Rabu, 06 Juni 2018

On Progress

On Progress

"Jika Ada satu hal yg unik dalam Akuntansi Perkebunan, maka itu adalah tentang Capitalisasi biaya dan pengajuan Asset Mature, yaitu semua biaya yg dikeluarkan sampai tanaman itu menghasilkan akan dikapitalisasi sampai dibuat mature plantation report.." Kata Bapak itu menjelaskannya, mengajar kami yg hanya 4 orang.
"Jadi kalau pekerjaannya di Immature harus dibedakan akun dan cost center, ketika nantinya sudah dibuat mpr, maka semua biaya tsb ditarik utk ditotal dari setiap cost center, jadi itulah yg akan diakui sebagai Asset! Bagaimana? Paham?" Katanya lagi.
Aku hanya mengangguk-angguk takzim dan ngantuk.
"Lalu bagaimana dengan bangunan dan biaya yg masih on progress saat tutup buku atau akhir tahun?" Katanya lagi seakan bertanya kepada dirinya sendiri karena sadar tidak ada satupun diantara kami yg memperhatikan.
"Lihat, misalnya kontraktor ABC sesuai kesepakatan kontrak membuat timbun tanah dan jalan di Immature dan hingga akhir tahun hanya selesai 75% kalian tahu kenapa?"
"Kontaktornya malas Pak.." jawab temanku dengan asal.
"Ya, bisa jadi, tapi jgn langsung menyatakan itu, Kita harus menelusurinya apa alasannya, bisa jadi kesalahannya ada pada pihak kita.."
"Oke Pak!"
"Oke kita lanjut, contoh lain, jika CV CBA membangun sebuah Jembatan beton di Mature dan progress nya hingga akhir tahun juga hanya 75%, dan dalam kedua Kasus tersebut kedua kontraktor harus harus dibayar sesuai dengan progress kerjanya.."
Ponselnya berbunyi, dia keluar sejenak dan mengangkat telepon, aku menggerakkan baranku kekiri dan kekanan untuk mengurangi rasa ngantuk yg berlebihan.
Dia kembali lalu mengemas tas dan berkata,
"Oke, sampai dimana tadi?"
"Pembayaran kontraktor Pak!"
"Oh ya, bagaimana pengakuan dan pencatatannya itu, bagaimana pelaporannya diakhir Tahun pada GL dan Neraca?"
Dia tersenyum, lalu berkata, "Oke lain waktu kita teruskan ya, saya panggilan, tetap semangat ya!" Sambil melambai kepada kami.
Kami saling berpandangan satu dengan yg lainnya, seperti kebingungan, sampai seorang teman berkata,
"Pengajar hanya menyelesaikan materinya 75% dan meninggalkan kalimat tanya, kenapa itu bisa terjadi?"
"Yang diajarinya malas Pak.." jawabku asal dgn logat yg dicocok-cocokkan.
"Oke, bagaimana pelaporannya jika mereka malas?"
"Entahlah, akupun tidak tahu, mungkin bisa jadi pelaporannya on progress, karena pengetahuan Kita itu masih tanggung-tanggung.."
"Lalu apakah cost untuk memperoleh pengetahuan Kita itu nantinya dikapitalisasi sebagai Asset atau langsung diakui sebagai biaya?"
"Hahaha, Assetlah!!"
"Iyalah, itu asset yg berharga, makanya latih terus pengetahuanmu itu, jgn main hape terus kerjaanmu!!"
"Iya, ya, kalau pertanyaan Bapak itu tadi?"
"Sttt, nantilah Kita cari dibuku Akuntansi, karena pernah kubaca ada yg namanya akun prepaid untuk menampung semua cost yg nantinya akan Kita akui sebagai biaya dan akun CIP ( Construction in Progress) untuk menampung biaya yg nantinya Kita akui sebagai Asset.."
"Keren, pengetahuanmu asset berharga juga bro!!"
"Apanya berharga?!"katanya malu-malu.
"Jadi kemana Kita ini?"
"Ngopilah dulu sambil ngerokok nunggu sore!"
"Cocok itu, tapi jgn diskusi tentang Akuntansi lagi ya, pening kepalaku.."
"Iya, kepalamu memang bukan asset, tapi cost center 😂"
"Hahaha, lappetlah kau!"

