tetap berjalan kedepan Dan memndang kemungkinan-kemungkinan dengan Pasti.
Meskipun kadang Ada rasa sesal dn kecewa, rasa lelah dan iri dan rasa apapun itu akan tetap bisa jadi motivasi.
Seorang pejalan Pasti Tau kemana arah yang ditujunya Dan apa tujunnya meskipun kadng tidak Tau berapa jauh jarak yg harus ditempuh untuk tujuannya itu.
Seorang pejalan adalah seorang tukang Jurnal yang mencatatkan hidupnya dalam untuk kebadian.
Seorang pejalan adalah masing-masing Dari Kita sendiri yang belajar Dari pengalaman Dan jalan-jalan yang Kita tempuh.
Setial orang adalah pejalan dengan tujuan yg Pasti.

Minggu, 01 April 2018

Sebuah Jurnal

Sebuah Jurnal : Menuju Rumah

Ada beberapa catatan yang belum sempat saya selesaikan, tetapi meskipun begitu coba untuk tetap berjalan dalam alur dengan sebuah tujuan.
Ragu adalah sebuah untaian yang selalu membentuk harapan.
Diantara sekian kemungkinan, perjalanan Menuju Rumah adalah impian, untuk sebuah senyum hangat Dan pelukan, secangkir kopi Dan jutaan candaan.
Rindu yang akan berpaut pada tiang-tiang kayu tempat menggantung kenangan Dan senja yang mewarnai Masa kecil.
andai mungkin kembali pada Jalan itu lagi, Menuju Rumah adalah kemungkinan paling damai.
Meskipun terkadang lupa arah, tetapi rindu adalah kompas yang menuntun Menuju Rumah untuk sebuah pelukan hangat.
Banyak perjalanan Dan pengalaman yang akan membuatmu berjalan berat Menuju Rumah, tetapi rindu kadang akan mengalahkannya dan menjadikannya sebuah cerita sempurna.
Tetaplah berjalan berjalan maju Menuju Rumah.
Karena dirumahlah semua bermula untuk sebuah cerita dalam suatu Masa.

Jumat, 16 Maret 2018

Mereka dan Pandangan Satu Sisi

Mereka dan Pandangan dari Satu Sisi

Saya membaca sekilas tentang share-share dan pandangan politik akhir-akhir ini.
Tidak tertarik untuk menanggapi meskipun beberapa opini saya sempatkan untuk membaca dan memahami. Kebanyakan opini sekarang memandang tidak objektif terhadap persoalan yang ada didepannya, menekan kuat dari satu sisi dan lemah disisi lainnya. Bereaksi keras jika merasa dipojokkon atau sedang merasa diatas angin, merasa benar dari sudut pandangnya sendiri.
Sebut saja, nun jauh disana, di Kabupaten asalku, Dairi, saya lihat ada beberapa teman sòsmed yang rajin menshare tentang salah satu calon dan menjelek-jelekkan calon yang lain, seakan-akan tidak ada lagi hal positif yang dimiliki calon tersebut.
Atau sebut jugalah organisasi Mawar Melati yang selalu over reaktif jika ada sedikit gesekan dengan organisasinya, selalu merasa benar dari sudut pandangnya.
Hal lainnya terlihat juga dari keadaan yang sepertinya melebih-lebihkan dalam hal penyampaian, media sepertinya sangat berlebihan ketika meyampaikan sesuatu hal hanya untuk menggaet viewer yang lebih banyak.
Dilain pihak, netizen dunia massa merespon lebih agresif lagi, menshare tanpa memproses informasi.
Merasa apa yang dibaca dan ditemukannya sudah 100% benar tanpa melakukan pengecekan terlebih dahulu.
Ah, tapi apalah boleh dikata.
Sebenarnya aku tidak mau sibuk mengurusi semua itu apalagi hanya dengan sebuah postingan opini di Medsos, sepertinya masih lebih enak mendengarkan musik melow sambil membaca Novel terjemahan, atau minum anggur merah sambil bercengkerama dengan kawan-kawan, menikmati sore dengan segelas kopi atau menyelesaikan kerjaan sambil dengan radio.
Ya, semuanya bisa dilakukan dengan baik tanpa memperdulikan apa yang sedang terjadi dijagat maya itu.
Meskipun begitu, kadang aku berpikir sampai dimana pandangan satu sisi itu tetap bertahan?
Karena aku tau sendiri itu tidak enak, butuh sesuatu dari sisi lain untuk melengkapi 😅
Nah, mungkin jadilah bijak dengan apa yang ada sambil ingat mencari seseorang untuk melengkapi disisimu 😎

