Minggu, 01 November 2015

Sebuah Catatan

Aku sedang duduk sore itu menikmati musim gugur di tepian sungai Kinokawa membaca sebuah novel tipis yang baru kubeli siang tadi disebuah toko buku pinggiran kota Wakayama ini.
Tiba-tiba seorang gadis datang menemuiku dengan wajah yang terlihat bingung dan penuh tanda tanya, "Anda tinggal di kota ini?" Tanyanya.
"Tidak, kota ini hanya ada dalam imajinasiku.."
"Lalu mengapa anda bisa duduk manis dipinggiran sungai ini?"
"Aku masuk lewat situs wikipedia, aku tersesat dihalaman webnya, tanpa kusadari ketika aku membuka mata didepanku sudah bersemi bunga sakura dan istana wakayama yang megah itu,, saat aku menyusuri jalanan, kulihat ada sebuah sungai dan ada taman dan bangku-bangku ditepian sungai itu, yah aku memutuskan duduk disini.."
"Oh ya, berarti anda tahu dimana letak istana wakayama?"
"Jelas tahu, istana itu ada dalam imajinasiku.."
"Oh ya? Berarti anda lelaki yang tinggal dalam imajinasi dong?"
"Belum tentu, aku juga punya kehidupan yang nyata.."
"Kalau begitu mengapa anda selalu membuat kota Wakayama itu juga seakan tidak nyata, padahal kota itu adalah sebuah perfektur di Jepang, perfektur Wakayama yang kotanya dibelah oleh sungai Konikawa, ada juga istana Wakayama yang sangat terkenal serta gunung Nagusa, anda membuat semuanya itu seperti fiktif, padahal itu benar-benar nyata.."
Aku terdiam, kututup novel yang sedang kubaca, lalu kupandang wajah gadis yang berbicara didepanku itu, nampaknya wajahnya tidak menyiratkan kebingungan lagi tetapi malah wajah menyelidik seperti seorang detektif, tetapi meski begitu wajah manisnya masih tetap terlihat dan rambutnya tergerai diterpa angin sepoi musim gugur.
"Sebenarnya anda siapa?" Tanyaku.
"Aku Liana Marita, tokoh cerpenmu sekaligus penggemar tulisanmu.."
Gubrak!!!
Aku terkejut bukan main, hampir saja bangku yang kududuki terjun bebas ke air sungai bersama denganku, tidak kusangka tokoh cerpenku itu cantik juga, aku tidak pernah membayangkannya, aku jadi takut jatuh cinta kepadanya.
Hahaha..
01112015
Aku sedang duduk sore itu menikmati musim gugur di tepian sungai Kinokawa membaca sebuah novel tipis yang baru kubeli siang tadi disebuah toko buku pinggiran kota Wakayama ini.
Tiba-tiba seorang gadis datang menemuiku dengan wajah yang terlihat bingung dan penuh tanda tanya, "Anda tinggal di kota ini?" Tanyanya.
"Tidak, kota ini hanya ada dalam imajinasiku.."
"Lalu mengapa anda bisa duduk manis dipinggiran sungai ini?"
"Aku masuk lewat situs wikipedia, aku tersesat dihalaman webnya, tanpa kusadari ketika aku membuka mata didepanku sudah bersemi bunga sakura dan istana wakayama yang megah itu,, saat aku menyusuri jalanan, kulihat ada sebuah sungai dan ada taman dan bangku-bangku ditepian sungai itu, yah aku memutuskan duduk disini.."
"Oh ya, berarti anda tahu dimana letak istana wakayama?"
"Jelas tahu, istana itu ada dalam imajinasiku.."
"Oh ya? Berarti anda lelaki yang tinggal dalam imajinasi dong?"
"Belum tentu, aku juga punya kehidupan yang nyata.."
"Kalau begitu mengapa anda selalu membuat kota Wakayama itu juga seakan tidak nyata, padahal kota itu adalah sebuah perfektur di Jepang, perfektur Wakayama yang kotanya dibelah oleh sungai Konikawa, ada juga istana Wakayama yang sangat terkenal serta gunung Nagusa, anda membuat semuanya itu seperti fiktif, padahal itu benar-benar nyata.."
Aku terdiam, kututup novel yang sedang kubaca, lalu kupandang wajah gadis yang berbicara didepanku itu, nampaknya wajahnya tidak menyiratkan kebingungan lagi tetapi malah wajah menyelidik seperti seorang detektif, tetapi meski begitu wajah manisnya masih tetap terlihat dan rambutnya tergerai diterpa angin sepoi musim gugur.
"Sebenarnya anda siapa?" Tanyaku.
"Aku Liana Marita, tokoh cerpenmu sekaligus penggemar tulisanmu.."
Gubrak!!!
Aku terkejut bukan main, hampir saja bangku yang kududuki terjun bebas ke air sungai bersama denganku, tidak kusangka tokoh cerpenku itu cantik juga, aku tidak pernah membayangkannya, aku jadi takut jatuh cinta kepadanya.
Hahaha..
01112015
"Kau menghayal?" Katanya tiba-tiba sudah tepat didepan mukaku.
"Untuk apa aku menghayal? Bukankah kau sudah hayalanku juga?"
Dia tersenyum menatap mataku, astaga tatapannya seperti tatapan yg selalu kubuat dalam tulisanku, matanya yg tajam dan penuh dengan gairah kehidupan, dia terus menatapku, ah, aku jadi grogi juga..
"Kau grogi?"
"Tidak.., aku hanya teringat tentang bacaanku.." Kataku mengangkat buku yang kubaca..
"Buku apa sebenarnya yg kau baca, boleh aku lihat?" Katanya langsung merampas dari tanganku.
