Minggu, 17 Januari 2016

Surat Untuk Heaty 3

Heaty, apa kabarmu?
Mungkin aku ingin menanyakanmu beberapa pertanyaan yg menurutku terlalu berlebihan, kenapa, karena aku mencintaimu dan seperti yg kau tahu dan pernah kau katakan bahwa cinta itu bodoh.
Heaty, aku hanya mencoba beralih dari tulisan-tulisan lebay dan galauku itu, ya aku ingin melupakanmu, tidak lagi menulis tentangmu.
Kau tahukan, hal terbodoh  yg mungkin pernah kulakukan adalah malu-malu saat melihatmu, atau hal apapun itu.
Aku tidak bisa lagi menulis hal-hal sentimentil heaty, aku ingin jatuh cinta kepada seorang gadis cerdas yg hidup dalam logika, tidak menyukai tulisan-tulisan  sentimentilku, tidak membiarkan aku menghabiskan waktuku dengan menghayal.
Ya, sepertinya aku jg pernah bertemu dengan gadis seperti itu, sayangnya aku selalu menyia-nyiakan kesempatanku.
Pernah suatu kali heaty aku mencoba untuk benar-benar jatuh cinta pada seorang gadis, tapi kau tahukan apapun yg terpaksa itu tidak enak.
Aku memang penghayal tingkat ulung, aku juga bukanlah seorang yg ideal untuk siapapun dan kapanpun, jgn tanya mengapa heaty, karena aku memang sudah tidak ideal denganmu.
Kau tahukan, aku mencintaimu tetapi melihatmu saja hatiku sudah bergetar beelebihan, kau tahukan, itu sebuah kekonyolan untuk lelaki sentimentil sepertiku.
Seorang penulis pernah berkata bahwa lelaki penulis itu adalah seorang pecundang, pengecut sempurna yg sangat setia kepada kepengecutannya itu.
Kau pahamkan kenapa lelaki penulis itu pengecut?
Begini Heaty, saat aku mencintaimu, maka aku akan menjadikanmu tokoh ceritaku, seorang gadia yg sempurna dalam tulisanku lalu dalam cerita itu aku akan berkenalan dgnmu, lalu pacaran dan menikah, di endingnya kita akan akan membuat menjadi pasangan sempurna, in love forever and a day.
Bukankah itu sebuah kebodohan bahwa aku berani mencintaimu dalam fiksi tetapi dalam kenyataan tidak punya nyali.
Benarlah kata kawanku bahwa cinta itu kadang hanya perkara nyali dgn begitu ada pepatah yang menyatalan bahwa siapa berani dia dapat.
Heaty, dalam tulisanku kali ini aku tidak ingin berjanji apapun untukmu, aku sadar bahwa air akan mengalir dengan sendirinya, musim berganti secara teratur dan waktu juga akan terus berlalu hingga suatu hari nanti mungkin akan kutemukan kau dititik paling sempurna dan kau harus tau, mungkin setelah sekian lama aku akan berhenti menulis untukmu bukan berarti aku tidak mencintaimu karena kadang cinta juga harus diberikan kebebasan dan biarkan cinta menemukan jalannya sendiri aesangkan kita?
Kita nikmati hidup kita Heaty sampai suatu saat kau menyadari ada seorang pecundang yg mencintaimu dan menulisi surat kepadamu..