Minggu, 11 Maret 2018

Waktu, Kita dan Jalan

Beri warna pada goresan hitam putih yang kita miliki untuk merangkai alur cerita yang membentang dalam irama waktu.
Catatan-catatan yang terbuang dan impian yang terpendam, jalan-jalan masih banyak persimpangan dan bunga-bunga belum mekar.
Kita masih asik, disebuah jembatan untuk mengukur sebuah kenangan, sedang riak-riak ombak adalah salam yang menyuruh kita segera beranjak keseberang.
Tatap mata yang sayu, beradu pada pada cahaya mentari sore yang enggan dan malu-malu, burung-burung camar yang rindu pada tepian-tepian danau.
Kata-kataku masih terangkai seperti dulu, seperti aliran-aliran pancuran yang bersatu mencapai dinding-dinding kenangan berlumut, suaranya merdu disambutlambaian merdu daun-daun bambu, dan tentang semua itu, sampai dimana aku akan berlutut didepan waktu?
Perjalan datang dan pergi, kita tersenyum tapi tidak mengerti.
Waktu membuai, membawa kita kejarak yang semakin jauh lagi
Surat-suratku terbengkalai dan rindupun memuai
Mencoba mengerti, pada tetes embun dideunan pagi hari
Dan salam-salam pada angin yang berhembus lalu pergi
Perahu kertas itu lagi yang terpernah sampai

Hai,
Sampai dimana kita bisa membingkai waktu yang berbeda ini,
Cerita-cerita tanpa makna, seperti tempo hari dalam sebuah museum waktu dengan para pencuri kisah yang mengitarinya
Kau adalah sebuah kata, yang tersusun rapi dengan penggalan sempurna, dan kita punya cerita yang sama dalam susunan peluang.
Aku tak mencatatmu menjadi sebuah cerita, tetapi ingin menguraikanmu menjadi untaian waktu disuatu masa, sebuah defenisi yang nyata diujung jalan kita.
Sampai dimana?
Sampai disuatu waktu, disebuah museum ujung jalan dan waktu berhenti.
Sebuah cerita dimulai dengan alur mundur dan perlahan waktu mulai mengikuti.
Sebuah Imajinasi yang kita coba mencari arti
Karena itulah sebenarnya tujuan akhir hidup ini
Memahami dan untuk menjadi.

Rabu, 21 Februari 2018

Kita, Cinta dan Peluang yang Kita Coba Hitung

Kita, Cinta dan Peluang yang Kita Coba Hitung

Ada hal yang membuat saya mencoba memahami untuk tidak bergantung lagi kepada yang namanya fiksi. Kita ternyata adalah manusia yang hidup dalam sebuah Fenomena yang sebenarnya 'tidak' acak, lahir sebagai bayi dan hidup dalam siklus perkembangan manusia seperti yang kita pelajari saat sekolah Dasar. Siklusnya sederhana dan pasti terjadi kepada siapapun orangnya, itulah kita.
Dalam menjalani siklus itulah sebenarnya kita mengalami Fenomena yang acak, setiap dari kita menjalani dengan versinya masing-masing, dengan pengalaman dan caranya.
Salah satu yang paling menarik dalam fenomena acak itu adalah Cinta. Sebuah perasaan yang tampaknya ilmiah, bisa terukur, berkembang atau bahkan bisa menyusut dari waktu kewaktu. Polanya bisa ditebak dan kejadiannyapun bisa berulang, kepada objek yang sama maupun Objek yang berbeda.
Sebuah kejadian yang bisa kita jadikan sample adalah saat saya jatuh cinta pada si A, maka pola dan tingkah acak saya bisa dianalisis untuk hal tersebut, seberapa besar perubahan saya dan perbuatan saya yang mencerminkan kemungkinan tersebut.
Satu hal yang sebenarnya berlaku mutlak adalah bahwa setiap objek dalam peluang itu mempunyai kehendak bebas, yang artinya apapun kemungkinan yang terjadi pasti bebas dan peluang yang terjadi itupun bebas.
Tetapi ada yang namanya frekuensi harapan.