"Tunggu, mungkin kita bisa membicarakan tentang buku itu bai-baik sambil duduk.."
"Sambil duduk? Bukankah kita akan terlihat seperti sedang kencan romantis, dibawah daun-daun yg berguguran, disebuah bangku ditaman tepi sungai?"
"Kalau kau mau..?" (Wess, masuk gombalanku.. :D)
"Masalahnya aku tidak mau.." Ucapnya tiba-tiba.
Busyet..
"Kenapa?"
"Nanti kau umbar-umbar tentang hal ini dalam ceritamu, kau bilang kita menikmati waktu dari hingga lampu-lampu temaram, membicarakan tenan anak-anak kita nantinya, kau kan lebay dan kadang berlebihan.."
"Terus kalau memang nanti kubuat seperti itu?"
"Aku tidak mau lagi jadi tokoh ceritamu, aku akan cari lelaki lain dan yang pasti lelaki itu penulis yg sempurna, bukan penulis abal-abal sepertimu.."
Busyet, gadis ini tadi memujiku, sekarang mengejek, hehh, lihat pembalasanku nanti.
"Jadi kau mau jadi duduk disini denganku.."
"Bisa, tapi tunggu, aku harus mengatur alarmku dulu.."
"Untuk apa, apakah ada janjimu dgn seseorang? Seingatku dalam cerpen yang kutulis kau bukan seorang gadis yg suka mengumbar janji.."
"Bukan untuk janji.."
"Lalu apa?"
"Aku ingin membuat alarm sebelum senja, aku tidak ingin menghabiskan senja bersamamu, bukankah kau orang yg berlebihan, jadi tidak akan ada senja yg romantis dan lampu-lampu temaram antara penulis dgn tokoh fiksinya, pokoknya tidak ada yg romantis, titik!!"
"Oke.."
"Ada satu lagi permintaan!"
"Apa?"
"Kalau kau menulis cerpen jgn samapai ada nama lain selain namaku, Liana Marita. Aku tahu kok, kau sedang menyukai seorang gadis, itu lho gadis yg kalau melihatnya saja kau sudah jantungan, lalu kau pura-pura membuat surat untuk S di T padahal sebenarnya itu untuk si.. Ah, siapa itu namanya, lupa aku. Kau kan pecundang.. Jadi awas ya kalau sampai kau buat namanya jadi tokoh cerpenmu.."
"Kalau kubuat?"
"Aku tidak akan mau duduk disampingmu, tidak akan mau menjadi tokoh cerpenmu, tidak mau hidup dalam tulisanmu yg galau itu..Aku akan cari lelaki lain..."
Astaga, selain sok tahu, gadis fiksi ini tukang ngambek pula..
Dia masih tetap berdiri disitu dgn wajah cemberut, angin sepoi musim gugur masih berhembus dan rambutnya masih tergerai.
Ah, dia semakin cantik saja.
"Apa kau lihat-lihat aku, nanti jatuh cinta kau samaku, jadi saingan aku sama S di T mu itu.., mana rupanya lebih cantik aku dari pada dia?"
Busyet..
"Kenapa kok diam, lebih cantik aku kan, makanya baik-baik kau samaku biar mau aku jadi tokoh ceritamu..
Setelah perjumpaanku sore itu dgn Liana, tokoh cerpen sekaligus penggemar tulisanku itu, iseng-iseng aku pura-pura mengalah kepadanya dan rupanya dia tetpengaruh dengan the power of motive ku, dia lalu mengajakku berjalan-jalan disekitar kota Wakayama dan jelas dia tampat seperti seorang guide bagiku.
Dia juga mengajakku duduk ditepian sebuah sungai yg sangat besar, ketika duduk iseng-iseng aku curi-curi pandang melihat muka manisnya itu.
Ah, seandainya dia bukan tokoh fiksi pasti aku sudah jatuh cinta setengah mati.
"Ini danau ya?" Kataku padanya mencoba membuka suara.
"Oh, jadi kau belum tahu ya, ini adalah sungai Konikawa, sungai ini mengaliri Perfektur Wakayama dan Perfektur Nara, panjangnya 136 km dgn luas permukaan secara keseluruhan sekitar 1.660 km2, mengalir dari gunung Oidagahara ke arah barat dan bermuara di Kota Wakayama ini. Kau tahu, sungai ini berpotongan dengan salah satu jembatan rel kereta api bernama JR West Wakayama Line, seperti yg pernah kau tulis, ada kereta senja yg melintas tepat di atas jembatan itu ketika matahari akan terbenam, kalau kau mau nanti kita bisa kesitu menikmati matahari yg terbenam di sungai kinokawa ini. Ya, siapa tahu kau bisa mendapat inspirasi seperti novelis Jepang Sawako Ariyoshi yg membuat salah satu judul novelnya yg sama dengan nama sungai ini, Kinokawa.."
"Kau sering kesini?" Tanyaku padanya.
"Sesering kau menulis cerita tentang kota ini.."
"Kok kau bisa tahu semuanya?"
"Wikipedia, bukankah dalam tulisanmu kau menyatakan aki adalah seorang gadis yg senang membaca wikipedia?"
"Ohh, aku lupa.."
"Oh ya, ini sudah hampir senja, sekarang musim gugur, jadi matahari lebih cepat terbenam dari biasanya.."katanya sambil menarik tanganku. Astaga, jantungku berdebar, bagaimana mungkin aku bisa menikmati sebuah pengalaman yg mendebarkan dgn tokoh fiksiku yg cantik ini?
Aku takut jatuh hati pada hayalanku..

Arah Dairi Kedepannya

                                                     Arah Kabupaten Dairi Kedepannya Sebagai penduduk Kabupaten Dairi yang sedang merantau, ...