Senin, 09 September 2013

Air terjun dan Datu di seberang Kampung ( Cerpen )

Air terjun dan Datu di seberang Kampung ( Cerpen )
Oleh : Rinaldi Sinaga
 Jika kau pernah mendengar cerita tentang air terjun diseberang kampung yang airnya mengalir tanpa bermuara. Airnya akan tertelan keperut bumi melalui hutan belantara yang ada disebelah tenggara desa. Lalu suatu saat nantinya air itu akan datang dari sang pencipta, mengalir dan akan menjadi air terjun lagi. Begitulah mungkin siklus air terjun yang beredar diantara warga desa, meskipun tidak akan pernah tercatat dibuku-buku IPA tetapi mereka akan tetap percaya. Peristiwa itupun akan menjadi cerita hangat diantara warga karena air terjun itu hanya akan muncul jika musimnya tiba. Atau hanya mengalir jika nantinya akan ada peristiwa, begitulah kata-mereka yang sudah lanjut usia. Namun pernah ada guru fisika yang baru datang dari kota mengamati gejala itu, dia berpendapat itu hanyalah gejala alam yang sudah biasa. Sehingga dia menjadi dibenci para tetua karena teorinya itu. Dia pun tetap apa adanya, sehingga seminggu kemudian para tetua mewakili warga mengusirnya.
Guru fisika yang malang, dia menjadi malang melintang hanya karena teori yang menantang. Dan dia pun kembali berpetualang, mengajarkan apa yang dia tahu tentang alam. Meskipun harus melayang dalam mimpi yang membayang.
**
Jika hujan kembali datang, semua warga akan melakukan sesuatu agar tidak terjadi pantang, menusukkan pisau tanpa gagang di depan pintu . Karena pada saat itu, dia pemilik air terjun yang sangat mereka takuti akan melewati semua pintu dikampung itu menuju air terjun untuk mandi. Dan jika hujan tiba-tiba saja berhenti, pemilik air terjun itu diyakini tidak jadi mandi karena salah satu pintu belum ditancapkan pisau tanpa gagang. Dan warga yang pintunya belum ditancapkan pisau itu akan berutang seekor kerbau kepada pemilik air terjun. Maka dia harus mengajak semua warga untuk mengajak semua warga kampung berpesta ditempat air terjun itu jika musim kemarau mengganggu.
Berbeda halnya jika hujan terus menerus datang, itu artinya pemilik air terjun yang mereka takuti-tapi tetap juga mereka tunggu- sedang menikmati mandinya dibawah air terjun itu. Tetapi pada saat hujan itu datang terus-menerus, semua tanah akan tertutup air hingga puluhan centimeter tingginya . Saat itu air terjun itu juga seperti Niagara dengan airnya yang keruh. Hanya saja tidak pernah ada warga yang sempat melihatnya, karena saat yang sama rumah mereka tertimpa bencana. Air yang naik akan merendam rumah dari ujung ke ujung kampung. Tetapi warga tetap percaya, itu adalah pembersihan rumah mereka dari segala penyakit dan dosa yang mereka buat selama semasa.Tapi saat bencana itu datang, akan terjadi sesuatu yang berbeda dengan keluarga Bagading yang rumahnya ada dilereng dekat air terjun itu. Mereka tidak akan mengalami apa-apa, sehingga mereka dapat menikmati air terjun niagara yang keruh itu. Warga yakin mereka adalah yang diberkati.
Dan sumber pendapatan mereka juga berasal dari situ, mereka akan menampung sebanyak-banyaknya air yang mengalir dan berbusa dari air terjun itu. Karena mereka yakin itu adalah air yang telah dimandikan pemilik air terjun yang mereka takuti.
Ketika hujan berhenti dan air mulai mengering, orang-orang dari penjuru kampung akan berlomba-lomba menuju rumah keluarga Bagading untuk membeli air yang ditampung itu. Air yang pada dasar tempayannya juga mengendapa semacam tepung itu, dan endapan itu juga mereka yakini dapat mengobati semua jenis guna-guna. Dan air itu jika dimandikan akan mengobati semua jenis penyakit kulit.