Misalkan, saat saya menyukai seseorang, saya ingin mengetahui seberapa mungkinkah dia juga menyukai saya, saya bisa mempelajarinya dari seberapa sering dia menanggapi Chatingan, surat atau apapun tentang saya, dalam hal ini, saya tidak boleh abai dengan yang namanya kehendak bebas dia untuk membalas menyukai atau mengabaikan saya, saya juga tidak boleh abai terhadap kejadian lain yang mempengaruhi dia sebagai Objek, karena mungkin saja ada yang menarik baginya, mantannya, pilihan orang tua, karir, atau apapun itu. Semuanya itu tentu akan mempengaruhi.
Tetapi, jika kita lihat teori peluang, maka teori frekuensi harapan berlaku untuk hal ini, dimana jika kejadian yang sama dilakukan berulang-ulang dengan frekuensi yang tinggi, akan ada titik jenuhnya juga, dan mungkin peluang yang saya miliki juga bertambah, entah itu bertambah bagus ataupun bertambah buruk, akupun tidak tau 😅
Tapi aku masih berharap peluang itu...

21022018

Rabu, 14 Februari 2018

Cara Terbaik untuk Lupa

Dari sekian pertanyaan yang diajukan padaku, beberapa membuatku bingung.
"Nal, apa cara terbaik untuk lupa?"
Aku merenung dan diam sejenak merenungkan pertanyaan yang diberikannya, benarkah dia ingin melupakan sesuatu?
Aku ingat juga, pernah suatu waktu saya sangat ingin melupakan suatu hal, tidak ingin mengingat hal sekecil apapun tentang itu.
Apa saja?
Kesalahan Fatal yang tidak bisa diperbaiki, moment yang tidak kumanfaatkan dengan baik dan kejadian-kejadian lain yang semuanya tidak lagi ingin kuingat, tapi kadang melintas begitu saja.
Aku memang tidak menanyakan kepada kawan tersebut mengapa dia menanyakan cara terbaik untuk melupakan, karena diam-diam aku juga sedang mencoba melupakan seseorang 😢
Hehehe, jadi sedikit sentimentil.
Jadi aku mencoba dulu caranya dengan menerapkannya pada diriku sendiri, menghapus nomor dan semua perteman disosmed dan menahan diri untuk tidak mengeceknya.
Menghubungi kawan-kawan dan mencoba lebih dekat dengan seseorang, meningkatkan komunikasi yang intens dengan seseorang yang baru.
Tapi kadang semuanya amburadul ketika dia menyapa lagi, benteng yang dibangun itu luluh begitu saja, hahaha
Jadi?
Ya, intinya semua harus berjalan datar.
Cobalah untuk menata hidup untuk lebih teratur, meningkatkan intensitas kesibukan, belajar hal-hal baru, membaca, menonton film, hang out dengan kawan-kawan dan mencoba membuka komunikasi dengan orang orang baru.
Lho, emang bisa Nal??
Ya bisalah
Kadang kita tidak bisa lupa dari suatu hal atau dari seseorang adalah karena kita sedang terfokus kepada hal tersebut sehingga banyak hal yang terblur.
Cobalah habiskan waktumu dengan hal-hal positif, membaca, belajar menulis atau apapun itu yang menyita banyak waktu dan pikiran, yakinlah secara perlahan kau akan paham manfaat yang kukatakan ini.
Lalu perlahan-lahan dan pasti dekatilah seseorang lagi yang bisa  membuatmu jatuh hati 😎
Hehehe