Kamis, 14 Januari 2016

Perempuan Fiksi

Aku sedang mengimajinasikan sesuatu sore ini.
Seorang gadis yang sedang duduk di sebuah perpustakaan yang sepi, aku mencoba membayangkan jika dia sedang menulis sesuatu dibukunya, mungkin sebuah cerita atau mungkun hanya sebait puisi.
Ya, dia bukan seperti gadis-gadis lainnya yg biasa kulihat diperpustakaan, menggunakan earphone dan mengerjakan tugas. Tidak, gadis yg ada diperpustakaan itu adalah seorang gadis yg sedang menulis, mungkin dia menulis karena jatuh cinta, bukankah ada seseorang pernah berkata bahwa siapapun bisa menjadi penulis yang romantis ketika sedang jatuh cinta?
Tidak, dia tidak sedang jatuh cinta. Matanya memerah dan kulihat juga dia berkali-kali menghapus air matanya dengan saputanganya, mungkin sapu tangan yang penuh kenanga, ah, sentimental.
Sudah sangat jarang aku melihat gadia yang begitu, sangat jarang melihar gadis yg menulis sesuatu dibuku, biasanya mereka menulis apapun yg terjadi di sosial medianya.
Lalu aku akan pura-pura mencoba mendekatinya dengan membaca sebuah buku yg sebenarnya tidak masuk akalku, tetapi untuk kelanjutan tulisan ini aku mencoba menyukai buku tsb.
"Bisakah saya duduk disini?"
Gadis itu menoleh sejenak, mungkin untuk menyembunyikan airmatanya, kulihat dia mengangguk.
Aku lalu duduk dan berkata, "Sepertinya anda sedang menulis sambil menangis, apakah sesuatu yg anda tulis itu menyedihkan?"
Dia diam.
Sudah berkali-kali aku membaca tulisan tentang seorang gadia sentimentil, berkali-kali juga aku menemukan mereka. Ya, teramat banyak alasan mereka untuk menangis, mulai dari kekasihnya yang tidak mengingatkannya untuk makan malam, lupa hari ulang tahunnya, selingkuh, tidak setia ataupun hubungan yg berakhir, mungkin karena tidak cocok ataupun tidak ada restu.
Lalu tentang gadis didepanku?
Mengapa dia menangis?
Aku hanya mencoba membayangkan, mungkin dia menangis karena pagi ini ketika dia ke kampus dia melihat seorang lelaki yg telah lama disukainya sedang berjalan dengan kekasihnya, setidaknya dia sempat melihatnya begitu romantis sehingga jiwanya yang begitu sentimentil itu terluka sehingga dia memutuskan untuk ke perpustakaan untuk menulis semua isi hatinya.
Tidak, tunggu dulu!
Sepertinya dia adalah seorang gadis cantik dan manis, siapa yang tidak menyukai gadis seperti itu?
Ah, mungkin dia datang keperpustakaan ini karena ada sesuatu yang mengganjal dihatinya, ya mungkin hubungannya dengan kekasihnya, kekasihnya mungkin akan segera wisuda dan dia akan ditinggalkan. Ah, itu rasanya terlalu lebay..
Lalu apa kemungkinan yang paling cocok untuk seorang gadis manis yang duduk menangis sambil menulis disebuah perpustakaan yang sepi?
Aku tahu, dia gadis yang baik dan dia baik-baik saja. Aku hanya butuh nyali untuk bertanya langsung kepadanya, "Anda kenapa?"
Lalu dia akan menjawab, "Terserah kau buat aku mengapa dalam ceritamu karena aku adalah gadis dalam ceritamu ini.."
Lalu karena ini adalah sebuah cerita, gadis itu kembali mengambil sapu tangannya, mengelap airmatanya lalu menutup bukunya sambil tersenyum dan berkata, "Terlalu banyak cerita dan kadang perlu sentimental untuk menulis cerita.."
Dia lalu berdiri dan berkata, "Kau pasti tidak menyukai buku yang kau baca itu, kau datang kesini hanya untuk menyapaku bukan, kalau begitu simpanlah bukumu, kita akan jalan-jalan.."
"Kemana?"
"Istana Wakayama atau sungai Kinokawa, kalau sempat kita juga akan ke Heaton Park dan menghabiskan senja di Sungai Irwell. Nanti malam sekitar jam delapan kita akan menonton derby Manchester di Old Traffold, kau mau?"
"Ya, tentu.." jawabku langsung menyimpan buku yang kubaca.
"Tapi ada satu permintaanku..."katanya tiba-tiba.
"Apa itu?"
"Aku tahu kau tidak punya pacar!"
"Jadi?"
"Ya, jangan sampai kau memintaku jadi pacarmu, aku ini tokoh fiksimu penghayal!!!"
Shit!
Hahaha :D
Kami lalu bergerak meninggalkan perpustakaan dan aku baru benar-benar sadar bahwa ini  hanyalah imajinasi saja

Jumat, 08 Januari 2016

Tentang Gadis dengan Senyum Manisnya itu.