Pariban - Sebuah Catatan

Pariban - Sebuah Catatan

Seorang teman meminta opini kepadaku tentang pariban, kusuruh dia mencari di Internet tentang apa dan bagaimana tentang pariban itu, banyak yg bisa kamu dapatkan tentang pariban, jauh lebih dari yg sekedar kamu bayangkan!
Pariban, dalam berbagai Kasus dalam kehidupan Batak (sejauh yang saya ketahui, bukan hasil riset) adalah sebuah topik yg sangat banyak dibahas, baik dari segi cerita dalam bentuk cerpen, novel, hingga film, ulasan-ulasan Dan artikel ringan hingga topik ilmiah. Pariban, dari berbagai sudut pandang, selalu menjadi percakapan dan bahan saat berjumpa teman dan Keluarga. Pariban juga, selalu menjadi opsi pertama, dan tentu, Opsi terakhir untuk menjadi teman hidup.
Pariban juga, sering menjadi orang yg malu-malu bahkan malu-maluin saat bertemu, terlebih dengan kawan-kawan 😅
Pariban, sebuah topik yg kadang dijadikan tokoh antagonist dalam sebuah Novel, karena menjadi penghalang hubungan seorang lelaki Batak dengan Gadis yg disukainya, pariban juga adalah orang yg hampir tidak ada catatan romantis tentang dia 😎
Dalam Batak, semua pasti punya pariban, karena kalau dicocok-cocokkan, dalam partuturan, akan jumpa asal-usul, akhirnya Kita akan menemukan pariban Kita, marga dan boru apa saja.
Tentang hubungan dengan pariban?
Aku tidak punya catatan banyak, tidak Ada pengalaman mendetailku dengan pariban, tetapi setidaknya, aku pernah membaca bahkan membuat sebuah cerita tentang pariban.
Tentang pertanyaan temanku mengenai pariban, aku hanya memberi opini, semua hubungan tergantung kepada gantungannya 😀
Entah itu pariban, entah tidak (selagi tidak tarito) adalah sebuah hubungan yg perlu dibina, tidak terlalu banyak unsur pariban atau tidak yg akan mempengaruhinya.
Tetapi jika menikah sama pariban, tondong tidak bertambah banyak, tetap itu-itu saja, hehehe
Lalu, jika ada Satu hal yg sering membuat saya bertanya-tanya tentang pariban adalah,
"Apa kabar pariban?"