Jumat, 09 Februari 2018

Sepasang Teori

Sepasang Teori

Dari semua kemungkinan yang kita punya, antara sajak hingga peluang-peluang yang pernah tercipta, kita memperoleh defenisi bahwa memang sebenarnya kita berbeda.
Sebuah pagi yang sederhana dipinggiran Danau Toba, kita duduk berdua mengulas tentang satu masa yang kini hanya jadi cerita, kita banyak mengumbar percakapan hampa bahkan sampai pada retorika, atau juga suatu ketika, dalam untaian nada Musik Klasik disuatu Taman Budaya di Kota kita, kita berdebat sampai suara kita tidak lagi bermakna.
Dari sekian kemungkinan-kemunkinan itu dapatkah aku mendefenisikan bahwa kini semua berbeda?
Kita pernah bersama, dalam sebuah teori yang dibuat oleh penulis cerita, menjadi sepasang kekasih dalam alur yang mengalir romantis.
Kita pernah menjalani kehidupan biasa, jadi sepasang remaja yang malu-malu saat berjumpa mata, mengirim surat cinta yang dititip melalui teman sebaya atau merindukan waktu untuk berjumpa ketika pulang sekolah untuk bisa bersama.
Dalam defenisi remaja, kita sempurna, sepasang kekasih yang melengkapi Matematika dan Fisika sampai akhirnga aku menyimpang pada sebuah teori yang berbeda dan bergelut dengan kata-kata.
Jika seandainya waktu itu kau tidak berkata semua ada polanya, mungkin aku tidak akan memilih untuk membuat alur yang rancu hingga percakapan tanpa makna antara kita ditepi danau yang selalu buatku galau.
Kita lalu bertumbuh jadi dewasa dengan pemikiran kita masing-masing, dengan latar hidup dan cerita yang tercipta antara kita selalu berbeda.
Sering aku berharap, ada jalan searah untuk bisa bersama melangkah.
Tapi kau terperangkap dalam teorema-teorema yang membentuk sebuah pola dalam angka, sedangkan aku terperangkap dalam kata, sebuah pejara sastra yang tidak menghendaki arti sebuah kemungkinan.
Ya, dari situlah aku paham kita berbeda.
Hingga suatu waktu, kita bertemu dalam sebuah cerita yang kususun dalam catatanku. Berlatar kota M dengan stasiun tua.
Aku tau, kau akan menghitung seberapa besar kemungkinan cerita ini terjadi, tapi aku tidak perduli, karena dengan imajinasi, apapun bisa terjadi.
Kita terperangkap hujan sambil menunggu kereta terakhir menuju kota S dan perlahan kau menyapa,
"Menunggu juga?"
"Ya.." Jawabku.
"Ke Kota yang sama?"
"Ya.."
"Dan kita ada dalam sebuah cerita?"
"Ya.."
Kau mulai gelisah kala itu, menyadari bahwa eksiatensi kita dalam sebuah cerita disebuah stasiun kereta tua.
Sedangkan aku tersenyum, karena berpikir bahwa bisa mengalahkan kebenaran angka.
Perlahan, jam berdentang distasiun ifu dan kau mulai gelisah menatap jam tanganmu. Aku paham, kau ingin sekali mengakhiri  jalan cerita ini.
"Biasanya kalau kereta datang selama ini, ada dua kemungkinan.." katamu perlahan tanpa menatapku.
"Apa?"
"Tidak ada penumpang menuju kota S atau sedang rusak.."
"Lalu?"
"Kita pulang dan alur ceritamu selesai.."
Dan benar saja, jam kembali berdentang dan kereta tidak juga sampai hingga kita terpisah dan menuntun jalan masing masing.
Dan berikutnya adalah tentang berapa besar kemungkinan kiga bisa bertemu lagi?
Aku tidak bisa mendefenisikannya karena memang kata yang kita tulis dan ucapkan itu adalah rasa dan tingkah serta sikap kita adalah sebuah pola yang punya makna sendiri.
Dari beragam cerita yang pernah ada, ternyata menuju sebuah arah yang tidak tertera dalam kompas.
Diujung sana, kulihat mereka yang adalah pecinta angka dan fisika, yang mengabadikan hidup untuk rumitnya matematika, bersatu dengan mereka yang lebih banyak menghayal dang menghabiskan waktu dengan buku-buku tebal diperpustakaan, latarnya adalah sebuah sebuah keberagaman tanpa defenisi dengan hiburan musik klasik yang kita dengarkan tempo hari.
Aku terus melangkah, mengikuti aeah yang menuntun imajinasiku dan dari sarah berlainan, aku juga melihatku, megumlulkan peluang yang nilainya hampir jadi satu, dan kita terus bergerak menuju sebuah ilusi lalu melebur dalam suafu kisah tanpa dimensi.

