Selasa, 19 November 2013

Renungan : Nyanyian Harmoni

Nyanyian Harmoni
Oleh Gde Prama

Mitologi adalah kumpulan cerita tua. Ia bahkan lebih tua dari agama. Melalui seleksi jujur bernama waktu, kemudian yang tersisa bukan sembarang cerita. Ia serupa batu berumur jutaan tahun yang sudah melewati segala macam cuaca. Hanya batu dengan kualitas terbaik yang masih tersisa. Cuman, seperti menafsirkan mimpi - salah satu definisi mitologi adalah mimpi kolektif - ia memerlukan kepekaan, keterhubungan sekaligus seni. Bila dimaknakan oleh kepekaan, keterhubungan, seni, maka mitos-mitos itu bisa membuat hidup jadi nyanyian harmoni.

Tatanan Kosmik

Siapa saja yang lahir dan bertumbuh di Timur mengalami, orang tua melarang anak-anak duduk di atas bantal. Dalam logika kekinian, ia mengundang senyuman sinis. Padahal, tetua menyisakan pesan tentang tatanan sosial dan spiritual. Bantal itu temannya kepala, bila ia dijadikan alas pantat, maka terjadi kekacauan kosmik. Ia mirip dengan letak mulut dan mata di kepala. Artinya, selalu berbicara dan memandang dengan kemuliaan-kemuliaan. Begitu orang bicara dan memandang secara kotor (seperti alas kaki), maka kekacauan kosmik terjadi.

Amerika Serikat adalah guru yang baik. Di sana manusia suka sekali menaikkan kaki ke atas meja selama ratusan tahun. Dan lihat angka statistiknya, kekacauan kosmik sangat menakutkan di sana. Konsumsi pil tidur per kapita tertinggi di dunia, angka perceraian tinggi dan menaik terus, cerita anak-anak stres yang melakukan penembakan ke teman di sekolah sangat menakutkan. Laporan dunia tentang kebahagiaan tahun 2012 melaporkan, AS bahkan tidak masuk dalam sepuluh besar bangsa bahagia. Di sebuah sekolah menengah atas di Brooklyn, murid ditanya mau jadi apa di masa depan? Lebih dari dua pertiga menjawab mau jadi selebirits. Hanya sekadar terkenal, sebentuk kehidupan yang keropos dan rapuh.

Kehidupan perkotaan dengan gedung-gedung tinggi adalah contoh lain. Zaman dulu, tempat tertinggi selalu diisi oleh tempat suci. Sekarang, di gedung-gedung tertinggi berkantor orang-orang yang hanya memikirkan uang dan kekuasaan. Perhatikan, betapa kacaunya tatanan kosmik di kota-kota besar dengan gedung tinggi. Perampokan, pemerkosaan, pembunuhan adalah cerita rutin setiap hari.

Merawat Kehidupan

Cerita tua ke dua, di Timur sering dipesankan hati-hati menabrak kucing. Di Bali khususnya, tetua berpesan bila kendaraan menabrak kucing, ambil kucingnya kemudian dikubur di tempat terhormat. Ini mirip dengan kisah tua para sahabat di Barat, yang meyakini bahwa kucing adalah sebentuk malaikat. Di Prancis Selatan serta Yunani Utara, arkeolog menemukan gua panjang dan dalam yang berumur puluhan juta tahun. Di sana diukir banyak ukiran binatang secara indah dan sakral. Bila di zaman kita Tuhan digambar dengan tubuh manusia - di Hindu disebut Avatara - di zaman itu Tuhan divisualisasikan dengan tubuh binatang.

Dulu sekali, di zaman sebelum pertanian, manusia diselamatkan hidupnya dengan memakan daging. Di zaman itu juga beredar mitos, pengetahuan dan kebijaksanaan diberikan kepada binatang, bukan kepada manusia. Dibekali pengetahuan dan kebijaksanaan mendalam itulah, kemudian binatang merelakan tubuhnya untuk pertumbuhan manusia.

Dengan berbagi cerita tua ini, tentu bukan maksud tulisan ini agar manusia menyembah binatang. Sekali lagi bukan. Tapi, rasakan dalam-dalam, tidak saja manusia ingin damai, binatang juga ingin damai. Bila binatang dan pepohonan dilukai, rasa sakit yang sama juga akan mengunjungi manusia. Dengan rasa seperti ini, lebih mungkin manusia membuat hidupnya sebagai nyanyian harmoni.

Akar Tua Peradaban

Di semua agama, generasi baru amat berjarak dengan upacara. Sebagian bahkan melakukan penghakiman berlebihan. Siapa saja yang menyempatkan diri mempelajari upacara, tidak saja dengan logika juga dengan rasa, ada sejumlah pesan penting di balik upacara. Dari buku suci tersembunyi, sarana keterhubungan dengan Diri yang lebih besar, sampai dengan niat tetua agar masyarakat berkumpul membentuk tatanan sosial yang mulia.

Upacara sebagai buku suci tersembunyi memang sudah diganti oleh kertas, komputer, internet, dll. Tapi sebagai upaya untuk membuat tatanan sosial yang lebih mulia, ia belum tergantikan. Melalui upacara manusia berkumpul dengan tingkat pengendalian diri yang lebih baik dari biasanya, memikirkan kehidupan yang mulia. Demikian juga upacara sebagai sarana terhubung dengan alam tidak terlihat, ia belum sepenuhnya tergantikan. Efek upacara pada subyek yang disembah memang bisa diperdebatkan, tapi ia juga membuat penyembah semakin terhubung, rendah hati, damai.

Dengan penuh permintaan maaf pada sahabat yang anti upacara, menghentikan upacara serupa dengan membakar salah satu akar tua peradaban. Dan bila akarnya terbakar, pohonnya juga terbakar. Ini yang menjelaskan, di tempat-tempat di mana manusia jarang terhubung dengan Diri yang lebih besar melalui upacara, terasa hawa yang kering dari kedamaian. Eropa secara umum adalah Guru yang baik dalam hal ini. Di sana, manusia yang tertarik datang ke gereja sangat sedikit. Krisis keuangan Eropa membuka rahasia, hidup bermakna jauh lebih dalam dari sekadar mengumpulkan uang. Dengan menceritakan kembali semua cerita tua ini, banyak hati yang sedang disentuh. Logika, teologi, filsafat memang sebagian cara menjelaskan kehidupan. Dan bersama sastra, rasa, kepekaan, keterhubungan, cerita-cerita tua ini sedang merajut kehidupan menjadi nyanyian harmoni, yang terhubung dengan akar masa lalu yang jauh.

sumber :https://www.facebook.com/maheswara.mahendra 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Arah Dairi Kedepannya

                                                     Arah Kabupaten Dairi Kedepannya Sebagai penduduk Kabupaten Dairi yang sedang merantau, ...