Note : Hanya catatan iseng, bukan untuk jadi perbandingan dan acuan.
06062018

Jarak

Jarak

Suatu sore yang sederhana kita berdiri memandang garis pantai yang memisahkan lautan dan daratan, mencari arti dan menghitung dimensi dalam pemikiran kita masing-masing. Lalu, kita akan berjalan, berkeliling, menghabiskan waktu hingga sore benar-benar menjadi senja dengan gradasi sempurna dan burung-burung yang berebut pulang kesangkarnya, lalu berganti lagi nun jauh, di langit, rasi bintang membentang.
Sejenak, kita mulai paham, bahwa bagaimana pun itu, semuanya itu adalah dimulai ketika waktu adalah nol, dan ruang ada sebagai tempat semuanya bermula.
Sama seperti awal berjumpa, di kelas Fisika saat sekolah menengah dulu, aku mengagumimu Dan kau mengagumi semesta, dan rasa itu, selamanya mungkin sama, mengikuti hukum kekekalan energi yang pernah kita persoalkan sebelumnya.
Juga, seandainya, dulu saat SMA Kita tidak bersama, di kelas Matematika, tentang logika, mungkin kesimpulannya adalah, Kita tidak mungkin akan saling jatuh cinta.
Ya, karena aku mencintaimu, dengan cara yang berbeda dan bahasa yang tidak terdefenisi dengan kata-kata. Semua itu bisa Kita hitung dengan angka, aku paham dan mungkin kamu juga mengetahuinya, bahwa Kita seringkali dicocok-cocokkan sebagai pasangan sempurna kata dan angka, sebuah filosopi sempurna untuk sebuah pasangan yang tidak pernah ada imbangnya. Dan sejak itu jugalah, mungkin, aku benar-benar menyukaimu dan tertarik Gaya gravitasimu, menulisimu surat-surat sentimental, menghitung dan mengumpulkan peluang untuk bisa mendapatkanmu bahkan mencoba menciptakan sebuah pola untuk membuatmu jatuh cinta.
Aku tahu, cara terbaik agar usaha tidak sia-sia, Hukum Newton membuktikannya, hingga diakhir semester kita bisa bersama, menikmati sore yang sederhana di sebuah pantai berbingkai semesta.
Meskipun ternyata aku sadar semuanya tidak hanya sampai disana saja, karena waktu adalah sebuah garis lurus yang tetap melaju semuanya bisa terjadi dalam dimensi waktu, aku ingat suatu hari kamu berkata kepadaku, bahwa tidak seharusnya bersama.
"Untuk alasan apa?" Tanyaku, lalu kamu tersenyum sambil berkata,
"Jarak.."
"Jarak? Bukankah bisa memilih untuk dimana kita berada?"
"Bisa.."
"Kita bisa memilih untuk kuliah Kota yang sama, kampus yang yang sama, sehingga kita bisa melewati apapun bersama.."
"Ya, bisa.."
"Lalu?"
"Tapi kita tidak punya kepercayaan yang sama!"
Aku tercengang, terdiam dan tidak bisa berkata apa-apa.
Dari sekian banyak konsep dalam perhitungan dan persamaan yang kutahu, aku belum menemukan itu, kepercayaan adalah jarak yang paling jauh dan memisahkan banyak hal tanpa dimensi, kepercayaan telah membuat perbedaan dan mengingkari logika.
Jika, saat itu adalah asal mula waktu, mungkin satu defenisi yang harusnya pahami, bahwa pada mulanya waktu adalah nol dan semua bermula ketika angka merangkak memulai perhitungan.
Lalu perlahan-lahan muncul dari persamaan-persamaan molekul-molekul atom, seandainya teori evolusi adalah landasan dari rasa cinta dan kata bisa menyederkanakannya, mungkin, malam itu, malam yang sederhana, kita tidak akan terpisah oleh jarak yang tanpa dimensi.
Dan seandainya juga malam itu, tidak terjadi perdebatan diantara Kita tentang awal dari alam semesta dan siapa penciptanya, seandainya juga   Kita tidak membaca tentang teori evolusi, tidak membaca sejarah, mungkin Kita tidak akan pernah sampai kesana.
Atau seandainya kita tidak pernah ada, eksistensi kita tidak nyata, Kita hanyalah cerita dalam ide pengarangnya, mungkin dia bisa mempertemukan Kita diakhir ceritanya.
Tapi diantara semuanya itu, yang paling mungkin adalah, seandainya ruang dan waktu bisa diundur, mungkin akan tahu kapan semua bermula dan jarak itu mungkin tidak pernah ada.
Tetapi semuanya konsep itu sirna, saat kita terpisah untuk menuntun langkah masih-masing,  dan aku paham jika suatu Hari nanti jarak itu semakin lebar saat kamu telah memutuskan menutup peluangku untuk bersamamu.
Hingga suatu hari yang sempurna, aku mendapat undanganmu, dan aku paham, bahwa jarak itu benar-benar ada, dan aku juga ingin kamu memahaminya dengan membaca berita tentangku Hari ini di Koran Kota, ya, kini aku ingin eksistensi hanyalah Ada dalam sebuah cerita, cerita yang suatu hari akan kamu sampaikan kepada anak-anakmu yang jatuh cinta kepada Alam semesta, aku juga ingin menyampaikan kepadamu, jaga mereka, akan tidak pernah terperangkap dalam jarak seperti dalam cerita kita. 
Salam dari semesta, jarak terjauh dalam defenisi yang pernah kita punya.

Arah Dairi Kedepannya

                                                     Arah Kabupaten Dairi Kedepannya Sebagai penduduk Kabupaten Dairi yang sedang merantau, ...