Mencoba Seimbang

Membaca opini, komentar dan kritik yang beredar akhir-akhir ini kadang membuatku ingin menulis banyak hal. Sudah hampir tiga tahun saya tidak menyukai politik dan berita-berita yang simpang siur dan bergantung pada kepentingan, lebih menyenangi catatan dan cerpen-cerpen melankolis.
Sebenarnya mencoba menyeimbangkan apa yang saya baca dan dengarkan, memahami dari setiap sisi opini dan kritik yang dilontarkan. Terlalu banyak yang dilihat dari satu sisi membuat sisi lain terabaikan, terlalu banyak menyajikan pembenaran hanya akan membiaskan kebenaran. Lalu dimana posisi kita yang seharusnya menyatakan "Ya" kalau "Ya" dan "Tidak" kalau "Tidak"?
Saya sadar, terakhir ini kita melakukan sesuatu pasti karena ditunggangi sesuatu yang bernama kepentingan.
Kita berbuat baik agar terlihat bagus, kita pergi kesuatu tempat agar terlihat begini, kita melakukan ini agar begini, memang benarlah kalimat yang berkata bahwa kita adalah orang yang butuh pengakuan.
Kita sebenarnya adalah sesuatu yang istimewa, punya hati nurani dan pemikiran, yang jika berjalan seimbang tentu akan mencapai sebuah kesempurnaan.
Tapi sampai dimana keseimbangan itu?
Cara pandang seringkali kita gunakan hanya dari satu sudut saja, kita berbicara dengan bebas dan sesuka hati saja dari sudut pandang kita.
Melakukan sesuatu untuk popularitas atau untuk menguntungkan diri sendiri juga orang-orang yang punya kepentingan.
Lalu apa sebenarnya tujuan itu?
Saya kurang paham, tapi biarlah saya mencatatkan sedikit tentang apa yang saya lakukan :
Saya menghabiskan pagi saya dengan membaca koran, membaca opini dan juga berita secara sekilas, kadang saya menyempatkan diri membaca wikipedia untuk pengetahuan umum, juga menonton film-film tertentu, sesekali membaca update tentang science, membaca profil orang, tempat dan perusahaan tertentu, menonton Sitkom, juga sering membaca cerpen dan novel-novel romantis. Sesekali menelepon kawan untuk berbagi. Kadang saya berbincang-bincang dengan orang-oranv disekitar, topik ringan dan jika menjurus kearah politik, ras, agama biasanya saya lebih memilih untuk msnghindar dan tidak melanjutkan atau tidak menanggapi pembicaraan.
Mengapa saya melakukan itu?
Saya rasa, itulah yang bisa saya lakukan, apabila ada pemikiran yang ingin disampaikan, saya lebih senang memcatatkannya dan membagikannya diblog atau sosial media.
Saya sadar hidup saya masih jauh dari seimbang, tetapi saya bisa mencoba seimbang.
Tidak sedang apatis untuk menanggapi tentang apa yang sedang terjadi, tetapi mencoba untuk memberitau bahwa kita ada disini adalah untuk bermanfaat bagi yang lainnya.
Memberi opini dan kritik harus membangun dan memandang dari semua sisi, bukan karenan ditunggangi kepentingan.
Berpendapat itu bagus, tetapi harus berdasarkan fakta dan punya solusi.
Ohya, satu lagi : mengapa saya menulis ini?
Mungkin karena saya sedang mencoba memahami apa yang sedang terjadi!

Arah Dairi Kedepannya

                                                     Arah Kabupaten Dairi Kedepannya Sebagai penduduk Kabupaten Dairi yang sedang merantau, ...