Jumat, 15 Mei 2015

Bayangkan jika dirimu adalah seorang lelaki yang selalu kesepian karena kenangan yang selalu membentang. Bayangkan juga disuatu sore yang sederhana, kau bertemu dengan kekasihmu disebuah taman yg tidak terlalu ramai di pinggiran kota M ini dan kekasihmu berkata, "Terima kasih untuk sajak-sajakmu, tetapi maaf, kali ini aku telah memutuskan utk tidak lagi jatuh cinta.."
Lalu kau akan mulai gundah, mencoba bertanya kepada rumput yg bergoyang, kepada daun-daun yg berguguran, burung-burung yang beterbangan, tentang sebuah hal,"Apakah kita berhak utk memutuskan kita akan jatuh cinta" tetapi mereka semua diam, seakan ikut merasakan galaumu.
Dan sejak peristiwabdi taman itu, kau akan memutuskan membaca ulang semua puisi dan cerita-cerita yg pernah kau kirim kepadanya, apakah ada yg salah, atau adakah seorang yg telah membuatmu kalah?
Hingga suatu pagi yg sempurna, saat kau menikmati segelas kopi dan membaca koran berisi berita biasa-biasa saja, ponselmu berdering dan sebuah pesan singkat masuk dari wanita yg kau cinta, "Cinta bukan perkara sajak atau cerita, belum tentu kata bisa membuat jatuh cinta. Kata sangat jauh intervalnya dengan nada, nada-nada dengan irama sempurna telah membuatku jatuh cinta.."
Kau tersenyum, pahit. Mungkin sepahit kopi tanpa gula yg kau nikmati pagi ini.
Mengapa?
Karena engkau tidak tahu apa-apa tentang nada, meskipun dgn sombong kau pernah berkata bahwa kau sangat suka sebuah band asak Denmark yang beberapa waktu lalu pernah konser di Indonesia,tetapi bukankah kau menyukai lagu-lagunya karena liriknya yg sentimentil?
Kau terdiam, kau amati pesan singkat itu dgn seksaa berharap ada inspirasi dari sana, setidaknya inspirasi patah hati yg melankolistis.
Kau teringat, saat pertama mengiriminya puisi, dia begitu bersemangat sambil berkata, "Setengah jiwaku tinggal dalam puisi.."
Dan kau tersenyum mengenangnya, tetapi kini kau telah menghabiskan waktu untuk mendengar lagu-lagu galau Jikustik yang menurutmu sangat sesuai untukmu.."Kapan lagi kutulis untukmu, tulisan-tulisan indahku yang dulu, pernah warnai dunia, puisi terindahku hanya untukmu.."
Kau memang tidak tahu apa yg ada didalam pikiran seorang wanita, kau juga tidak tahu apa yg dilihat mata beningnya itu, tidak tau apa yg diucapkan bibir tipisnya yg mungil dan kau jg tidak tau kemana sapasang kakinya akan menuntunnya melangkah. Tetapi satu yg pasti kau tau bahwa kau akan menantinya kembali.
Mungkin selama menanti kau bisa menulis beberapa buah puisi dan cerpen, merenungi hari-hari atau belajar memperpendek interval kata dan nada, kau juga bisa untuk mengingat kenangan tentangnya, mengingat kesalahan saat kalian bersama sehingga kau tidak lagi mengulangi untuk kedua kalinya.
Bukankah dalam tulisan yg kau tulis dulu kepadanya engkau pernah menyatakan bahwa hidup ini sederhana?
Sesederhana engkau yg selalu menulis kata-kata sambil menantinya, sesederhana jarum jam yg terus bergerak tanpa ada usaha utk menghentikannya, meskipun kau harus mengakuinya bahwa kau selaly membawakannya dalam doa karena kau pernah membaca bahwa hal teromantis dalam cinta adalah mendoakan orang yg kita cintai.
Kau memang harus menerima semuanya, meskipun harapan yang kau tanan seakan-akan tidak tumbuh dan berakar, tetapi kau tau bahwa suatu waktu nada-nada itu akan berhenti jika tidak ada lagi bunyi, tetapi dengan kata-kata dalam tulisan semua bisa abadi.
Hingga suatu senja yg sederhana, di taman pinggiran kota M, kau sedang duduk menikmati lagu Forever and a Day-nya MLTR, ponselmu akan berdering, sebuah pesan masuk dari nomor yang memang sudah benar-benar kau hapal mati,"Kau masih sendiri? Bolehkah aku menemani, aku rindu mendengar sajak-sajakmu dan membaca ceritamu.."
Kau tersenyum lalu mengerdip kearahku seakan berkata,"Memang benar katamu, cinta itu hanya tentang perihal kesabaran usaha  dan waktu.."
Lalu waktu berlalu, lampu-lampu temaram akan menaungimu berbagi cerita tentang apa saja saat kalian tidak bersama.
Satu watu berlalu karena memang satu momen hanya untuk satu masa..

Arah Dairi Kedepannya

                                                     Arah Kabupaten Dairi Kedepannya Sebagai penduduk Kabupaten Dairi yang sedang merantau, ...