Selasa, 14 Februari 2017

Titik

Sebelum memulai sebuah cerita, ada baiknya kita menyajikan segelas kopi, memandang, lalu duduk mnghadap kearah barat, menikmati gradasi warna senja yang dibelai oleh daun-daun palem.
Ya, begitulah hidup itu, harus dinikmati. Dari titik kehidupan yang satu ketitik hidup yang lain, dan titik-titik yang berbeda dan mempunyai jarak yang sama terhadap satu titik, itulah yang akan kita sebut lingkaran.
Untaian lingkaran, yang mengantarkanmu, mengantarkan kita pada jutaan kemungkinan yang akan terbingkai dalam sebuah buku kenangan atau terurai dalam air mata jika suatu saat kita tidak lagi bersama.
Pernahkah suatu ketika kamu mencoba mengerti mengapa satu dimensi selalu dimulai dari titik?
Bayangkanlah dirimu jadi sebuah titik dalam sebuah bangun ruang, tidak berbentuk, tidak mempunyai luas dan tidak mempunyai volume, bisa berpindah, tapi tidak mempuyai energi kinetik dan potensial, peka terhadap hukum Newton tapi tidak berlaku kekekalan masaa karena memang tidak ada berat, tanpa gravitasipun aku yakin kamu akan ada.
Lalu siapa penciptamu, apakah kamu ada karena teori Bigbang atau teori-teori lain dalam fisika?
Mungkin bisa jadi kamu adalah makluk hidup yang mikroskopis, tercipta dan berevolusi seusia dengan Bumi terbentuk, lalu ceritamu akan coba dijelaskan oleh professor di kampusku dulu, teruntai dengan jutaan kali ujicoba dan ratusan triliun rupiah dana penelitian, hanya untuk mengetahui apa dan siapa penciptamu.
Misalkan juga, aku juga adalah sebuah titik, titik yang sempurna, selalu berjaan ketempat yang ada cahaya, dan kita bertemu dalam sebuah lingkaran yang bernama kehidupan, bisakah kita saling jatuh cinta untuk sebuah kemungkinan?
Kita adalah sama, sebuah titik, tanpa asal-usul, satu dimensi, tanpa luas dan tanpa volume. Tapi kita sama, ya, sama, kita bisa bergerak dan gerakan itulah yang membuat kita bertemu.
Dalam sebuah cerita, kita adalah titik dari kumpulan titik-titik lainnya, dan titik-titik itu selalu tersebar bebas, seperti taburan bintang-bintang.
Jika bebas untuk memilih, haruskah kita akan tetap jadi titik dan titik?
Seduh kopimu, nanti terlalu dingin, mungkin kita harus mengitari untaian titik-titik lain untuk mengumpulkannya agar kita bisa jadi sebuah garis lurus yang mempunyai dimensi, setidaknya kita bisa terdefenisi, agar mereka mengerti bahwa titikpun ada karena diinginkan penciptanya.

Arah Dairi Kedepannya

                                                     Arah Kabupaten Dairi Kedepannya Sebagai penduduk Kabupaten Dairi yang sedang merantau, ...