Sabtu, 15 September 2018

Jalan Setapak yang lama Tak dilalui

Jalan Setapak yang lama Tak dilalui

Jadi, sekian lama aku disini, hampir setiap Sabtu sore aku rajin jalan kaki keliling2 hutan Konservasi ditengah kebun, cukup luas hampir sekitar 20 Ha, banyak pohon-pohon khas disana seperti Ulin, Meranti dan Kahoi dibeberapa kayu besar diberi nama latinnya. Selain itu, juga ada hewan-hewan seperti Beruk, monyet bahkan banyak juga satwa yang dilindungi.
Saya senang keliling disana saat sore Hari karena ada jalan setapak melintasi tengah Konservasi, ada juga Sungai kecil berair jernih dan genangan berbentuk kolam seluas 25m2 dan Saya sering duduk didekat itu, banyak iakan-ikan kecil berkeliaran dan dari jejak yang Ada disekitarnya aku tahu, banyak juga orang yg datang untuk memancing disana.
Berjalan lebih kedalam lagi menyusuri jalan setapak, akan jumpa tanjakan yg cukup terjal, lalu padang ilalang dan bukit Batu, dan diatas bukit batu itu sangat indah untuk memandang menikmati sore, nun jauh nampak jalanan aspal Menuju kotabangun dan perumahan kebun yg tertata rapi, juga gradasi matahari yg menurutku cocok untuk menulis sebait Dua bait puisi atau sepenggal cerpen, setiap kesana aku sering menghabiskan waktuku untuk menghabiskan sore sampai matahari benar-benar terbenam!
Jadi setelah berbulan-bulan dan sering pulang malam, aku tidak pernah lagi kesana.
Sore tadi, sehabis tidur siang, sekitar pukul empat, kupakai sepatu, menggunakan kaos Oblong dan celana pendek, aku berjalan menelusuri jalan kebun Menuju ke Hutan Konservasi itu, awalnya biasa saja, tapi ternyata air jernih yg mengalir itu ternyata kering, dan kolam dengan ikan-ikannya itu juga mengering, tersisa tanah berlumpur.
Lalu aku berjalan terus dan menyadari jalanan setapak yg biasa kulalui rumputnya sudah tinggi-tinggi bahkan aku lupa arah jalan Mana yg biasa kulalui, semak dimana-mana, ilalang juga semakin banyak, untung saja dari jauh masih terlihat bukit Batu yg biasa kukunjungi, jadi tanpa memperhatikan jalan yg biasa kulalui, kutembus saja semak-semak itu samapi kulit kaki dan tanganku gatal-gatal tergores ilalang, aku tidak peduli karena nekat bercampur takut juga, sebab disini katanya banyak juga ular, hahaha
Sampai bukit batu, aku baru ingat ternyata jalan Naik dari ujung sebelah dan banyak kayu-kayu yg tumbuh mengelilinginya, malas kearah itu, kuputuskan memanjat saja, toh tingginya hanya sekitar tiga meteran saja dan tidak terlalu terjal.
Tapi ternyata sial juga, kakiku tergelincir dan aku terjatuh, lututku lecet-lecet, kupaksakan juga sampai akhirnya aku sampai diatas bukit batu itu.
Sampai diatas, ternyata matahari sudah hampir terbenam seluruhnya, aku baru sadar ternyata hampir dua jam aku melewati jalanan yg biasanya kutempuh sekitar 45 menit saja!
Duduk sebentar untuk beristirahat, lalu aku memutuskan untuk langsung pulang saja, kalau sempat matahari benar-benar tenggelam, bisa-bisa aku tidak pulang karena jalan sudah tidak kelihatan dan jalan setapak juga sudah ditumbuhi semak belukar, belum lagi kakiku yg masih terasa sakit dan ngilu, ah, lappetlah memang.
Rencana manikmati sore saja, tapi yg kutemukan tidak lagi seperti yg kuinginkan.
Ah, memang benarlah ungkapan yg berkata bahwa jalan setapak yang lama tidak dilalui akan hilang.
Aku sadar bahwa ungkapan ini berlaku untuk beberapa kemungkinan, bahkan kawan Kita saja yg lama tidak menjalin komunikasi akan hilang begitu saja dan Kita akan susah payah untuk menjalin kembali sebuah keakraban.
Dan, ah,
Semoga saja seseorang disana tidak hilang dan melupakanku meskipun sudah lama kami tidak saling berkomunikasi dan saling menyapa!
Semoga saja 😂
-15 September 2018

Arah Dairi Kedepannya

                                                     Arah Kabupaten Dairi Kedepannya Sebagai penduduk Kabupaten Dairi yang sedang merantau, ...