Rabu, 07 Mei 2014

Catatan Bodoh


Apakah ada sebuah kisah yang pernah kita lupakan? Jika ya, maukah engkau menceritakannya untukku? Untuk sebuah harapan yang memang sudah jadi kenangan. Aku ingin mendengarnya darimu, sebuah kisah romantis tentang hujan.
Hari sudah beranjak malam, hujan masih turun deras, tetas-tetesnya terus membias setiap cahaya yang mengenainya, daun-daun gugur memenuhi jalanan dan aku masih menatapi tetes demi tetes air hujan yang bening itu.
Ada orang pernah berkata, jika engkau sedih menangislah ditengah hujan maka tidak akan ada orang yang tau engkau sedang menangis. Ah, ide yang bagus. Lalu berkali-kali aku mencoba menangis saat hujan, tetapi lama kelamaan aku sadar yang sedih bukan pikiranku dan sebenarnya bukan kesedihanlah yang kualami tetapi sebuah perasaan kesepian.
“Lelaki yang menangis itu terlalu sentimentil, aku tidak yakin seorang lelaki pernah menangis karena kesepian.”
Kau memberi komentar disebuah tulisanku yang kuposting di sebuah jejaring sosial dua tahun lalu.
“Tetapi kau menyukai lelaki yang sentimentilkan?”
Engkau hanya membalasnya dengan sebuah senyum.
Sejak saat itu aku sering menulis tentang hujan dan kau juga mengikuti setiap tulisanku, dan kau selalu memberikan tanda senyum disetiap tulisanku. Aku tau, ada ketertarikan dalam diriku, bukankah kebiasaan burukku jika aku sering membaca profilmu? Tidak ada postingan disana, tidak ada bukti kau menyukai karya sastra atau cerita dan satu yang hampir tidak bisa kuterima, akunmu seakan-akan tidak pernah dibuka setahun lamanya.
Lalu pernah sekali aku ingin bertemu denganmu, saat itu kutulis sebuah cerita tentang partemuan. Tetapi kau tahu? Bagiku sebuah pertemuan adalah sebuah tantangan gila untuk kehidupan sehingga karena kuanggap pertemuan itu tantangan dan aku adalah seorang yang benci tantangan maka kuputuskan untuk tidak menemuimu. Kuakui dalam sesalku aku sering mengutuki kepribadianku ini dan aku juga mengutuki diruku yang tidak berani menemuimu karena sejak itu tidak pernah ada lagi kabar darimu bahkan tidak pernah mengacuhkan tulisanku.
Kadang aku berpikir masa bodoh untuk hal itu, kadang juga aku berpikir untuk tidak mengacuhkannya, tetapi setiap aku membaca tetang tulisanku sejak pernah mengenalmu, rasanya sesal itu mengena juga dihatiku bahkan aku mencoba mengunjung profil jejaring sosialmu tetapi kutahu itu semua tidak berarti dan sia-sia.
Seminggu lalu kucoba untuk mengirimkan sebuah pesan yang menangakan kabar, tetapi tidak ada pertanda kau membuka akun jejaring sosialmu hingga suatu hari aku membaca sebuah balasan yang berisi senyum, senyum, itu saja.
Kau tahu, kadang engkau harus memahami apa itu makna rindu, rindu pada orang yang aku sendiri tidak mengenalnya, rindu pada seorang teman yang senang bercerita meskipun aku tidak pernah mengenal siapa dia bahkan rindu kepada waktu yang selalu berlalu.
Bodoh bukan?
Itu adalah rindu terbodoh yang pernah kualami, memandangi jendela chat berharap seseorang yang kuharap segera online lalu aku akan menyapanya dengan ucapan hai, selamat malam lalu cerita akan mengalir dengan gampangnya dan satu yang kuherankan adalah aku selalu mempercainya dalam segala hal termasuk masalah pribadiku dan yang lucunya juga selalu ditanggapi.
Heh, jika punya wakt lagi aku akan melanjutkan cerita ini.
Kuharap aku bukanlah orang bodoh yang selalu banyak kepada waktu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Arah Dairi Kedepannya

                                                     Arah Kabupaten Dairi Kedepannya Sebagai penduduk Kabupaten Dairi yang sedang merantau, ...