Jarak
Suatu sore yang sederhana kita berdiri memandang garis pantai yang memisahkan lautan dan daratan, mencari arti dan menghitung dimensi dalam pemikiran kita masing-masing. Lalu, kita akan berjalan, berkeliling, menghabiskan waktu hingga sore benar-benar menjadi senja dengan gradasi sempurna dan burung-burung yang berebut pulang kesangkarnya, lalu berganti lagi nun jauh, di langit, rasi bintang membentang.
Sejenak, kita mulai paham, bahwa bagaimana pun itu, semuanya itu adalah dimulai ketika waktu adalah nol, dan ruang ada sebagai tempat semuanya bermula.
Sama seperti awal berjumpa, di kelas Fisika saat sekolah menengah dulu, aku mengagumimu Dan kau mengagumi semesta, dan rasa itu, selamanya mungkin sama, mengikuti hukum kekekalan energi yang pernah kita persoalkan sebelumnya.
Juga, seandainya, dulu saat SMA Kita tidak bersama, di kelas Matematika, tentang logika, mungkin kesimpulannya adalah, Kita tidak mungkin akan saling jatuh cinta.
Ya, karena aku mencintaimu, dengan cara yang berbeda dan bahasa yang tidak terdefenisi dengan kata-kata. Semua itu bisa Kita hitung dengan angka, aku paham dan mungkin kamu juga mengetahuinya, bahwa Kita seringkali dicocok-cocokkan sebagai pasangan sempurna kata dan angka, sebuah filosopi sempurna untuk sebuah pasangan yang tidak pernah ada imbangnya. Dan sejak itu jugalah, mungkin, aku benar-benar menyukaimu dan tertarik Gaya gravitasimu, menulisimu surat-surat sentimental, menghitung dan mengumpulkan peluang untuk bisa mendapatkanmu bahkan mencoba menciptakan sebuah pola untuk membuatmu jatuh cinta.
Aku tahu, cara terbaik agar usaha tidak sia-sia, Hukum Newton membuktikannya, hingga diakhir semester kita bisa bersama, menikmati sore yang sederhana di sebuah pantai berbingkai semesta.
Meskipun ternyata aku sadar semuanya tidak hanya sampai disana saja, karena waktu adalah sebuah garis lurus yang tetap melaju semuanya bisa terjadi dalam dimensi waktu, aku ingat suatu hari kamu berkata kepadaku, bahwa tidak seharusnya bersama.
"Untuk alasan apa?" Tanyaku, lalu kamu tersenyum sambil berkata,
"Jarak.."
"Jarak? Bukankah bisa memilih untuk dimana kita berada?"
"Bisa.."
"Kita bisa memilih untuk kuliah Kota yang sama, kampus yang yang sama, sehingga kita bisa melewati apapun bersama.."
"Ya, bisa.."
"Lalu?"
"Tapi kita tidak punya kepercayaan yang sama!"
Aku tercengang, terdiam dan tidak bisa berkata apa-apa.
Dari sekian banyak konsep dalam perhitungan dan persamaan yang kutahu, aku belum menemukan itu, kepercayaan adalah jarak yang paling jauh dan memisahkan banyak hal tanpa dimensi, kepercayaan telah membuat perbedaan dan mengingkari logika.
Jika, saat itu adalah asal mula waktu, mungkin satu defenisi yang harusnya pahami, bahwa pada mulanya waktu adalah nol dan semua bermula ketika angka merangkak memulai perhitungan.
Lalu perlahan-lahan muncul dari persamaan-persamaan molekul-molekul atom, seandainya teori evolusi adalah landasan dari rasa cinta dan kata bisa menyederkanakannya, mungkin, malam itu, malam yang sederhana, kita tidak akan terpisah oleh jarak yang tanpa dimensi.
Dan seandainya juga malam itu, tidak terjadi perdebatan diantara Kita tentang awal dari alam semesta dan siapa penciptanya, seandainya juga Kita tidak membaca tentang teori evolusi, tidak membaca sejarah, mungkin Kita tidak akan pernah sampai kesana.
Atau seandainya kita tidak pernah ada, eksistensi kita tidak nyata, Kita hanyalah cerita dalam ide pengarangnya, mungkin dia bisa mempertemukan Kita diakhir ceritanya.
Tapi diantara semuanya itu, yang paling mungkin adalah, seandainya ruang dan waktu bisa diundur, mungkin akan tahu kapan semua bermula dan jarak itu mungkin tidak pernah ada.
Tetapi semuanya konsep itu sirna, saat kita terpisah untuk menuntun langkah masih-masing, dan aku paham jika suatu Hari nanti jarak itu semakin lebar saat kamu telah memutuskan menutup peluangku untuk bersamamu.
Hingga suatu hari yang sempurna, aku mendapat undanganmu, dan aku paham, bahwa jarak itu benar-benar ada, dan aku juga ingin kamu memahaminya dengan membaca berita tentangku Hari ini di Koran Kota, ya, kini aku ingin eksistensi hanyalah Ada dalam sebuah cerita, cerita yang suatu hari akan kamu sampaikan kepada anak-anakmu yang jatuh cinta kepada Alam semesta, aku juga ingin menyampaikan kepadamu, jaga mereka, akan tidak pernah terperangkap dalam jarak seperti dalam cerita kita.
Salam dari semesta, jarak terjauh dalam defenisi yang pernah kita punya.