Tapi semenjak pengusiran guru fisika dulu, peristiwa itu tidak pernah terulang lagi. Peristiwa yang membuat mereka seperti kehilangan sesuatu. Mereka telah membuat beberapa pesta dan memotong kerbau, tetapi hasilnya tetap sama saja, suasana didekat air terjun yang mengering itu kini telah berdebu.
Bagading yang memperoleh penghasilan utamanya dari situ mulai menjumpai seorang datu diujung kampung. Sedangkan diantara warga mulai simpang siur membawa berita tentang guru fisika yang sudah entah dimana. Dan mereka yakin guru fisika itulah yang membawa bencana.
Sepulang dari ujung kampung, Bagading membawakan berita yang membuat geger seluruh penghuni kampung. Pemilik terjun mengingini lima perawan desa untuk membuat masalah itu rampung.
Warga kampung mulai was-was, gadis-gadis desa yang masih perawan ketakutan setengah mati. Dalam suatu kesepakatan, para orang tua mengantarkan mereka pada malam hari menuju stasiun di ibukota kecamatan untuk di ungsikan kekota. Sehingga tidak akan jadi tumbal pemilik terjun itu.
Paginya, semua warga yang tidak punya anak gadis merasa heran dan curiga. Di kampung itu terasa lengang, seperti tidak adalagi yang membuat ceria. Gadis-gadis yang biasanya ramai-ramai kesungai dipagi hari kini tiada lagi. Kecuali putri semata wayang bagading, pagi ini dia kesungai sendiri, mencuci bekas penampungan air terjun yang sudah kering dan berkerak.
Dan menurut cerita yang kubuat, disana dia menemukan bunga disana, Dia percaya bunga itu berasal dari kerak yang dicucinya.
Dia lalu berlari-lari seperti gadis kecil yang menemukan pita menuju rumahnya. Menunjukkan bunga itu pada Bagading ayahnya. Lalu Bagading akan menunjukkannya pada semua warga. Berdasarkan musyawarah mufakat yang tercipta mereka akan membawanya kepada datu yang ada diujung kampung, menanyakannya tentang apa makna penemuan bunga yang berasal dari sisa kerak air terjun itu.
Setelah mendapat petunjuk mereka mulai membuat tenda didekat tempat air terjun yang kini berdebu, memotong kerbau tujuh ekor juga lembu satu ekor untuk dipersembahkan kepada bunga dan juga pemilik air terjun.
Selesai pesta, karena lelah semua warga tertidur lelap dirumah masing-masing.
Lalu bermimpilah seorang warga, Dia melihat diujung sungai seorang yang datang entah darimana. Lalu dia meyakini itu adalah titisan. En tah mengapa, setelah selesai bermimpi, dia langsung terbangun, maka ketika masih pagi buta, dia segera pergi kerumah Bagading. Dan ketika melewati bunga yang baru mereka pestakn semalam, dia melihat bunga itu bercahaya. Mungkin pertanda begitulah pemikirannya. Ketika sampai dirumah Bagading, dia melihatnya sedang bertapa, menyembah lukisan didinding kamarnya yang tampak seperti lukisan manusia purba. Tapi Bagading sepertinya mengetahui kehadirannya, mengakhiri pertapaanny dengan bersujud hingga bokongnya lebih tinggi dari kepala, sesudah selesai, diapun membukakan pintu.
Lalu mereka mulai bercerita ini itu, hingga matahari menjelang mereka mulai mengumpulkan semua warga, memceritakan tentang mimpi yang mereka yakini sebagai petunjuk berharga dan mungkin harganya melebihi emas hadiah piala dunia. Lalu semua warga laki-laki menyusun gerombolan-gerombolan menyerupai batalion tempur. Mereka bergerak seperti akan melakukan operasi geronimo. Meski mereka sebenarnya tahu yang mereka cari sebenarnya hanya mimpi. Sedangkan wanita-wanita mereka akan mempersiapkan hajatan makan siang dikampung, sehingga suasanapun seperti pesta.