Catatanku kali ini mungkin agak berbeda dgn catatan yg lainnya, mungkin karena ada senyum yg menyelip dalam imajinasiku saat aku mencatatanya.
Oh ya, berapa persenkah dosis senyum dalam setiap rasa suka?
Aku tidak tahu, tetapi rasanya senyum bisa mengalahkan sebuah imajinasi, senyum dari seorang gadis disuatu sore yg sederhana, senyum dengan tatapan malu-malu.
Senyum itu, senyum yg jika dilihat Michael Learn to Rock, aku berani bersumpah jika mereka akan langsung merilis sebuah lagu baru hanya karena senyum manisnya itu.
Bisa kubayangkan, seandainya suatu sore aku sedang duduk taman musim gugur Heaton Park menunggu giliran naik trem tua dengan bunyinya yang minta ampun ributnya itu, lalu gadis itu datang diiringi guguran daun mapel dengan senyum manis dan tatapan malu-malunya. Duduk disampingku sambil bertanya, "Mau naik trem juga?"
"Ya," jawabku dengan kalimat yg sangat grogi.
Lalu kulihat dia mengeluarkan jaket sambil berkata, "Manchester sedang musim gugur, seminggu lagi akan musim salju, dinginnya mulai terasa ya.."
"Ya.."jawabku lagi semakin kaku.
Dia mulai menggunakan jaket warna hitam bergaris merah itu, kulihat ada tulisan Manchester United di bagian belakang, ah, dia tampak sangat cantik dan senyum manis masih tersungging dibibirnya, sepertinya senyum itu susah lekang dari bibirnya. Itu membuatmu jadi berpikir, "apakah dia tersenyum semanis itu kepada semua orang, kalau ya, sudah berapa orang yg jatuh cinta kepadanya hanya karena senym itu?"
Astaga, rasanya itu lebih indah dari pada pemandangan senja dengan matahari yg terbenam di pelabuhan Manchester.
Saat angin musim gugur berhembus, rambutnya beterbangan seperti guguran daun, dengan buru-buru dia mengikatnya sambil berkata dengan senyumnya ," Kau terus memperhatikanku.."
Aku sudah berkali-kali membaca tentang sebuah pertemuan di taman, spekulasi tentang cerita romantis yang dipaksa berakhir bahagia, namun baru kali ini aku terperangkap dengan cerita yg sama, dengan seorang gadis manis dengan senyumnya.
Saat tremnya datang, kami naik bersama, ketika aku duduk, dia datang dan bertanya, "Boleh duduk disini?"
"Tentu.." Jawabku pasti.
Lalu kami mengelilingi Heaton Park, rasanya itu seperti mengelilingi senyumnya, sesekali kami saling berpandangan lalu meyunggingkan senyum masing-masing.
Ya, senyum itu, senyum yg mungkin tidak mudah untuk dilupakan, senyum yg mungkin sudah membuat puluhan lelaki lainnya jatuh cinta kepadanya, senyum yg menginspirasiku untuk menulis catatan ini sambil mendengarkan lagunya MLTR.
Aku kadang berpikir, sudah seberapa banyak seorang lelaki sentimentil yg menulis berbait-bait puisi, berlembar-lembar fiksi hanya karena senyuman seorang gadis?
Aku tidak tahu apakah itu hal yg sangat buruk atau malah sesuatu yg sangat menarik, tetapi tentang gadis di Heaton Park dengan senyum manisnya itu kami masih sempat menghabiskan waktu bersama hingga kami terpisah di stasiun Piccadilly lalu berjanji untuk bertemu lagi di Old Traffold untuk menonton derby Manchester, aku yakin dengan senyumnya Manchester United bisa menggilas tim sekotanya itu.
Oh ya, ketika akan berpisah aku masih ingat menanyakan namanya, "Liana.." ucapnya dengan senyum manisnya.

Arah Dairi Kedepannya

                                                     Arah Kabupaten Dairi Kedepannya Sebagai penduduk Kabupaten Dairi yang sedang merantau, ...