Tetapi hingga sore mereka tidak menemukan apa-apa, mereka kembali meminta petunjuk kepada datu diujung desa. Lalu dengan petunjuk yang mereka percaya, merekapun memutuskan bahwa titisan itu adalah guru fisika dengan teorinya, sayangnya kini dia sudah entah dimana.
Untungnya sang datu punya solusi, dia lalu meminta bunga yang dulu dapat putri bagading untuk dijadikan petunjuk. Tetapi bunga itu kini layu dan warnanya tidak ada lagi.
Warga pun terkesima, karena sesungguhnya bunga itu tidak ada bedanya dengan bunga-bunga lain yang mereka pelihara. Dengan serta merta, semua warga pun membuang bunga itu kejamban pembuangan di hilir sungai. Namun anehnya, ketika bunga itu dibuang, malamnya putri semata wayangnya Bagading menjadi sakit, badannya panas, lalu kalau tidur akan terus-menerus menyebut nama guru fisika itu.
Warga mulai percaya, htulah yang namanya guna-guna. Orang-orang yang masih menyimpan air dari air terjun itu segera datang membawakannya kerumah Bagading.
Tetapi gadis itu tidak sanggup meminumnya karena rasanya yang hampir tidak ada bedanya dengan tanah. Ayahnya menasehatinya dengan menyatakan bahwa sesungguhnya obat itu memang tidak enak.
Dengan terpaksa, gadis itupun meminumnya, baru sedikit saja, dia pun muntah-muntah. Ketika semua yang disana melihatnya muntah, mereka percaya bahwa guna-guna itu sudah keluar dari gadis itu.
Tetapi malah sebaliknya, penyakitnya semakin menjadi-jadi. Kali ini pun dengan terpaksa bagading membawa putri semata wayangnya kedatu diujung desa. Lalu sang datu bertapa mengucapkan mantera yang lebih baik dikatakan mengingau saja. Sesudah itu berkata bahwa puteri bagading akan sembuh ketika waktunya tiba.
Sebulan sesudah itu, puteri Bagading tidak juga sembuh. Dia mulai curiga, jangan-jangan Datu itulah yang punya ilmu guna-guna. Dia mulai mempengaruhi warga, terlebih pardo dan komplotannya yang menyimpan dendam kepada sang datu karena masalah gadis-gadis perawan yang dulu.
Mereka lalu menikamnya, saat itu sang datu sedang menikmati tidur dengan istri tercintanya yang masih muda. Dua-duanya pun mati tanpa sempat bersuara, sayangnya darah keduanya sempat menyatu. Karena menurut cerita darah dua yang menyatu ketika meninggal dunia akan menjadi hantu.
Sejak saat itu, malam-malam dikampung itu jadi sepi, jam enak sore rumah-rumah telah tertutup pintunya.
Siang harinya, warga sering bercerita melihat sepasang pengantin yang melewati jalan didepan rumah mereka. Lain lagi dengan versi warga yang berbeda, kalau ditanya setiap warga akan melihat hantu yang berbeda meskipun intinya tetap sama yaitu sepasang hantu. Begitulah dikampung itu berbulan-bulan lamanya, sehingga mereka lupa tentang air terjun yang istimewa dan juga puteri bagading yang sudah keluar dari alur cerita. Hingga suatu malam kira-kira jam sembilan, hujan pun turun dan mulai menggenang semua rumah warga, mereka lupa atau mungkin juga takut menancapkan pisau didepan pintu rumah karena tidak berani bertemu hantu datu dari ujung kampung beserta istrinya.
Hujn terus menerus datang. Hingga suatu hari di sebuah koran memuat mengenai sebuah kampung yang hilang kena terjangan banjir..

Arah Dairi Kedepannya

                                                     Arah Kabupaten Dairi Kedepannya Sebagai penduduk Kabupaten Dairi yang sedang merantau, ...